Si anak ke-5 yang hobby basah-basahan π |
Flashback sedikit. Ketika masa anak pertama, saya belum mengenal pospak alias popok sekali pakai. Alhasil, sangat biasa saya mendapati dia pipis di mana saja saat dia lagi ingin pipis. Tentu saja di awal dia pipisnya masih di celana yang pada akhirnya dia sendiri merasa tidak nyaman mendapati celana basah oleh pipis. Keadaan yang pastinya berbeda dengan saat dia memang sedang beraktivitas melibatkan air. Kalau itu sih dia senang dan tak pernah bosan. Sepertinya tidak hanya dia yang suka, tapi hampir semua anak menyukainya.
Anak kedua saya mulai memakai pospak setelah usianya 6 bulan. Begitu juga dengan anak ke-3 dan ke-4. Mereka bertiga hampir melalui fase yang sama dalam penggunaan pospak. Namun masa pakai mereka berbeda, rata-rata 2 tahun kecuali anak ke-4. Anak ke-2 sempat mengalami kendala karena keterlambatan bicara yang dialaminya hingga usia 3 tahun, namun dia cukup berhasil sebelum usianya 2 tahun. Biasanya dia memberi isyarat kalau ingin pipis, meski tidak selalu dilakukannya. Anak ke-3 lancar, berhasil melewati toilet training sebelum usia 1,5 tahun. Sementara anak ke-4, hehe, dia mengalami keterlambatan toilet training, terlanjur merasa nyaman pakai pospak (salah emaknya kalau ini mah). Dibutuhkan tips khusus untuk mengatasinya. (Tips ala saya ada di sini)
Sebetulnya kapan sih waktu yang tepat untuk toilet training? Kalau dari penerawangan saya (yaelah), beberapa poin berikut bisa dijadikan dasar untuk mulai menerapkan toilet training, di antaranya:
1. Dia sudah bisa jongkok. Kemampuan jongkok dengan kuat saya jadikan pertimbangan pertama mengajari anak-anak buang air kecil (bak) dan buang air besar (bab) di kamar mandi. Jadi dari kecil saya mengajari mereka untuk bak dan bab secara duduk, termasuk anak laki-laki. Saya memang memilih untuk menanamkan kebiasaan baik kepada anak-anak sejak dini, terutama ditinjau dari sisi agama yang saya anut, atau yang lebih dikenal sebagai adab. Termasuk adab-adab ke kamar mandi di mana salah satunya adalah tidak bak sambil berdiri.
2. Dia bisa menyampaikan secara verbal atau non verbal keinginannya untuk bak dan bab. Karena tidak semua anak kemampuan berbicaranya sama, tentu dibutuhkan kemampuan lebih bagi orang tua untuk memahami maksud anak-anak saat memberi isyarat atau menyampaikan sesuatu yang belum jelas kepada mereka. Boleh jadi yang terdengar di telinga kita dari mulut bayi bermakna sama antara "pup" (pingin bab) dan "bubuk" (pingin tidur). Maka harus pintar-pintarnya orang tua melihat situasi dan kondisi, kira-kira anak kita pinginnya apa. Btw, saat ini saya dalam masa sedang berusaha keras memahami perkataan anak ke-5 yang kosakatanya bagi saya terdengar sama semua, hehe... (Peace ya, debay)
3. Dia memberi "pesan" atau isyarat bahwa dia "siap" belajar toilet training. Pesan dan isyarat yang ditunjukkan setiap anak bisa saja berbeda. Kalau anak ke-5 saya, dia mulai suka melepas popok, apalagi saat popoknya mulai basah. Saya belum tahu pasti apakah dia merasa tidak nyaman dengan popoknya atau dia merasa tidak nyaman dengan basahnya si popok. Pastinya ini adalah kesempatan untuk menyampaikan kepadanya kalau memakai popok itu memang tidak nyaman dan kita mesti bersiap untuk mulai mengajaknya bak dan bab di toilet.
4. Ini poin utamanya. Kita sebagai orang tua sudah benar-benar siap dengan segala resiko yang ditimbulkan saat anak mulai belajar toilet training. Kesiapannya meliputi fisik maupun mental.
Kesiapan fisik di antaranya mesti bersiap dengan tenaga lebih manakala anak tiba-tiba bak atau bab di celana tanpa memberitahu. Otomatis ini akan menambah banyaknya cucian. Siapkan juga tenaga untuk lebih sering lagi mengepel lantai, apalagi jika kita memutuskan untuk menjaga lantai tetap selalu dalam keadaan suci. Karena menjaga kesucian lantai lebih tidak mudah dari pada sekadar menjaga kebersihannya.
Kesiapan mental di antaranya dengan menambah stok kesabaran mendapati "kejutan" dari si kecil serta kesabaran dalam memberikan motivasi dan dorongan kepada si kecil agar semangat untuk terus belajar. Kelihatannya gampang, tapi tidak mudah saat menghadapinya. Apalagi jika si kecil memberi "kejutan" tak terduga di waktu-waktu yang kurang pas menurut kita. Ingat! Tetap sabaaar...
Itu 4 poin yang menurut saya penting, meliputi 3 poin dasar (nomer 1 - 3) dan 1 poin utama (poin 4). Untuk poin utama kita perlu menyiapkannya sejak anak setidaknya berusia 1 hingga 1,5 tahun. Setelah itu, bersiaplah menunggu 3 poin dasar muncul pada diri anak. Begitu terlihat, segeralah tangkap peluang untuk mengajarkan anak toilet training. Jangan sampai terlambat!
Naaah, saat ini sepertinya saya sudah harus mulai menerapkan toilet training pada anak ke-5. Karena 3 poin dasar sudah dia perlihatkan, tinggal saya yang masih maju mundur menyiapkan poin utamanya, hihi... (Please deh, Mak!)
#TulisanParenting
#ToiletTraining
*Pantun Ria
Kota Malang sedang musim hujan
Emak pakai jaket agar badan hangat
Tulis di komen kalau ada kritik saran
InsyaAllah jadi masukan bermanfaat
Pas banget ini tips nya mom, anakku udah usia 2y4m nih, udah mesti siap2 toilet training, tapi seperti poin no 4 diatas, aku atau anak ataupun suami belum siap2 secara mentalnya, hihi ^^
ReplyDeleteMakasih sharenya ya mom
Sama-sama, Mom. Wah, anaknya selisih 3 bulan dengan putri saya. Ini saya masih belum 100% siap juga, soalnya saya masih harus wira-wiri untuk suatu urusan.
DeleteKebetulan banget saya juga baru saja mengajari anak bungsu ke toilet. Memang semua anak punya kekhasannya, ya, Mbak. Si sulung dulu bahkan sudah pandai dan tidak mengompol sebelum 3 tahun, sedangkan si bungsu nyapih aja baru usia 3 tahun kemudian baru saya ajari ke toilet. Mungkin karena usianya lebih matang, dia lebih cepat dan mengerti. Tapi, kadang masih iseng kencing sedikit ke celana sebelum ke toilet. Pas dibuka celananya dia senyum-senyum jahil gitu..hihi
ReplyDeleteHihi... anak ke-4 saya nih, yang suka gitu, Mbak. Sukanya kalau kebelet ditahaaan sekuatnya, begitu sudah "diujung tanduk", rebyek dah. Tapi asal anak-anak tidak mengompol waktu tidur, rasanya legaaa ya, Mbak.
DeleteAnak kedua saya asih belum bisa diajarin toilwt training, Mbak. Masih takut buat ke kamar mandi. Baik itu BAK maupun BAB. Jadilah saya sedia popok sekali pakai setiap hariππ
ReplyDeleteUsia berapa, Mbak? Dicoba pelan-pelan saja, Mbak. Ditemani dulu, lalu berangsur-angsur ditunggui di depan pintu, dst sampai dia benar-benar berani. Intinya jangan dipaksa dan jangan membuat dia tidak nyaman.
DeleteAlhamdulilah, kelima anakku udah lulus toilet training sebelum 2 tahun. Point yang keempat, benar banget. Saya harus ngepel dan memastikan lantai bersih dan suci berkali-kali ketika tiba-tiba ada anak yang bak atau bab.
ReplyDeleteWah, alhamdulillah... senangnya kalau semua lancaaar ya, Mbak. Semoga anak ke-5 saya nanti juga "mudah".
DeleteNggak papa sedikit berkorban tenaga ya, Mbak, yang penting hati tenang & tidak waswas karena lantai yang kesuciannya meragukan.
Duh, pe er juga buat saya. Anak udah tiga tahun belum mahir toilet training. Makasih infonya, Mbak
ReplyDeleteYuuuk, Mbak, kita "garap" pe er-nya sama-sama, haha...
DeleteMakasih kembali, Mbak.
ponakanku dulu begini, semenjak ibunya hamil dan melahirkan akhirnya pakai pampers lagi heu, kasian liatnya udah gatel2 gak betah padahal, tapi enggak ada yang urus dia toilet training, makasih ya bun sharingnya, nanti saya kasih tau tulisan ini ke kakak saya.
ReplyDeleteJarak usianya dekat ya Mbak Steffi? Memang dibutuhkan usaha lebih keras kalau kondisinya seperti itu, kebayang susahnya. Semoga segera tertangani dengan baik ya Mbak.
Deleteiyaa usianya beda 3 tahun mba, pas umur 2 tahun udah diajarin sebenarnya, tapi ibunya keburu hamil terus hamilnya enggak boleh capek, pas adiknya lahir makin sulit nanganin dia toilet training lagi. Aamiin semoga nanti Allah mudahkan urusannya.
DeleteMasyaAllah, perjuangan seorang ibu... InsyaAllah tidak ada yang sia-sia segala usaha Mbak.
DeleteTerimakasih banyak mbak informasinya
ReplyDeleteAlhamdulillah, anak kedua saya sukses toilet trainingnya dibanding kakak dulu
Sama-sama Mbak...
DeleteAlhamdulillah... senaaang kalau prosesnya lancar dan diberikan kemudahan.
drama toilet training itu macem2 yaa... kadang saya mikir gini, dulu ortu kita gimana ya waktu ngajarin kita toilet training? kalau nggak pakai pospak kira-kira lebih mudah nggak ya toilet trainingnya?
ReplyDeleteHmm... perlu ditanyakan nih sama ortu kita. Kalau pengalaman anak pertama saya yang nggak pakai pospak, mudah mungkin relatif, tapi lebih cepat iya. Karena selain anak pastinya tidak nyaman ketika bak & bab di celana, saya juga ingin cepat-cepat "mengatasi" banyaknya cucian akibat bak & bab di celana. Jadi mau tidak mau saya mesti lebih memperhatikan & lebih telaten melatih toilet training. Kok berasa the power of kepepet ya... haha...
Deletetoilet training
ReplyDeleteitu bener-bener ya mb
butuh kesabaran dan ketelatenan orang tua
karena kalo kita pun males
bisa ampe mau SD pun masih pake diapers
jadi ortu
utamanya ibu
dilarang males
xixiixiixiii
Yes Mbak.
DeleteDilarang keras itu males dekat-dekat, hehe...
Bener, Mbak. Masing2 anak beda kesiapannya, sih. Dulu anak pertama saya juga gak kenal pospak. Alhasil, biasa tuh jadinya pipis atau pup duluan walopun dia ngomongin juga :)
ReplyDeleteIni anak kedua udah mulai saya selingi ga pake pospak. Udah saatnya emang, tapi kalo saya slowly but sure. Drama, sih. Kebayang Mbak Aan yg anaknya 5 ya :) Pasti pengalamannya udah banyak Dan beda2
Setuju Mbak, slowly but sure...
DeleteYang butuh penanganan beda-beda para bocah, bisa jadi emaknya bukan malah banyak pengalaman Mbak, tapi "bingung" ngadepinnya, hihi...
Makasih tipsny mbaa
ReplyDeleteAnakku 21 bulan nih mesti siap2
Makasih kembali Mbak.
DeleteYuk kita siap-siap sama-sama, haha...
Tips bermanfaat buat para bunda nih. Pengalaman saya dulu... saat mengajarkan anak2 perlu bertahap dan pdkt khususππ
ReplyDeleteYes Mbak, super khusus buat masing-masing mereka ya... hehe...
DeleteAnak bungsu saya juga lagi persiapan mau mulai toilet training nih mbak, usianya dah 2,5 tahun, informasinya bermanfaat banget nih mbak,, makasih yaaa...
ReplyDeleteMakasih kembali Bunda.
DeleteBerarti kita mesti bersiap-siap bareng nih Bun...
Anak2ku dah besar2 tapi dulu pastinya pernah dapat pelajaran dari emaknya. Pastinya sih seperti yg mb tulis itu...hehe...jd ingat lgi dh sm saat anak2 kecil...��
ReplyDeleteWah... masa-masa toilet training sudah lewat ya, Mbak. Pasti membahagiakan mengingat saat mereka kecil dulu...
DeleteAih, aih, aih ... Aku nggak jago memberikan tips toilet training karena di masa-masa itu aku sibuk bekerja jadi anak-anak ada sama eyangnya. Duch, ibu macam apa ini, ya? Alhamdulillah, sekarang mereka sudah berusia 7 dan 9 tahun, jadi amaaan hahaha ...
ReplyDeleteHaha... terima beres ya Mbak.
DeleteSaya pernah bekerja juga Mbak, beberapa bulan anak pertama tinggal bersama mbahnya (dititipin, hihi), tapi saya masih sempat merasakan bagaimana dia toilet training.
Anakku usia 2.5 tahunan udah pada nggak pakek pospak lagi mba. Eh yang kecil pake sampe usia hampir 4 ding, tapi hanya kalau mau bobo malem aja. Emang pas ngajarin toilet training, kita juga harus aktif ngajakin biar dia nggak keburu ngompol.
ReplyDeleteHarus rada cerewet nanyain ya Mbok, sebentar-sebentar kita nanya, "Adek, mau pipis?" Hihihi...
DeleteSiip, saya juga persiapan toilet training buat anak ke tiga. Semangat semoga bisa dilalui dengan baik
ReplyDeleteAamiiin...
DeleteSelamat berjuang buat kita Mbak, haha...
Makasih tipsnya, Mba. Noted dulu nih.
ReplyDeleteSama-sama, Mbak.
DeleteAnakku dua juga beda banget, Mbak. ANak pertama perempuan lebih gampang. Nah yang cowok, ampun dah. Sekarang aja kadang masih ngompol karena malas ke toilet. Wew... Tapi malah jadi dobel ilmunya kok.
ReplyDeleteHihi, sama berarti, pas nangani yang cowok saya juga pakai ampun-ampun.
DeleteKebetulan apa memang begitu anak cowok ya...
Anak pertamaku telat banget toilet trainingnya..karena emaknya males keknya, maunya praktis saja. Dan belajar dari si kakak akhirnya si adik aku ajari lebih maju lagi. Dan, syukurlah sekitar umur 2 tahunan hampir barengan nyapih dah berhasil
ReplyDeleteSaya malah anak ke-4 yang telat. Penyebabnya... antara "repot" yang dibuat-buat sama males juga kayaknya, Mbak, hehe...
DeleteWah, pas banget lagi niat belajar toilet training buat si bungsu. Makasih mba infonya.
ReplyDeleteSama-sama Mbak. Wah, iya, jadi ingat, sepertinya saya perlu niat juga nih Mbak.
DeleteAlhamdulillah anak2ku sukses toilet training di usia 2 tahunan semua, duluuu
ReplyDeleteAlhamdulillah... senangnya bisa terlewati dengan mudah ya Mbak.
DeleteAlhamdulillah anak2ku sukses toilet training di usia 2 tahunan semua, duluuu
ReplyDeletePengalaman saya, pospak terkadang membuat lalai mengajarkan toilet training, mb. Terimakasih sharingnya, ya.
ReplyDeleteKarena merasa "aman" mungkin ya Mbak. Kadang saya juga sempat merasa begitu... Ah, belum saatnya, pakai pospak dulu aja deh, masih repot sama pekerjaan lain, & alasan lain juga, haha...
Deletetoilet training memang harus sejak dini. biar terbiasa bersih dari kecil
ReplyDeleteBetul Mbak. Tapi begimana ya... #emak maunya ngeles nih, hihi...
DeleteAlhamdulillah saya sudah menerapkan sejak anak kecil
ReplyDeleteAlhamdulillah... lancar semua ya, Mis?
DeleteAlhamdulillah anak saya lancar saat toilet training. Peran suami sangat mendukung prosesnya. Dan tiap anak memang beda2 ya mbak. Anak saya pun demikian. Yg pertama tuh 16 bulan udah lepas Pampers. Yang kedua 2 tahun baru lepas.
ReplyDeleteAlhamdulillah...
DeleteWah, bahagianya saat ayah ikut terlibat "mengurus" anak-anak.
Bener sekali Mbak, peran ayah itu luar biasa.
Intinya, ibu harus sabar dampingi anak belajar ke toilet. Anak-anak suka bertindak ajaib tapi gemesin iya kan.
ReplyDeleteBetewe, tips ini pas banget yang masih punya anak balit.