Sunday, May 28, 2017

Pakaian Syar'i dan Adab Sehari-hari



Alhamdulillah ... ramadhan sudah memasuki hari ke-2. Lega rasanya anak ke-3 bisa menyelesaikan puasa hingga maghrib di hari pertamanya, walau sempat ada adegan mengeluh haus dan lapar luar biasa. 

Berbuka puasa pertama ramadhan tahun ini kami lakukan di luar. Kami turut serta si ayah menghadiri acara buka bersama. Sebelum maghrib kami tiba di lokasi. Semuanya turun dari kendaraan kecuali saya. Biasa, kalau bukan lagi menemani bayi yang masih nyaman bobok di mobil, berarti saya lagi ng-ASI.

Dari dalam mobil saya bisa melihat secara leluasa aktivitas peserta buka bersama semalam. Sesekali saya memperhatikan mereka, sembari memperhatikan si sholih yang mulai berlarian ke sana kemari.

Saya tertarik memperhatikan peserta yang perempuan dibanding yang laki-laki, secara khusus mereka yang dari pakaian bisa dikatakan syar’i. Ukuran syar’i yang saya gunakan standar saja. Yaitu berbusana longgar –bisa gamis, bisa pasangan atas bawah-- dan berkerudung sesuai batasan (sampai menutupi dada) atau lebih.

Kenapa saya tertarik memperhatikan mereka? Karena dari mereka saya bisa bercermin. Yang baik dari mereka saya jadikan contoh untuk berperilaku lebih baik. Nah yang buruk tentu saja sebagai pengingat diri untuk bisa lebih berhati-hati dan lebih teliti dalam melakukan tindakan apa pun. Boleh jadi saya pun akan menjadi obyek perhatian orang lain. Bukan tidak mungkin akan ada orang yang mengatakan, “kerudungnya sih lebar, tapi galak banget sama anak.” Hihihi ... maafkan kekhilafan hamba ya Allah...

Kembali kepada mereka yang berpakaian syar’i. Ada beberapa hal yang tampak secara dhohir dan perlu mendapat perhatian kita sebagai muslimah untuk belajar lebih banyak tentang adab, diantaranya:

Makan dan minum dengan tangan kiri.
Tentang hal ini sangat jelas tuntunannya, kita diperintah untuk makan dan minum dengan tangan kanan, kecuali tangan kanan sedang berhalangan tentu saja. Karena makan dan minum dengan tangan kiri adalah kebiasaan setan.

Makan sambil berdiri.
Demikian pula dengan makan sambil berdiri, ini juga dilarang. Kita diperintah untuk duduk ketika makan, kalau perlu dengan cara duduk seperti yang dicontohkan Rosulullah. Sudah ada penelitian yang membuktikan manfaat dari cara duduk Rosul ketika makan.
Kalau tentang minum, meskipun ada riwayat ada sahabat Rosul yang pernah minum sambil berdiri (mungkin karena alasan tertentu), minum sambil duduk juga sangat dianjurkan. Apalagi manfaat tentang hal ini juga sudah diteliti.

Menanggalkan alas kaki dimulai dari kaki kanan.
Saat akan melepas atau menanggalkan alas kaki –sepatu atau sandal, adab yang diajarkan dalam Islam adalah memulainya dari kiri. Sebaliknya, menggunakannya dimulai dari kanan.

Masuk mesjid dengan kaki kiri.
Islam mengajarkan kita agar mendahulukan kaki kanan setiap akan melangkah masuk menuju tempat-tempat yang baik, seperti mesjid dan rumah kita tinggal. Dan menggunakan kaki kiri saat melangkah keluar meninggalkannya.

Masuk kamar mandi dengan kaki kanan.
Kebalikan dari sebelumnya. Saat akan memasuki tempat-tempat yang di sana biasanya jadi tempat yang disenangi setan, seperti kamar mandi dan pasar, masuklah dengan kaki kiri lebih dulu. Lalu keluarlah dengan kaki kanan.

Melipat lengan baju saat hendak berwudu dari tangan kanan.
Ini juga panduan adab yang sering diabaikan. Memakai dan menanggalkan pakaian ada tuntunannya, termasuk melipat lengan baju dan celana saat akan berwudu. Melipat bagian pakaian saat berwudu, dimulai dari sebelah kiri, seperti saat kita akan menanggalkan pakaian. Lalu mengembalikan lipatannya dimulai dari kanan, seperti saat kita akan memakai baju.

Menanggalkan kerudung (penutup kepala) di tempat umum (bukan khusus wanita).
Nah, ini penting ya. Kerudung yang kita pakai untuk menutup aurat tidak bisa dilepas begitu saja, meski dengan alasan untuk berwudu. Kalau tidak ada tempat wudu yang terlindung dari pandangan laki-laki, bisa gunakan kamar mandi. Atau jika terpaksa, kerudung cukup dibuka sedikit saja.
Wudunya jadi kurang afdhal dong? Hehe, wanita dalam Islam itu spesial. Wudu kan tidak harus dengan mengguyur air ke bagian anggota wudu, mengusapnya dengan air insyaAllah sudah memenuhi kesahan wudu kita. Wallahu a’lam.

Itu beberapa hal yang kadang suka luput dari perhatian muslimah, terutama yang masih dalam tahap belajar seperti saya. Selain yang tampak secara dhohir seperti di atas, juga ada doa-doa yang sudah Rosul ajarkan pada setiap adab tersebut.

Setelah pakaian syar’i, yuk kita sempurnakan usaha kita dalam ketaatan kepada-Nya. Yaitu dengan mengikuti perintah-Nya sebagaimana dicontohkan oleh Rosul-Nya. Semoga pakaian syar’i yang kita kenakan bisa menjadi hujjah di akhirat agar terhindar dari api neraka.
Aamiiin...

#RamadhanKarim 
#Ramadhan1438Hijriyah 
#DiaryRamadhan 
#RamadhanHariKedua 
#CatatanBunda 
#2Ramadhan1438H 


Saturday, May 27, 2017

Cerita tentang Rasa Keadilan Bunda, Shaf Sholat, dan Gawai


Alhamdulillah ... sampai juga saya di bulan suci ramadhan tahun 1438 Hijriyah.

Malam pertama ramadhan, agenda pertama tentu saja sholat tarawih. Meski harus membawa dua anak gadis--yang banyakan "ribut"-nya dibanding akurnya, satu balita yang (alhamdulillah) aktif banget, plus satu bayi 5,5 bulan, dengan bismillah, saya tetap memilih tarawih di mesjid.

Kami tiba di mesjid tepat saat azan isya' berkumandang. Mesjid ramai tentu saja. Membawa bayi yang mulai suka guling-guling sesuka hati, saya memilih posisi di tepi untuk mengikuti sholat berjamaah. Drama yang menguji kesabaran seorang ibu sekaligus insan yang mencoba taat pun dimulai.

Duo gadis berebut ingin berada di dekat si bayi. Hampir saja suasana sejuk dan nyaman di dalam mesjid yang dirasakan bundanya terganggu oleh ulah mereka. Akhirnya saya putuskan adik bayi berada paling tepi, lalu berurutan di sebelahnya si sholih yang aktif, bunda, anak gadis ke-2, dan anak gadis pertama. Bersiap sholat...

Takbir penanda sholat dimulai pun terdengar. Shaf mulai merapat otomatis. Namun ada ruang kosong tanpa makmum di sebagian barisan ke-2 dan ke-3 pada shaf di depan saya. Melihat hal itu, hati mulai tidak nyaman. Apalagi ingat perintah untuk rapatkan shaf dari sang imam. Kalau saya yang mengisinya, bagaimana dengan bayi yang saya bawa? Dia bisa saja tiba-tiba menangis minta ASI di pertengahan sholat. Barisan yang berada tepat di depan saya sepertinya sudah tidak mungkin diharapkan, karena mereka sudah memulai sholatnya.

Alhamdulillah ... tiba-tiba datang beberapa rombongan jamaah wanita. Saya meminta mereka untuk mengisi shaf kosong itu dan mereka tidak keberatan. Alfatihah pun selesai dibacakan oleh imam saat saya bergabung mengikuti sholat jamaah isya' semalam. Lebih baik terlambat sedikit asal hati tenang melihat shaf di depan kita terisi penuh.

Sholat jamaah isya' berlangsung dengan khidmat. Lalu dilanjutkan dengan sholat tarawih berjamaah. Alhamdulillah, adik bayi bisa tenang sepanjang sholat meski sedang tidak dalam kondisi tertidur. Stok kesabaran bunda justru diuji dengan tingkah si sholih, tapi masih bisa diatasi dengan baik.

Selepas sholat tarawih, sebelum sholat witir, ada ceramah ramadhan. Biasanya ceramahnya cukup panjang. Duo gadis yang katanya sudah lelah sholat memaksa saya untuk memilih keluar dari barisan sholat menuju mobil. Saya kan tetap bisa ikut sholat witir sementara duo gadis menjaga adik bayinya di mobil.

Saat saya bangkit, terlihatlah pemandangan memprihatinkan. Memang tidak semua jamaah, mungkin malah tidak sampai separuh. Hanya saja pemandangan itu begitu tampak terlihat. Sebagian jamaah sedang asyik dengan gawai di tangannya.

Yaaa ... ini memang era gawai. Tapi alangkah baiknya jika gawai itu diberi istirahat beberapa waktu hingga prosesi jamaah sholat tarawih dan witir selesai. Atau jika memang terpaksa harus membuka gawai, keluarlah dulu dari barisan shaf sholat jamaah. Atau dengan cara yang lain agar majelis tarawih bisa terasa "hidup" dan khusyuk. Karena "hidup" dan khusyuknya suatu majelis tergantung bagaimana jamaahnya.

Akhirnya malam pertama ramadhan bisa saya lewati dengan mengikuti sholat tarawih berjamaah di mesjid. Ada rasa senang, bahagia, sekaligus kecewa. Tapi tetap, bismillah saja, dan segala puji bagi-Nya untuk tiap-tiap keadaan.

#RamadhanKarim
#Ramadhan1438Hijriyah
#DiaryRamadhan
#RamadhanHariPertama
#CatatanBunda 
#1Ramadhan1438H