Wednesday, April 6, 2016

Toilet Training Terlambat, Ini Tipsnya

Asyik bermain

Mendapati materi kuliah via whatsapp (kulwap) yang saya ikuti membahas masalah Toilet Training (TT), saya jadi bersemangat untuk memulai TT. Meski ini sudah amat sangat terlambat, tapi tetap harus dilakukan. Bukankah lebih baik terlambat daripada terus dibiarkan--ngeles ini mah, haha...

Kenapa terlambat? Iya, karena anak keempat saya sudah berusia 3,5 tahun. Anak keempat? Bagaimana dengan anak pertama, kedua dan ketiga saya? Alhamdulillah, mereka semua sukses melakukan TT di rentang usia 1 - 1,5 tahun. Ketiganya terbilang lancar, sesuai target dan harapan. Nyaris tidak ada yang pernah mengompol. Kalau pun sempat terjadi, itu bisa dihitung jari.

Terus kenapa anak keempat begitu terlambat? Alasannya banyak laaah... Namanya orang gagal atau terlambat kan biasanya punya banyak alasan? Tapi itu tidak penting. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana mengajarkan anak TT di usia tersebut.

Saya memulai TT pada anak keempat, empat hari yang lalu. Sebelumnya saya sudah pernah mencobanya. Namun saat itu dia berontak, menolak untuk tidak memakai popok sekali pakai (pospak). Padahal sudah sejak lama dia bisa jongkok dan bisa berbicara dengan baik. Yang artinya, dia seharusnya sudah bisa menyampaikan apa yang diinginkannya, termasuk keinginannya untuk buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB).

Kalau saya perhatikan, anak saya berontak karena dia sudah merasa nyaman memakai pospak. Dia merasa bebas BAK dan BAB kapan saja dan di mana saja. Namun ada kalanya dia tidak memakai pospak tanpa memberontak, yaitu saat dia mainan air. Nah, hari minggu kemarin, kebetulan saya mengajaknya berenang. Karena jarak rumah dengan kolam renang cukup dekat, setelah mandi saya langsung memakaikan dia baju untuk renang, tanpa pospak. Alhasil, dia tidak protes, kan mau renang, hehe...

Setelah puas bermain air, tiba waktunya bilas dan ganti baju. Saya sengaja kembali tidak memakaikan pospak. Dia merasa senang karena habis berenang, sehingga dia tidak protes tidak memakai pospak. Sampai di rumah, saya ingatkan dia kalau sedang tidak memakai pospak. Jadi saya minta dia untuk menyampaikan jika ingin BAK atau BAB. Tapi karena dia biasa memakai pospak, bisa dipastikan awalnya dia tidak akan memberitahu bila ingin BAK maupun BAB. Bagaimana solusinya?

Untuk langkah selanjutnya, simak tips-tips berikut ini!

Langkah pertama. 
Carilah kesempatan kapan anak merasa nyaman dan tidak terganggu tanpa pospak.

Bisa saat anak-anak akan berenang seperti kondisi anak saya di atas. Atau di saat-saat lain dimana anak sudah terbiasa melakukan kegiatan itu tanpa memakai pospak, misalnya saat bermain di luar rumah.

Langkah kedua.
Selalu perhatikan gerak gerik anak, kenali tanda-tandanya saat ingin BAK dan BAB

Perhatikan anak, nomer duakan dulu pekerjaan rumah yang lain, karena ini sangat penting untuk keberhasilan TT. Pasti ada tingkah yang bisa dikenali saat anak ingin BAK dan BAB. Meski tentu saja kita baru akan mengetahuinya setelah anak sudah terlanjur BAK di celana alias mengompol. Sabaaar... 

Langkah ketiga.
Kenali rentang waktu anak biasa BAK

Percobaan pertama gagal itu biasa. Jangan lihat gagalnya, tapi lihatlah berapa jam waktu yang dibutuhkan anak antara BAK pertama dengan BAK berikutnya. Rentang waktu itu bisa digunakan sebagai acuan untuk mempersiapkan diri menjelang BAK yang berikutnya lagi.

Langkah keempat.
Ajaklah anak ke kamar mandi pada saat yang tepat

Setelah tahu rentang waktunya, gunakan kesempatan untuk mengajak ke kamar mandi. Bisa dengan menanyakan dulu, "Adik kepingin pipis? Ayo, kita pipis ke kamar mandi?" Tapi jangan terlalu sering ya, karena pasti akan membuat dia tidak nyaman, dan bisa menggagalkan TT. Selalu perhatikan suasana anak dan kesempatan yang ada sebelum bertanya.

Langkah kelima.
Ulangi langkah kedua dan ketiga hingga anak jadi terbiasa.

Percobaan kedua masih gagal? Tetap sabar! Percayalah, untuk anak seusia itu, terkena basah oleh pipisnya sendiri sampai dua kali atau lebih, pasti akan membuat dia tidak nyaman. Pada hari pertama, dia mungkin belum mau bilang kalau mau BAK dan BAB, tapi pandangan matanya akan memberi isyarat kepada kita bahwa dia menginginkannya. Itulah kenapa, langkah kedua, selalu memperhatikan gerak gerik anak menjadi sangat penting.

Langkah keenam.
Teruslah bersabar dan tahan untuk tidak marah selama proses melakukan langkah kedua hingga langkah kelima

Modal pertama TT baik untuk anak di usia tepat untuk TT maupun yang terlambat adalah kesabaran kita sebagai orang tua. Mungkin ada yang mudah di awal-awal TT, tapi di tengah-tengah tiba-tiba anak mengompol itu hal yang biasa. Itulah resiko TT. Jadi siapkan stok sabar sebanyak mungkin, ya... Sebisa mungkin jangan memarahi anak hanya karena mengompol. Itu akan membuat program TT itu percuma. Ingat! Tujuan dari Toilet Training adalah agar anak bisa mengontrol diri dari keinginannya untuk BAK dan BAB tidak pada tempatnya--kamar mandi.

Itulah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk bisa berhasil TT. Saya sudah mencobanya pada anak keempat saya. Dan hingga hari keempat ini, tidak ada hambatan yang terlalu berarti. Ingat untuk tetap sabar dan menahan diri untuk tidak marah.


Pamulang, 6 April 2016
#TipsToiletTraining


Tuesday, April 5, 2016

Mie Goreng Kacang

Apa sih Mie Goreng Kacang? Saya akan berbagi resep mie goreng kacang sebagai jawabannya. Mie goreng kacang ini sebenarnya lebih tepat kalau disebut mie goreng instan kacang. Karena mie yang saya gunakan memang selalu mie goreng instan.

"Hanya dengan itu (mie instan goreng) bisa diperoleh rasa mie goreng kacang yang mantap," begitu kata suami, hehe...

Ngomongin mie instan, pasti banyak yang sepakat kalau itu makanan tidak sehat. Sudah banyak fakta dan penjelasan yang bisa dicari lewat internet tentang bahayanya terlalu sering mengkonsumsi mie instan. Instant gitu, lho! Terus, kalau tidak sering bagaimana? Jawabannya cari sendiri deh, saya tidak sedang mau membahas tentang itu, haha...

Kalau saya pribadi sih, belum tentu sekali dalam seminggu saya mengkonsumsinya. Selain karena memang tidak terlalu suka, sepertinya saya memang terprovokasi untuk ikut menganggap bahwa mie instan itu tidak sehat. Sehingga walaupun anak saya ada yang sangat menyukainya, saya tetap memberi batasan maksimal dua kali dalam seminggu dia boleh memakannya.

Eh tapi, bagaimana kalau suami begitu menyukai mie instan? Padahal kita menganggap mie instan sebagai makanan tidak sehat. Apa rumah tangga harus dikorbankan hanya karena persoalan selera makan ini? (Halah, masak ya sampai segitunya? Hihihi...) Atau kita mesti menolak melayani suami (menyiapkan makannya) hanya karena makanan yang dimintanya kita anggap sebagai "musuh" bagi tubuh kita? Kalau bisa jangan ya, bisa-bisa nanti suami malah carinya di warung. Yang bisa saja, pelayan warung lebih "berbahaya" dibanding bahaya mie instan itu sendiri. Nah, lho!

Terus solusinya bagaimana? Sejauh ini saya berusaha menekan bahaya mie instan dengan mengikuti petunjuk cara mengkonsumsinya yang juga banyak bertebaran di internet. Salah satunya dengan membuang air rebusan pertama. Dan untuk memasukkan gizi ke dalam mie instan, saya hampir selalu menambahkan sayuran. Yang paling praktis biasanya sawi, tinggal dicampurkan dengan mie yang sudah matang dan masih panas, selesai. Kadang-kadang malah saya gunakan sawi sama banyak dengan porsi mienya. Hingga terasanya justru makan sawi, bukan lagi makan mie, hehe...

Sayuran pelengkap lainnya yang biasa saya gunakan adalah kacang panjang. Yang memilih tambahan kacang panjang pertama kali justru suami. Rencana awalnya kan mau oseng-oseng kacang. Karena tidak ada tempe atau tahu sebagai tambahan, maka dipilihlah mie instan. Jadilah mie goreng kacang ala suami yang lezat. (Ya iyalah, pakai mie instan gitu lho!) Selain penyajiannya praktis, cepat, dengan tambahan kacang panjang kan bergizi jadinya. Dan sejak itulah saya jadi sering membuatkan  suami, mie goreng kacang sebagai teman makan nasi.

Apa saja yang dibutuhkan untuk membuat mie goreng kacang? Berikut ini bahan-bahan yang perlu disiapkan dan cara mengolahnya.

Mie Goreng Kacang

Mie Goreng Kacang

Bahan:
1 bungkus mie instan goreng
1 ikat kecil kacang panjang, potong-potong sesuai selera
2 siung bawang putih, cincang halus
3 siung bawang merah, iris-iris tipis
1 buah bawang bombay, ukuran kecil saja, diiris kasar
10 buah cabe rawit (bisa ditambah jika suka pedas), iris-iris sesuai selera
garam dan gula secukupnya

Cara mengolah:
1. Rebus mie dalam panci hingga matang, lalu tiriskan.
2. Siapkan wajan, tumis bawang putih, bawang merah dan cabe rawit sampai tercium aroma sedapnya, lalu masukkan bawang bombay, tunggu hingga sedikit layu.
3. Masukkan kacang panjang, diaduk-aduk agar matangnya merata.
4. Tambahkan garam dan gula.
5. Setelah kacang panjang matang, kecilkan api, lalu masukkan mie-nya. Masukkan juga bumbu-bumbu yang terdapat dalam kemasan mie instan, tanpa kecuali.
6. Kembalikan api seperti semua, aduk-aduk sebentar agar bumbu rata, angkat.
7. Taraaa... Mie Goreng Kacang siap dihidangkan.

Tips: 
Belah mie instan menjadi dua bagian sebelum direbus, atau bisa juga diremukkan, agar mie yang direbus tidak terlalu panjang, sehingga bisa tercampur merata dengan kacang panjang.


Pamulang, 5 April 2016
#berbagi resep

#OneDayOnePost
#27