Tuesday, April 28, 2015

Takut Poligami? Sudah Dicoba Belum?



Poligami memang tidak mudah. Bahkan seorang muslimah yang memiliki pemahaman agama yang cukup sekali pun, akan mencari jalan untuk bisa menghindar dari syari’at yang satu ini. Baik melalui dalil, maupun penjelasan-penjelasan akal yang bisa dijadikan alasan pembenaran. Sehingga wajar jika dianggap bahwa wanita-wanita yang mau memberi jalan poligami kepada suaminya sangat jarang ditemukan. Tapi jarang bukan berarti tidak ada, dan salah satunya adalah si Fulanah.
Fulanah satu majelis taklim dengan saya. Seorang ustadz yang membimbing kami cukup intens menyampaikan hal-hal tentang poligami. Apalagi saat ayat yang dibahas, topiknya memang seputar poligami. Beliau mengatakan, “dijelaskan berulang-ulang saja, belum tentu bisa dipahami. Bagaimana jika tidak pernah memperoleh informasi sedikit pun tentang hal ini?” Dan bisa dipastikan, forum akan menjadi ramai dengan komentar para ibu-ibu yang hadir dalam majelis itu. Komentarnya pun macam-macam.
Di antara puluhan ibu-ibu itu, ada satu orang yang hampir tidak pernah berkomentar selama majelis berlangsung. Dialah si Fulanah. Dia hanya datang, duduk, lalu menyimak setiap yang disampaikan oleh ustadz kami. Sesekali dia disibukkan oleh seorang balita yang dibawanya. Hingga pada suatu ketika, ibu-ibu anggota majelis taklim dikejutkan oleh sebuah undangan pernikahan. Karena nama calon pengantin pria yang tercantum dalam undangan itu adalah suami si Fulanah. Ya, siapa sangka? Dibalik diamnya Fulanah, ternyata dia begitu meresapi keutamaan-keutamaan poligami. Hingga dia pun berusaha menerapkannya.
Fulanah adalah wanita yang cantik, berkulit putih bersih. Istri dari seorang pria yang bekerja cukup jauh dari tempat tinggalnya, dengan jadwal dua minggu kerja dan dua minggu libur. Dalam pandangan wanita umum, mungkin terasa aneh. Ketemu suami saja tidak mesti bisa sepanjang waktu, malah mau berbagi suami dengan wanita lain. Bukankah akan semakin mengurangi jatah kebersamaannya dengan suami? Tapi itulah yang terjadi, ketika Allah sudah berkehendak, maka apa pun bisa terjadi.
Sepertinya, pernikahan kedua suaminya sudah direncanakan Fulanah dengan matang. Sang suami menikah tepat setelah tiga hari Fulanah melahirkan putra keempatnya. Mungkin tidak terpikir oleh kita, bahwa setelah melahirkan, istri tidak mungkin melayani suaminya hingga selesai masa nifas. Dengan menikah lagi, maka ada yang menggantikan tugas Fulanah memenuhi kebutuhan biologis suaminya. Di samping itu, akan ada wanita lain yang bisa membantu Fulanah merawat sang bayi yang baru beberapa hari dilahirkannya. Dan bagi istri kedua sang suami, dia bisa langsung belajar bagaimana merawat bayi, yang adalah darah daging suaminya, sehingga menjadi terlatih dan terbiasa. Kondisi itu tentu saja baik baginya sebagai persiapan jika kelak dia juga memiliki seorang anak.
Ini adalah kejadian nyata. Dan setiap kali Fulanah ditanya perihal poligami suaminya, dia lebih banyak memberikan senyuman, lalu mengatakan, "dicoba saja dulu..." Hmm, semoga Allah memberikan surga untukmu Fulanah. Dan semoga kisahmu bisa menjadi pelajaran bagi kami, sebagai bekal sebelum berpoligami.

Saturday, April 18, 2015

Visit to Kebun Raya Bogor


Akhir pekan ini mau kemana? Ada yang berencana mengunjungi Kebun Raya Bogor? Ini sedikit informasi tentang Kebun Raya Bogor yang saya rangkum dari hasil kunjungan pertama saya minggu lalu.
Kebun Raya Bogor

Sebagaimana namanya, Kebun Raya Bogor terletak di tengah-tengah kota Bogor. Lokasinya pun mudah dijangkau dan hanya beberapa meter saja dari terminal kota Bogor. Tidak sulit menemukan obyek wisata taman yang satu lokasi dengan Istana Bogor ini, karena kawasannya cukup luas. Di Kebun Raya Bogor juga terdapat obyek wisata lain yang bisa dikunjungi, seperti Museum Zoologi dan Rumah Kaca Anggrek. Namun saya tidak sempat mengunjunginya karena sudah terlalu sore.

Kebun Raya Bogor memiliki banyak pintu masuk, namun hanya pintu utama yang dibuka setiap hari. Biasanya pintu dibuka mulai pukul 07.30 hingga menjelang pukul 5 sore. Pintu 2 dan pintu 4 hanya dibuka pada akhir pekan dan hari-hari libur nasional pada jam yang sama. Sementara pintu 3 khusus dibuka mulai jam 5 sore hingga jam 10 malam. Dari pengalaman saya, jika menggunakan kendaraan roda empat, sebaiknya memilih untuk masuk dari pintu utama yang berada di sisi selatan kebun raya. Lebih mudah mendapatkan tempat untuk parkir mobil. 

beginilah penampakan pintu utama Kebun Raya

Harga tiket masuk cukup terjangkau, yaitu Rp. 14.000,-/orang untuk pengunjung lokal, dan Rp. 25.000,-/orang untuk wisatawan mancanegera. Sementara karcis parkirnya adalah Rp. 5.000,- untuk motor dan Rp. 30.000,- untuk mobil. Nah, di bagian selatan ini, sisi jalan raya bisa juga digunakan untuk parkir mobil. Tentu dengan tarif lebih rendah yang dibayarkan langsung kepada petugas parkir yang tersebar di sepanjang sisi jalan. Bukan lahan parkir resmi kebun raya sih, tapi di sisi jalan itu terdapat garis putih yang menunjukkan bahwa mobil boleh parkir di area itu. Jadi tidak perlu khawatir dengan parkir ilegal ya.

Setelah membeli tiket masuk di pintu utama, jangan lupa untuk meminta peta/denah Kebun Raya kepada petugas di loket informasi. Peta itu akan sangat memudahkan kita saat menjelajah Kebun Raya, apalagi jika kita menjelajahnya dengan berjalan kaki. Dari pintu utama, museum zoologi berada tepat di sisi kirinya. Area yang sama juga menjadi tempat mangkalnya angkutan resmi Kebun Raya. Bagi yang ingin berkeliling Kebun Raya tapi tidak mau "capek" berjalan kaki, bisa menggunakan angkutan ini. Tarifnya Rp. 10.000,-/orang untuk sekali jalan. Di area itu juga terdapat persewaan sepeda keliling (ngengkol ya...) dengan tarif lebih murah, yaitu Rp. 5.000,-/orang.

 
jalan setapak di area Kebun Raya yang kanan-kirinya dipenuhi pohon besar


Begitu masuk area Kebun Raya, kita akan disuguhi pemandangan berupa pepohonan besar serta hamparan rumput dan semak yang hijau. Selama menjelajahi Kebun Raya, kita bisa memilih, mau lewat jalan setapak yang kanan-kirinya dihiasi pohon-pohon besar, atau berjalan di atas hamparan rumput yang dihiasi dedaunan kering. Kita bisa memilih tempat mana saja yang kita sukai untuk beberapa saat istirahat guna melepas lelah sembari menikmati angin segar ala hutan. Tidak perlu khawatir tidak akan kebagian tempat, karena hampir semua tempat bisa dijadikan lokasi untuk menggelar tikar/karpet yang kita bawa. Tinggal pilih view dan suasana yang kita sukai, lalu berhentilah di situ. Misalnya suka dengan suara air deras mengalir, maka pilihlah lokasi yang dekat dengan sungai. Tapi, tetap waspada dengan pohon besar yang batangnya mulai rapuh serta dahan-dahan yang setiap saat bisa patah dan jatuh ke tanah.

ini adalah tanah lapang yang kami pilih untuk menggelar karpet

Di kanan dan kiri jalan setapak juga terdapat beberapa bangku taman yang bisa digunakan untuk istirahat beberapa saat setelah lelah berjalan. Sekitar bangku taman biasanya ada tempat sampah. Jadi tidak ada alasan untuk buang sampah sembarangan ya.

Dalam area Kebun Raya terdapat beberapa lokasi khusus yang bisa dikunjungi dan dinikmati. Dari yang terdekat dengan pintu utama ke arah kanan, kita akan menemukan Taman Meksiko yang berisi berbagai macam tanaman kaktus. Tidak jauh dari Taman Meksiko, di sisi kirinya terdapat Koleksi Tanaman Air. Di sisi timur laut kita bisa melihat berbagai jenis tanaman anggrek di Rumah Kaca Anggrek, serta menikmati keasrian Taman Sudjana Kassan. Istana Bogor menempati hampir seperempat lokasi Kebun Raya yang berada di sisi barat laut. Sementara di sisi barat, selain terdapat dua tugu, yaitu Tugu Reindwardt dan Tugu Lady Raffles, juga terdapat Taman Teijsmann. Kita juga bisa melihat bunga bangkai yang nama latinnya Amorphophallus titanium di lokasi ini.

 pemandangan taman-taman di sekitar cafe de'Daunan

Bagi yang ingin menunaikan sholat, masjid berada di sisi timur Kebun Raya. Kalau hanya butuh toilet, tidak perlu ke masjid, karena toilet tersebar di beberapa lokasi, tinggal pilih toilet yang paling dekat dengan posisi kita berada. Di sisi timur juga terdapat Cafe de'Daunan yang di sekitarnya terdapat beberapa taman dengan air mancur serta ikan-ikan yang memenuhi kolamnya. Hamparan rumput hijaunya sangat nyaman untuk dipakai istirahat beberapa saat sambil membaringkan tubuh.

Area Kebun Raya ini terbilang luas, sehingga membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menjelajahinya. Karena itu, akan lebih lengkap jika sebelum datang ke sini, kita sudah menyiapkan bekal yang cukup untuk dinikmati di sini. Jarang-jarang kan, bisa makan siang di tengah alam bebas dengan udara yang segar, angin yang mendesir sejuk dan suara gemercik air yang mengalir deras.

Demikian informasi seputar Kebun Raya Bogor yang bisa saya bagikan. Semoga bermanfaat!

Thursday, April 9, 2015

Semangat Pagi Menuju Hari Yang Ceria


Hmm, hari ini saya bangun kesiangan. Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Alamat, niat saya untuk menyiapkan sarapan anak-anak pagi ini bakal batal nih! (Hehe, gak mesti tiap hari saya nyiapain sarapan buat mereka, bagi tugas sama si ayah...) Rencana sih bangun jam 4, tapi dedek yang tidur siangnya kesorean, jam 10 malam bangun. And, jam setengah dua-an baru tidur lagi. Oh, no!

Setelah selesai dengan ritual rutin pagi, saya langsung ke dapur. Pertama yang saya lakukan adalah adang alias memasak nasi.(Pake rice cooker sih!) Sambil menunggu nasi matang, dengan dibantu Zahra, saya menggarap pisang. Seperti biasa, diolah mengikuti selera anak-anak. Pisang dicelup terigu, dibalur tepung roti, lalu goreeeng. Hasilnya, disiram susu kental manis, lalu ditaburi keju parut. Selesai! Lumayan buat sarapan anak-anak. Sebagian lagi saya beri mesis buat si ayah yang suka manis. 

tampilannya biasa, tapi anak-anak suka.


Zahra yang suka sayur, minta digorengin kembang kol sekalian. Ok-lah! Kembang kol sudah siap, tinggal siapin telor kocok dan tepung berbumbu. Langsung goreeeng.

Dalam waktu bersamaan, nasi matang. Masih jam 06.20, ada cukup waktu buat nyiapin pelengkap nasi. Sementara anak-anak sudah memulai sarapannya dengan pisang bertabur keju. Saya menawarkan nasi goreng kepada mereka, yang langsung disambut dengan 2 jempol Zahra. Sudah makan pisang, mau makan nasi juga??? Biasalah, weteng jowo alias perutnya orang Jawa, kalau belum terisi nasi sama dengan belum makan. Begitu ajaran dari ayahnya (piss ayah...), yang tentu saja menular kepada anak-anak, terutama Zahra. Sementara kakaknya, seperti biasa, hanya tersenyum, dan terkadang sambil bilang, "Iya-iya..." Memang si kakak malas makan, asal perut sudah terisi sesuatu, berarti sudah makan. Pandangan yang tidak jauh berbeda dengan bundanya, hehe...

Dengan bawang prei, telor dan udang, saya siap mengubah nasi putih menjadi nasi goreng seafood. Beberapa menit kemudian, nasi goreng seafood sudah siap. Tapi jam sudah mendekati angka 7, waktunya mereka berangkat. Jadi, nasi goreng buat bekal ke sekolah saja. Kan, sudah sarapan pisang goreng? Cukuplah untuk memberi makan cacing-cacing di perut. Haha...

nasi goreng simple,
udang dibiarkan utuh karena ada yang kurang suka

Kakaknya minta agar tidak dimasukin udang dalam bekal nasgor-nya. (Dia memang tidak suka udang.) Sementara itu, Zahra menolak membawa nasi goreng, karena hari ini juga bukan waktunya membawa makanan berat. Tapi dia minta untuk membawa kembang kol gorengnya sebagai bekal. Dan nasi goreng jatahnya akan dia makan nanti sepulang sekolah. It's ok! Saya senang dan semangat pagi ini, karena mereka berdua berangkat ke sekolah dengan riang sambil membawa bekal kesukaannya masing-masing.