Thursday, March 28, 2019

Hujan Adalah Rahmat dan Berkah, Bukan Sumber Musibah


Hujan deras

Sebagai negara yang berada di kawasan tropis, Indonesia memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kedua musim ini bergantian dalam siklus masa tertentu selama satu tahun. Seharusnya masing-masing secara seimbang mengisi waktu dalam setahun tanpa ada ketimpangan, yaitu 6 bulan kemarau dan 6 bulan hujan. Namun perubahan iklim bumi membuat keseimbangan alam cukup terganggu, termasuk keseimbangan masa musim yang sedang terjadi. 

Indonesia sempat mengalami kemarau cukup lama. Sehingga beberapa daerah mengalami kekeringan. Namun begitu datang musim hujan, yang terjadi kemudian cukup ekstrem, tidak seperti yang diharapkan. Kekeringan mungkin teratasi, tapi datang "ancaman" baru yang dianggap sebagai dampak datangnya musim hujan. Ya, musim hujan di beberapa daerah di Indonesia sudah identik dengan banjir yang kerap melanda. Bencana seperti tiada hentinya mengepung negeri ini dengan timbunya kekeringan saat hujan tak datang dan terjadinya banjir kala musim hujan tiba. 

Hmm, ada tanda tanya besar. Seolah biang bencana yang terjadi adalah karena hujan. Kasian hujan, ia tak datang salah, ia datang pun dianggap bikin susah. Apakah sebenarnya salah hujan? Bukankah Allah sudah menciptakan bumi dan semua yang berhubungan dengannya, termasuk hujan, dalam porsi yang seimbang? Mungkin sudah waktunya kita melakukan perenungan mendalam atas berbagai fenomena alam yang terjadi tidak seperti harapan kita.

Tentang hujan, Allah menjelaskan dalam Al Quran surat Az Zukhruf ayat 11,

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَجَعَلَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Artinya: "Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (ukuran tertentu yang diperlukan), lalu dengan air itu Kami hidupkan negeri yang mati (tandus). Seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur)."

Dalam Ensiklopedia Al-Qur'an tulisan Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, beliau menulis penjelasan ayat 11 surah Az Zukhruf sebagai berikut:
"Dan yang menurunkan hujan dari awan menurut kadar yang diperlukan dan sesuai dengan kemaslahatan, lalu Kami hidupkan dengan hujan itu negeri yang mati dan tandus, seperti itulah kalian akan dikeluarkan dalam keadaan hidup dari dalam kubur untuk dihisab dan diberi balasan."

Dengan kata lain, air hujan yang Allah turunkan itu sudah sesuai dengan kebutuhan manusia, tidak kurang dan tidak lebih. Dalam suatu kajian ilmiah pernah disebutkan bahwa air yang turun dari langit lewat hujan, jumlahnya sama dengan air yang naik ke langit melalui proses penguapan. Kalau kemudian yang terjadi justru kekurangan air atau air menjadi berlebih maka sudah sepantasnya kita sebagai manusia yang menghuni bumi memikirkan apa penyebabnya.

Di ayat yang lain Al-Qur'an menyebut hujan sebagai rahmat dan berkah.

وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِن بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ

Artinya: "Dan Dia-lah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dia-lah Maha Pelindung, Maha Terpuji." (QS. Asy Syuuraa: 28)

وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُّبَارَكاً فَأَنبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ

Artinya: "Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah, lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen." (QS. Qaaf: 50)

Air sebagai sumber kehidupan akan selalu dicari dan dibutuhkan oleh seluruh umat manusia. Setelah musim kemarau yang cukup lama, semua makhluk pasti merindukan datangnya hujan. Tidak hanya manusia, tapi juga makhluk Allah yang lain seperti binatang dan tanaman. Beberapa binatang mengurangi aktivitasnya untuk menekan rasa haus pada musim kemarau. Sebagian tanaman juga menggugurkan daunnya sebagai cara untuk bertahan hidup selama musim kemarau. Mereka semua menunggu turunnya rahmat dari Allah berupa air yang turun dari langit. Adalah kesalahan ketika manusia menyambut datangnya musim hujan dengan gundah lantaran merasa terancam akan dampaknya.

Hujan adalah rahmat. Allah menurunkan hujan sebagai bentuk keberkahan. Yang dengan air hujan itu tanaman bisa kembali tumbuh dan mengeluarkan daunnya. Binatang-binatang pun bisa kembali beraktivitas setelah kebutuhannya akan air tercukupi dan melanjutkan tugasnya sebagai makhluk di bumi. Petani bisa kembali bercocok tanam. Peternak bisa menggemukkan binatang-binatang ternaknya dan mengisi kembali kolam-kolam ikannya dengan air yang selama kemarau tidak didapatinya. Kita bahkan bisa langsung merasakan segarnya aroma tanah basah setelah terkena air hujan. Tidak hanya itu, udara yang kita hirup setelah turun hujan juga terasa lebih bersih. Begitu besar manfaat hujan bagi kehidupan, serta membawa rahmat dan keberkahan.

Ketika hujan yang turun malah memunculkan masalah dan dianggap sebagai sumber musibah, sudah waktunya manusia sebagai makhluk Allah yang berakal memikirkannya. Sudah saatnya manusia berpikir kenapa sampai terjadi banjir dan bukan mempermasalahkan hujan yang turun. Jika kita mau jujur, banjir dan kekeringan sebagian besar terjadi karena kelalaian kita dalam menjaga alam yang sudah banyak memberi manfaat pada kehidupan kita. Hutan digunduli sehingga tidak ada lagi pohon yang bisa menyerap dan menyimpan air hujan. Akibatnya saat kemarau mudah sekali timbul kekeringan dan ketika hujan turun dengan cepat timbul banjir. Selain penggundulan hutan, penataan pembangunan yang tidak mengindahkan alam dengan mengabaikan saluran air menjadi masalah timbulnya banjir di daerah pemukiman.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan kepada kita sebuah doa ketika hujan turun, yaitu اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً yang artinya: "Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang bermanfaat." Doa ini Rasulullah ajarkan kepada kita dengan tujuan agar Allah melipatgandakan rahmat dan keberkahan diturunkannya hujan. Semoga dengan membaca doa ini, Allah juga akan menghindarkan kita dari terjadinya musibah yang berpotensi menimpa kita meski itu akibat ulah kita.

Sungguh, betapa besar nikmat yang Allah selipkan di antara butiran-butiran air yang sudah Dia turunkan dari langit. Nikmat yang seharusnya bisa dirasakan tidak hanya oleh umat manusia, tetapi juga oleh seluruh makhluk Allah yang hidup di muka bumi. Namun seluruh makhluk yang ada di muka bumi malah terancam saat datang hujan diakibatkan oleh kelalaian segelintir manusia.

Kini musim hujan telah tiba. Semoga kita termasuk manusia-manusia yang diliputi rahmat dan keberkahan dengan memperoleh manfaat yang besar dari turunnya hujan.
Aamiiin yaa Robbal alamiiin....


*tulisan ini diikutsertakan dalam program SETIP bareng Estrilook

#SemingguTigaPostingan 
#day12 

Wednesday, March 27, 2019

Berbagi atau Bertanyalah (Bagian 3)


Menjelang Operasi

Keputusan Berat

Penjelasan dokter syaraf di RS Mayapada sangat informatif, membuat kami (sedikit) faham tentang sesuatu yang kami benar-benar awam. Itu cukup menenangkan kami, setidaknya untuk sementara waktu, karena kondisi suami masih kritis. Kami pun mendapat jawaban tentang apa yang terjadi.

Suami saya diserang stroke. Beliau mengalami penyumbatan pembuluh darah yang menuju otak kanannya. Itulah kenapa sisi tubuh bagian kiri suami saya terus melemah sejak hari pertama serangan. Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (dikenal dengan stroke iskemik) atau terjadi pecahnya pembuluh darah (dikenal dengan stroke hemoragik). Dan suami saya mengalami stroke iskemik, bukan stroke hemoragik seperti yang disangkakan dokter syaraf di RS sebelumnya. (Ah, andai dokter itu tidak salah mendiagnosa, huhuhu...)

Pemicu stroke yang menyerang suami disebabkan oleh perpaduan antara kadar gula darah yang tinggi, kolesterol yang sedikit di atas angka normal (yang untuk ukuran orang yang tanpa diabet masih terbilang aman), dan kemungkinan dipicu akibat kelelahan fisik. Menurut dokter, banyak hal yang bisa memicu serangan stroke. Itulah kenapa setiap orang yang terkena stroke memiliki riwayat kesehatannya masing-masing yang satu sama lain tidak selalu sama.

Tindakan darurat yang perlu segera dilakukan adalah menangani pembengkakan pada otak. Pembengkakan umumnya akan mencapai puncaknya pada hari ke-4. Namun suami saya mengalami pembengkakan lebih cepat yang jika dibiarkan bisa beresiko fatal. 

Setiap orang memiliki kemampuan berbeda menghadapi toleransi pembengkakan otak, namun ini bukan ajang coba-coba. Beberapa resiko yang bisa timbul akibat pembengkakan yang terus berlanjut, di antaranya:

1. Menimbulkan kerusakan fungsi otak secara permanen
Jika otak dibiarkan terus membengkak tanpa adanya penanganan, kemungkinan otak tidak bisa berfungsi kembali. Hal ini bisa menyebabkan dampak kerusakan yang permanen. Jadi meski pasien sembuh dan selamat dari serangan stroke, namun pasien terancam mengalami kelumpuhan fisik yang sulit disembuhkan dengan terapi apapun atau minimal membutuhkan masa pemulihan yang sangat lama.

2. Pembengkakan bisa menekan bagian otak yang masih sehat 
Bagian otak yang tidak mendapatkan asupan darah sangat berpotensi mengalami kerusakan. Jika bengkaknya menekan bagian otak yang sehat, tentu menambah luas area otak yang mengalami kerusakan dan berpotensi menambah luas dampak yang bisa ditimbulkan.
Yang paling fatal jika pembengkakan sampai menekan bagian batang otak. Karena kerusakan fungsi batang otak bisa menyebabkan pasien mengalami kelumpuhan secara total.

3. Menyebabkan pecahnya pembuluh darah
Dengan kata lain bisa menimbulkan terjadinya pendarahan. Penanganan stroke pada pasien yang mengalami pendarahan lebih beresiko dibandingkan yang mengalami penyumbatan. Terjadinya pendarahan yang terus menerus akan bisa menyebabkan terjadinya kematian.


28 Januari 2018

Tim dokter yang menangani suami saya menyarankan untuk segera dilakukan tindakan operasi. Untuk kasus stroke iskemik seperti suami saya, sebenarnya ada tindakan yang relatif lebih efektif dan murah, yaitu dengan dilakukan DSA (Digital Subtraction Angiography). Namun tindakan itu hanya bisa dilakukan pada pasien yang mengalami serangan stroke kurang dari 12 jam. Tim dokter tidak berani melakukan tindakan tersebut terhadap suami saya karena beresiko besar akan terjadinya pecahnya pembuluh darah pada titik terjadinya sumbatan.

Selama masa proses konsultasi kami dengan tim dokter, suami saya mendapatkan terapi obat yang salah satunya untuk menghambat laju pembengkakan pada otak. Terapi obat tersebut tetap diberikan baik kami setuju atau tidak dilakukannya tindakan operasi.

Selama proses pemberian obat berlangsung, suami saya ditempatkan di ruang ICU di bawah pengawasan 4 orang dokter spesialis, yaitu spesialis syaraf, spesialis penyakit dalam, spesialis THT, dan spesialis jantung.

Dua hari tanpa penanganan tepat membuat tingkat kesadaran suami saya yang seharusnya meningkat setelah diberikan tindakan, justru mengalami penurunan. Hal itu menyebabkan kemampuan fungsi organ yang juga mengalami penurunan, termasuk kinerja jantung dan pernafasan. Itulah kenapa harus melibatkan dokter spesialis jantung dan spesialis THT.


29 Januari 2018

Alhamdulilllah ... terapi obat yang diberikan memberikan hasil positif. Dalam 24 jam tingkat kesadaran suami saya meningkat. Secara medis, bisa dikatakan suami saya sudah melewati masa kritis. Kalau kata dokter, tidak dioperasi pun, suami saya bisa tetap hidup. Tapi tentu dengan resiko kerusakan otak yang belum bisa diprediksi dan masih mungkin terus bertambah selama masa terapi berlangsung, karena pembengkakan otak yang dialami suami tidak bisa diprediksi sampai kapan akan terjadi. Dokter tetap menyarankan dilakukan operasi sebagai ikhtiyar maksimal agar potensi kerusakan otak bisa ditekan seminimal mungkin dan dengan harapan bisa pulih lebih cepat.

Setelah berunding, akhirnya kami sepakat memilih opsi dilakukan operasi. Lebih cepat dilakukan tindakan akan lebih baik, begitu saran dokter. Jadi hari itu juga segala persiapan dilakukan untuk pelaksanaan operasi di kepala suami, yaitu membuka sebagian tengkoraknya. Besar harapan kami semua, ini menjadi langkah terbaik kami untuk kesembuhan suami saya.


*bersambung...


#SemingguTigaPostingan
#day11