Ringkasan cerita sebelumnya:
Kecanduan Zahra bermain kartu rupanya makin parah. Namun saat pulang sekolah Zahra nampak kebingungan, karena kartu-kartunya yang tidak terhitung banyaknya itu, semuanya lenyap tak berbekas.
Setelah Zahra yakin kartu-kartunya benar-benar tidak ada, dia hanya bisa terduduk pasrah. Alih-alih bertanya pada ibu, bercerita saja dia tidak berani. "Ibu pasti tahu apa yang terjadi dengan kartu-kartu itu," bisik Zahra dalam hati.
Ibu memang sudah berkali-kali mengingatkan Zahra untuk tidak melupakan tugas dan kewajibannya. Ibu sama sekali tidak melarang Zahra untuk bermain. Ibu hanya ingin agar Zahra bisa membagi waktu dengan baik. Dan ibu memang sempat mengancam untuk membuang semua kartu Zahra jika nasihat ibu tidak dia laksanakan.
Seolah menyadari kesalahannya, Zahra mulai melakukan apa yang biasa dia lakukan saat pulang sekolah. Dia pun melepas baju seragam yang dipakainya. Karena tidak ada lagi kartu-kartu yang bisa dimainkan, Zahra memilih untuk merebahkan tubuhnya di kasur. Beberapa saat kemudian, dia pun tertidur lelap.
"Zahra, bangun. Sudah sore," kata ibu sambil membelai kepala Zahra lembut.
"Ibu membuat puding kesukaanmu," sambung ibu lagi.
Zahra pun langsung terbangun dan bermaksud untuk mencicipinya. Tapi ibu mencegah dan menyuruh Zahra untuk mandi terlebih dahulu.
"Setelah mandi, antarkan sebagian puding itu untuk kakek, ya," kata ibu lagi.
"Baiklah, Bu," jawab Zahra senang.
"Aku boleh menemani kakek makan puding, tidak?" Tanya Zahra.
"Tentu saja boleh, anak bunda yang sholihah," jawab ibu sambil tersenyum.
Setelah mandi sore, Zahra langsung ke rumah kakek dengan membawa beberapa porsi puding kesukaannya. Selain untuk menemani kakek makan, ada yang ingin Zahra tanyakan pada kakeknya. Karenanya kesempatan bersama kakek kali ini, tidak dia sia-siakan.
"Kakek, adakah makanan yang belum pernah kakek cicipin?" Tanya Zahra dengan mimik serius.
Kakek pun tertawa, dan bertanya kembali, "Memangnya kenapa, Zahra?"
"Aku ingin membawakan kakek makanan yang belum pernah kakek makan," jawab Zahra begitu polos.
"Terima kasih, cucu kakek yang cantik," kata kakek sambil mencium pipi Zahra. "Zahra boleh membawakan kakek apa saja yang Zahra mau," sambung kakek lagi.
"Baiklah, Kek. Aku akan bawakan kakek sesuatu yang belum pernah kakek makan," ucap Zahra yakin.
Malam ini Zahra senang sekali karena bisa bertemu ayahnya. Mumpung ayah lagi di rumah, ada hal penting yang ingin ditanyakan Zahra kepada ayahnya. Sebelum ayahnya kembali bekerja ke luar kota dan baru akan kembali paling cepat dua minggu berikutnya. Zahra pun segera mengutarakan keinginannya.
"Ayah, kalau semester ini aku bisa ranking satu, aku boleh minta hadiah?" Tanya Zahra kepada ayahnya.
"Tentu saja boleh, Sayang," jawab ayah. "Mau minta hadiah apa sih?" Tanya ayah.
"Hmm, apa ya? Nanti deh, Ayah. Kalau aku sudah yakin dengan hadiahnya, aku akan sampaikan pada ayah," jawab Zahra membuat ayahnya penasaran.
(bersambung)
#OneDayOnePost
#48
Kecanduan Zahra bermain kartu rupanya makin parah. Namun saat pulang sekolah Zahra nampak kebingungan, karena kartu-kartunya yang tidak terhitung banyaknya itu, semuanya lenyap tak berbekas.
Setelah Zahra yakin kartu-kartunya benar-benar tidak ada, dia hanya bisa terduduk pasrah. Alih-alih bertanya pada ibu, bercerita saja dia tidak berani. "Ibu pasti tahu apa yang terjadi dengan kartu-kartu itu," bisik Zahra dalam hati.
Ibu memang sudah berkali-kali mengingatkan Zahra untuk tidak melupakan tugas dan kewajibannya. Ibu sama sekali tidak melarang Zahra untuk bermain. Ibu hanya ingin agar Zahra bisa membagi waktu dengan baik. Dan ibu memang sempat mengancam untuk membuang semua kartu Zahra jika nasihat ibu tidak dia laksanakan.
Seolah menyadari kesalahannya, Zahra mulai melakukan apa yang biasa dia lakukan saat pulang sekolah. Dia pun melepas baju seragam yang dipakainya. Karena tidak ada lagi kartu-kartu yang bisa dimainkan, Zahra memilih untuk merebahkan tubuhnya di kasur. Beberapa saat kemudian, dia pun tertidur lelap.
~~~
"Zahra, bangun. Sudah sore," kata ibu sambil membelai kepala Zahra lembut.
"Ibu membuat puding kesukaanmu," sambung ibu lagi.
Zahra pun langsung terbangun dan bermaksud untuk mencicipinya. Tapi ibu mencegah dan menyuruh Zahra untuk mandi terlebih dahulu.
"Setelah mandi, antarkan sebagian puding itu untuk kakek, ya," kata ibu lagi.
"Baiklah, Bu," jawab Zahra senang.
"Aku boleh menemani kakek makan puding, tidak?" Tanya Zahra.
"Tentu saja boleh, anak bunda yang sholihah," jawab ibu sambil tersenyum.
~~~
Setelah mandi sore, Zahra langsung ke rumah kakek dengan membawa beberapa porsi puding kesukaannya. Selain untuk menemani kakek makan, ada yang ingin Zahra tanyakan pada kakeknya. Karenanya kesempatan bersama kakek kali ini, tidak dia sia-siakan.
"Kakek, adakah makanan yang belum pernah kakek cicipin?" Tanya Zahra dengan mimik serius.
Kakek pun tertawa, dan bertanya kembali, "Memangnya kenapa, Zahra?"
"Aku ingin membawakan kakek makanan yang belum pernah kakek makan," jawab Zahra begitu polos.
"Terima kasih, cucu kakek yang cantik," kata kakek sambil mencium pipi Zahra. "Zahra boleh membawakan kakek apa saja yang Zahra mau," sambung kakek lagi.
"Baiklah, Kek. Aku akan bawakan kakek sesuatu yang belum pernah kakek makan," ucap Zahra yakin.
~~~
Malam ini Zahra senang sekali karena bisa bertemu ayahnya. Mumpung ayah lagi di rumah, ada hal penting yang ingin ditanyakan Zahra kepada ayahnya. Sebelum ayahnya kembali bekerja ke luar kota dan baru akan kembali paling cepat dua minggu berikutnya. Zahra pun segera mengutarakan keinginannya.
"Ayah, kalau semester ini aku bisa ranking satu, aku boleh minta hadiah?" Tanya Zahra kepada ayahnya.
"Tentu saja boleh, Sayang," jawab ayah. "Mau minta hadiah apa sih?" Tanya ayah.
"Hmm, apa ya? Nanti deh, Ayah. Kalau aku sudah yakin dengan hadiahnya, aku akan sampaikan pada ayah," jawab Zahra membuat ayahnya penasaran.
(bersambung)
#OneDayOnePost
#48
Borgata Hotel Casino & Spa - Mapyro
ReplyDelete› borgata-hotel-casino › borgata-hotel 영주 출장안마 › borgata-hotel-casino › borgata-hotel 6 days ago — 6 days ago Borgata 논산 출장안마 Hotel Casino 논산 출장샵 & Spa. Map & Directions · Open Location: 6.5 km from 포천 출장안마 Borgata 사천 출장샵 Center