Wednesday, March 9, 2016

Pesona Mini Afrika-nya Indonesia

Pernah dengar tidak, kalau Indonesia punya miniatur Afrika? Kawasan hutan yang sengaja dijadikan Taman Nasional, dan "tertutup" dari aktivitas dan hunian manusia. Ya, itulah Taman Nasional Baluran.

Taman Nasional Baluran berada di bagian timur pulau Jawa. Tepatnya di ujung timur wilayah kabupaten Situbondo, tanah kelahiran saya. Lokasinya yang berjarak sekitar 271 km dari Surabaya, ibu kota propinsi Jawa Timur ini, sangat mudah dijangkau. Hanya ada satu jalur untuk menuju ke sana dari Surabaya, yaitu dengan perjalanan darat via jalur pantura. Pengunjung yang datang ke sana bisa memasuki area wisata dengan mengendarai mobil, motor, atau pun jalan kaki. Kalau jalan kaki, siapkan saja tenaga dan perbekalan yang cukup.

Selamat Datang di Baluran

Taman Nasional Baluran memang dikenal sebagai "Mini Afrika"-nya Indonesia. Sebutan itu bukan tanpa alasan. Hal ini karena di Taman Nasional Baluran terdapat padang savana yang menyerupai padang savana di daratan Afrika. Pengunjung bisa menikmati pemandangan padang savana ini dari beberapa sisi yang berbeda, tentu dengan latar yang juga berbeda. Untuk menikmatinya pun, cukup dari jalan yang memang disediakan untuk dilalui kendaraan. Padang savana Bekol, adalah padang savana terluas yang ada di sana.

Ada beberapa lokasi unggulan yang bisa dinikmati pengunjung di Taman Nasional Baluran. Yang utama tentu saja pemandangan alamnya. Dimana perbedaan ekstrim terjadi di dua musim berbeda. Yaitu nuansa warna hijau di musim hujan dan nuansa kecoklatan saat musim kemarau. Begitu juga dengan pepohonan yang ada, akan terlihat rimbun oleh dedaunan dan menghijau di musim hujan, namun daun-daun itu rontok saat musim kemarau.

pemandangan padang savana di musim kemarau dengan latar pepohonan

pemandangan padang savana di musim kemarau dengan latar gunung Baluran

Nama Baluran sendiri merupakan nama gunung yang berdiri kokoh di kawasan Taman Nasional Baluran. Gunung itu tidak hanya menambah indah pemandangan, tapi juga menjadi pelindung bagi beberapa spesies binatang yang hidup dengan bebas di sana. Diantaranya ada rusa, banteng, kerbau, burung merak, monyet dan beberapa spesies lainnya. Dengan terjaganya kawasan Taman Nasional Baluran dari aktivitas dan hunian manusia, berbagai spesies binatang dapat hidup dan berkembang biak dengan bebas di sana. Kalau beruntung, pengunjung bisa melihat berbagai spesies binatang itu sekaligus dalam satu kunjungan. Menurut info dari petugas di sana, bulan September dan Oktober adalah bulan yang cocok untuk berkunjung ke sana. Di bulan-bulan itu, sebagian besar binatang akan mudah terlihat, karena masa itu adalah musim kawin.

pepohonan sekitar gunung Baluran yang terlihat mengering di musim kemarau

Selain hutan, padang savana, dan binatang-binatangnya, di Taman Nasional Baluran juga terdapat pantai yang indah, yaitu Pantai Bama. Pemandangan dan suasana alamnya begitu nyaman untuk dinikmati. Terumbu karangnya juga tidak kalah indah dan cukup terjaga. Karena itu snorkling menjadi aktivitas yang sayang untuk dilewatkan ketika berkunjung ke pantai ini. Hanya saja untuk snorkling, tidak bisa setiap saat dilakukan. Hal ini karena keterbatasan petugas yang melayani kebutuhan pengunjung untuk snorkling. Akan lebih baik jika saat di pintu masuk sudah terlebih dahulu memberitahukan kepada petugas rencana untuk snorkling, sekaligus memperoleh kepastian bisa atau tidaknya snorkling saat itu. Karena jarak pantai dengan pintu masuk lumayan jauh.

  pesona Pantai Bama

Dan bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana malam ala hutan, bisa memilih untuk bermalam. Taman Nasional Baluran menyediakan beberapa pondokan kayu sederhana sebagai tempat menginap. Biayanya juga sangat terjangkau, yaitu kisaran 150 ribu hingga 300 ribu rupiah saja per malam, tergantung jenis pondok yang dipilih. Untuk menjaga suasana alami hutan, ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi pengunjung yang menginap, terutama pada malam hari. Sebaiknya tidak keluar pada malam hari, untuk menghindari serangan binatang buas. Nikmati saja nyanyian angin hutan dan suara-suara binatang malam dari dalam pondok. Meski jarang muncul, macan tutul termasuk spesies yang kabarnya juga menghuni Taman Nasional Baluran.

Bagaimana? Siap menguji nyali untuk berkunjung dan bermalam di sana?

#OneDayOnePost
#keepwriting
#8

Tuesday, March 8, 2016

Sekilas Tentang Saya

Pada postingan kemarin, "Di Atas Langit Masih Ada Langit", ada sedikit informasi tentang saya. Yaitu mengenai sekolah yang saya pilih dan pengalaman yang saya dapat selama di jenjang SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas). Informasi lainnya sebenarnya bisa digali dari blog ini, baik dari profil, maupun dari tulisan-tulisan yang pernah saya posting. (Maksudnya disuruh cari sendiri gitu? Hehe... Nggak kok...) Tapi agar teman-teman tidak ragu, silakan simak baik-baik ya, headset dan kacang goreng bisa ditaruh dulu, agar tidak terjadi kekeliruan dalam "menangkap" informasi... hahaha...

Nama. Dari mulai Akte Kelahiran, semua Ijazah (dari TK hingga S1), KTP, SIM, Paspor, hingga akun sosial media, persis sama, yaitu Kholifah Hariyani. Nama asli pemberian orangtua. Nama yang cukup mudah diucapkan, meski tidak jarang ada saja yang keliru menulis nama depan saya. Sering huruf "k"-nya tertinggal. Biasalah, kalau tidak memperhatikan makhraj, "kho" dan "ho", terdengarnya kadang sama di telinga. Hihihi...

Usia. Tentang usia, saya suka malu-malu "bangga" kalau ditanya. Meski sekarang saya sudah kepala tiga, tapi saya selalu "merasa" muda, yuhuuu... Itu karena saya terbawa "atmosfer", dimana selama 16 tahun menempuh pendidikan, dari SD hingga bangku kuliah, saya selalu menjadi yang termuda di kelas. Bahkan saking pede-nya, saya sering merasa paling muda di antara siapa pun. (Wkwkwk... balada emak-emak tidak siap tua.) Saya menjadi yang termuda, karena memang usia saya satu tahun di bawah usia rata-rata teman se-angkatan saya. Bukan karena saya masuk TK-nya kurang umur. Tapi karena pas kelas 1 SD, saya sering bikin "rusuh" kelas, hingga mengganggu tercapainya tujuan pendidikan yang semestinya. (Wkwkwk... ngomong opo seh?) Kok bisa? Ya, bisa. Jangan dibayangkan masa SD saya dulu seperti masa SD sekarang yang pelajarannya bejibun. Pas kelas 1, saya hanya belajar membaca dengan buku "Ini  Budi" yang melegenda itu, dan belajar berhitung yang kisaran angkanya antara 1 - 10 saja.
Untuk pelajaran berhitung, setelah menjelaskan, pak guru saya (yang tampan dan gagah itu, ini beneran lho!) biasanya akan memberikan soal-soal di papan tulis untuk disalin ke buku. Pada beberapa kesempatan, setelah menuliskan soal di papan tulis, pak guru kadang keluar kelas, entah ke kantor, entah ke kamar mandi. Naaah, saat itulah saya beraksi. Maju ke depan kelas, dan mengisi jawaban semua soal yang ada di papan tulis yang masih terbuat dari kayu itu. Benar-benar "tidak mencerdaskan"! Hahaha...
Sampai suatu ketika, pak guru memergoki saya melakukan perbuatan "tak mendidik" itu. Bukannya dimarahi, pak guru malah menghubungi bapak saya dan menyampaikan maksudnya untuk mengikutkan saya "tes uji soal berhitung" untuk kelas 2. Karena pak guru agak memaksa, bapak saya yang awalnya keberatan, akhirnya memberi ijin. Daaan..., saya berhasil mengimbangi kemampuan anak kelas 2 dalam berhitung. Jadilah saya yang di kelas 1, tahun berikutnya langsung dinaikkan ke kelas 3 saat kenaikan kelas, hehehe...

Status. Alhamdulillah, saya adalah istri sekaligus ibu yang hingga tahun 2016 ini, saya dianugerahi dua anak. Dua anak laki-laki dan dua anak perempuan.

Tempat tinggal. Saya lahir dan dibesarkan di desa yang ada di kabupaten Situbondo. Kabupaten yang berada di wilayah timur Jawa, yang dulunya lebih dikenal dengan nama Panarukan. Ingat proyek jalan pantura yang dirintis Dendles? Dari Anyer sampai Panarukan. Itu adalah Panarukan yang sama. Meski saat ini Panarukan hanya menjadi nama sebuah kecamatan yang ada di kabupaten Situbondo, tapi di sana terdapat monumen 1000km-nya Anyer - Panarukan.

salah satu pemandangan pantai yang ada di Situbondo
lokasinya tepat di sebelah timurnya pantai Pasir Putih Situbondo

Selepas SMA saya pergi merantau untuk belajar di kota dingin Malang. Di kampus keguruan ternama di Malang itulah saya bertemu pria yang menjadi suami saya. Setelah menikah, saya sempat berpindah-pindah tempat meski tidak lama. Dari Malang, Solo, Semarang, hingga ke Kalimantan Timur, di tiga tahun pertama pernikahan. Lalu kembali lagi ke Malang untuk waktu yang cukup lama, yaitu sekitar sepuluh tahun. Dan sejak akhir 2013, pindah ke Pamulang, kota Tangerang Selatan, tempat saya tinggal sekarang.

Impian dan Cita-cita. Cita-cita saya selalu berubah dari waktu ke waktu. Keinginan saya terus berkembang seiring berubahnya cara pandang saya terhadap sesuatu. Dulu waktu kecil, saya pernah bercita-cita jadi dokter, cita-cita standarnya anak pinter yang tinggal di kampung. (Pede amat, ada yang pingin nimpuk?) Tapi sungguh, anak-anak kampung teman-teman saya dulu, suka bingung kalau ditanya soal cita-cita. Kalau ditanya pingin jadi apa besar nanti, paling jawabnya ya jadi orang kaya. Haha... Sepertinya kekayaan memang susah dilepaskan dari apa yang disebut kesuksesan.
Memasuki jenjang SMA, cita-cita saya mulai berubah. Menjadi seorang pakar atau ahli di bidang Matematika, pelajaran favorit saya. Cita-cita yang menurut saya lebih rasional untuk diraih. Karena biaya kuliah jurusan pendidikan adalah yang termurah dibandingkan jurusan lainnya. Ya, saya mengganti cita-cita hanya karena kuliah di kedokteran "katanya" membutuhkan biaya yang besar. Biaya yang orangtua saya tidak akan sanggup menanggungnya. Ternyata kabar burung itu sama sekali tidak benar, setidaknya untuk masa itu. Kalau sekarang, ya jangan ditanya. Nyaris tidak ada yang murah.
Delapan tahun setelah menikah, cita-cita saya mungkin masih sama. Namun obsesi ke arah itu tidak sebesar dulu lagi. Ya, sejak itu saya memilih untuk tidak bekerja dan tidak lagi memburu pekerjaan di luar. Yang saya inginkan sederhana, bisa menjadi wanita sholihah yang bisa memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi orang lain, menjadi sebaik-baik istri bagi suami dan menjadi sebaik-baik ibu bagi empat anak saya. Keinginan yang kemudian memberikan perubahan besar bagi saya dan keluarga. Insya Allah lain kesempatan akan saya bagi ceritanya di sini.

Informasinya cukup ya... Kalau ada yang butuh informasi lanjut, silakan menghubungi saya melalui FB dengan nama saya sebagai nama akunnya.

#OneDayOnePost
#keepwriting
#7