Friday, May 6, 2016

Hadiah Untuk Kakek (bagian 2)

Ringkasan cerita sebelumnya:
Zahra yang sedang kecanduan bermain kartu, pamit kepada ibu untuk bermain di rumah kakek. Ibu berpesan agar dia kembali sebelum maghrib. Tapi hingga azan maghrib berkumandang, dia belum juga pulang.


Seusai sholat maghrib, ibu bermaksud menjemput Zahra ke rumah kakek. Tapi ternyata kakek sudah lebih dulu datang bersama Zahra.

"Langsung mandi, Zahra," kata kakek begitu Zahra masuk rumah.

Sementara Zahra mandi, kakek menjelaskan kepada ibu kalau Zahra baru saja pulang dari bermain di rumah temannya. Rumah temannya kebetulan dekat dengan rumah kakek. Setelah menyerahkan singkong rebus, Zahra pamit kepada kakeknya untuk bermain. Tadinya kakek mengira kalau Zahra langsung pulang ke rumah. Ternyata selepas azan maghrib dia baru kembali.

Sebelum pamit pulang, tidak lupa kakek berpesan kepada ibu agar tidak memarahi Zahra karena perbuatannya hari ini. Kakek memang sangat menyayangi Zahra.

~~~

"Bu, kakek nggak dimasakin singkong rebus lagi?" Tanya Zahra.

"Kenapa? Zahra kangen sama kakek, ya? Zahra tidak harus membawa singkong rebus kalau mau ketemu kakek. Sepertinya semalam ayah bawa brownies kukus. Itu juga bisa Zahra bawa sebagai oleh-oleh untuk kakek," kata ibu menjelaskan dengan panjang lebar.

"Kalau kakek tidak suka, bagaimana?" Tanya Zahra lagi.

"Ya, pasti suka lah. Kakek itu tidak suka pilih-pilih makanan. Apa yang tersedia di meja, pasti kakek makan," jawab ibu.

Mendengar penjelasan ibu, Zahra membayangkan, "kalau aku bawakan Pizza atau Burger, kira-kira kakek mau makan nggak ya?"

"Baiklah, Bu. Zahra bawa browniesnya buat kakek, ya," ucap Zahra kemudian sambil tersenyum.

"Boleh," jawab ibu yang langsung menuju meja untuk mengambilkan beberapa potong brownies untuk kakek.

~~~

Suatu hari, "Kartu-kartuku dimana, ya?" bisik Zahra dalam hati. Dia baru saja datang dari sekolah dan belum ganti baju. Dan biasanya dia tidak akan ganti baju sebelum ibu akhirnya mengingatkan. Kecanduan Zahra terhadap kartu-kartu itu rupanya mulai parah. Membuat dia lupa akan tugas-tugas yang sebelumnya sudah rutin dia kerjakan.

Zahra masih terlihat bingung mencari kartu-kartunya di antara tumpukan buku-buku yang ada di lemari meja belajar. Dia mengulang-ulang pencariannya hingga dua dan tiga kali, namun tak juga ditemukan.


(bersambung)

#OneDayOnePost
#47

Thursday, May 5, 2016

Hadiah Untuk Kakek (bagian 1)

Zahra dikenal sebagai anak yang pintar. Sejak kelas satu hingga kelas tiga, dia selalu ranking satu. Namun Zahra tetaplah seorang anak kecil. Dia juga suka bermain seperti anak kebanyakan. Dan keasyikannya bermain mulai mengganggu aktivitas belajarnya. Tidak hanya itu, Zahra juga jadi sering terlambat pulang dan lupa makan.

~~~

"Zahra, bermainnya sudah yuk. Sekarang mandi, lalu siapkan buku untuk besok," kata ibu suatu hari.

"Iya, Bu," jawab Zahra selalu dan selalu begitu. Namun tidak jarang itu hanya di bibir saja, karena Zahra kembali melanjutkan bermainnya. Bermain kartu memang mengasyikkan dan tak pernah merasa puas. Padahal kartu yang Zahra miliki sudah sangat banyak. Begitu banyaknya hingga tak terhitung lagi.

"Zahra, sudah hampir maghrib, waktunya pulang!" Ibu berkata dengan setengah berteriak.
"Ibu tunggu sampai hitungan kesepuluh," sambung ibu lagi.

Mendapat peringatan seperti itu, Zahra cepat-cepat membereskan kartunya yang berserakan. Dia tahu betul ancaman yang menunggu di balik peringatan ibunya. Meski ibu tidak mungkin memukulnya, Zahra tidak mau mainan kesukaannya disita ibu.

Begitulah yang dikerjakan Zahra dari ke hari. Sejak kelas empat, dia mulai kecanduan bermain kartu, yang memang lagi musim itu. Tapi ibu tidak pernah bosan untuk selalu memanggil Zahra di jam-jam seharusnya dia sudah masuk rumah.

~~~

"Bu, aku main di rumah kakek, ya?" Tanya Zahra.

Zahra sudah biasa ke rumah kakeknya sendirian. Jarak rumah kakek cukup dekat, hanya beberapa blok saja dari rumah Zahra.

"Iya, boleh. Sekalian ibu titip singkong rebus buat kakek," jawab ibu sambil menyerahkan rantang kecil berisi singkong rebus.

Ibu memang tidak pernah melarang Zahra pergi ke rumah kakeknya, meski pun ibu tahu, itu hanya akal-akalan Zahra agar dia bisa lebih bebas bermain tanpa terganggu panggilan ibu yang menyuruhnya pulang.

"Kakek suka sekali singkong rebus, ya, Bu?" Tanya Zahra serius.

"Betul!" Kata ibu sembari menyentil hidung Zahra. "Singkong rebus adalah makanan kesukaan kakek. Kata kakek, makanan itu mengingatkan kakek pada masa-masa kemerdekaan dulu," tutur ibu menjelaskan.

"Oya, nanti sebelum maghrib sudah di rumah, ya," kata ibu lagi.

"Iya, Bu," jawab Zahra.

~~~

Azan maghrib sudah berkumandang, tapi Zahra belum juga pulang. Ibu mulai bertanya-tanya dalam hati. Tidak biasanya hal itu terjadi.


(bersambung)


#OneDayOnePost
#46