Sabtu, 18 Januari 2014, kami dalam perjalanan dari Solo menuju Jakarta.
Kami memilih untuk melintasi jalur pantura, dengan pertimbangan bahwa
jalan yang akan kami lalui lebih lapang dan tidak terlalu
berkelok-kelok. Hampir sepanjang perjalanan kami selalu diguyur hujan,
dari yang intensitasnya rendah sampai tinggi. Kami rasa itu biasa,
karena memang ini musim hujan. Tapi begitu memasuki kota Pekalongan,
dampak hujan yang hampir terus menerus turun, mulai terlihat. Di sebelah
kanan dan kiri jalan terlihat air menggenang, bahkan sebagian hampir
sama tingginya dengan
Sabtu, 18 Januari 2014, kami dalam perjalanan dari Solo menuju Jakarta. Kami memilih untuk melintasi jalur pantura, dengan pertimbangan bahwa jalan yang akan kami lalui lebih lapang dan tidak terlalu berkelok-kelok. Hampir sepanjang perjalanan kami selalu diguyur hujan, dari yang intensitasnya rendah sampai tinggi. Kami rasa itu biasa, karena memang ini musim hujan. Tapi begitu memasuki kota Pekalongan, dampak hujan yang hampir terus menerus turun, mulai terlihat. Di sebelah kanan dan kiri jalan terlihat air menggenang, bahkan sebagian hampir sama tingginya dengan jalan raya yang kami lalui. Alhasil, halaman rumah-rumah yang di sekitar jalan raya hampir semuanya tergenang air. Bahkan, beberapa yang lantai rumahnya rendah, air terlihat masuk sampai ke teras dan bagian dalam rumah.
Dari Pekalongan, perjalanan kami lanjutkan menyusuri Pemalang, Tegal, Brebes, Cirebon (via tol Kanci) dan Indramayu. Di beberapa tempat terlihat air ada yang menggenang, namun tidak sebanyak di daerah Pekalongan. Sekitar jam 23.30 WIB kami mulai masuk daerah Subang dan semakin dekat dengan Pamanukan. Tepat jam 24.00 WIB, kendaraan kami harus berhenti, karena kendaraan yang ada di depan kami juga berhenti. Kami hanya menduga kalau itu hanya kemacetan biasa, namanya juga jalan raya, mungkin di depan ada kecelakaan atau hal-hal lain yang mengganggu arus lalulintas. Dalam satu jam pertama, mobil masih sesekali bergerak. Dalam 5 menit mobil bisa bergerak antara 20 - 50 meter. Dan kami berharap mobil akan terus bergerak meskipun harus menunggu beberapa saat, tapi tidak berhenti.
Antara jam 01.00 - 01.30 WIB, kendaraan hanya bergerak 2 kali, dan benar-benar berhenti pada jam 02.00 WIB. Setelah berbincang-bincang dengan para pengemudi yang lain, kami mendapat kabar kalau ada banjir di daerah Pamanukan yang merendam jembatan yang mestinya kami lalui. Tapi, apa mau dikata, kendaraan kami berada di antara truk-truk besar dan kendaraan yang lain, sudah tidak bisa kemana-mana. Jadi kami harus menunggu sampai kendaraan yang lain bergerak dan kami menemukan celah untuk bisa memutar balik. Namun sampai subuh tiba, mobil tidak bergerak. Baru sekitar jam 07.30 WIB kendaraan mulai bergerak kembali. Begitu mendapat celah, kami langsung memutar balik dan mencari jalur alternatif terdekat yang bisa dilalui dengan cepat menuju Jakarta.
Dalam penantian kami selama kurang lebih 7 jam, hanya ada satu hal yang mengganjal bagi kami. Kenapa ya, tidak nampak satu orangpun petugas lalulintas yang mengatur kemacetan parah itu?! Ketika kami mendapat kabar bahwa kemacetan diakibatkan oleh banjir, kami juga bertanya-tanya, kenapa sebelum memasuki wilayah Subang tidak ada peringatan perihal banjir ini?! Begitu kami memutar balikpun dan mendapatkan jalur yang bisa kami lewati untuk mencapai tol terdekat menuju Jakarta, di pertigaan yang kami lewati itu, tidak nampak satu orangpun petugas lalulintas yang berjaga dan mengarahkan. Peringatan perihal banjirpun tidak nampak. Yang ada hanya relawan yang merupakan penduduk setempat. Apakah karena hari itu adalah hari Minggu, jadi petugas lalulintas pada libur...?!
Dengan tidak adanya petugas lalulintas yang mengarahkan untuk menempuh jalur alternatif dari Cirebon menuju Jakarta, atau tanda peringatan perihal adanya banjir di daerah Pamanukan, mungkin akan semakin banyak mobil yang harus terjebak dalam kemacetan seperti yang kami alami. Untuk kendaraan besar mungkin tidak terlalu menjadi masalah, karena kendaraan besar mungkin masih bisa menerjang banjir. Tapi bagaimana dengan kendaraan kecil seperti yang kami kendarai...?! Semoga kendaraan-kendaraan kecil di belakang kami segera memperoleh informasi tentang banjir yang terjadi di Pamanukan, sehingga mereka bisa segera mencari jalur alternatif yang bisa ditempuh untuk sampai ke tempat tujuan masing-masing.
Sabtu, 18 Januari 2014, kami dalam perjalanan dari Solo menuju Jakarta. Kami memilih untuk melintasi jalur pantura, dengan pertimbangan bahwa jalan yang akan kami lalui lebih lapang dan tidak terlalu berkelok-kelok. Hampir sepanjang perjalanan kami selalu diguyur hujan, dari yang intensitasnya rendah sampai tinggi. Kami rasa itu biasa, karena memang ini musim hujan. Tapi begitu memasuki kota Pekalongan, dampak hujan yang hampir terus menerus turun, mulai terlihat. Di sebelah kanan dan kiri jalan terlihat air menggenang, bahkan sebagian hampir sama tingginya dengan jalan raya yang kami lalui. Alhasil, halaman rumah-rumah yang di sekitar jalan raya hampir semuanya tergenang air. Bahkan, beberapa yang lantai rumahnya rendah, air terlihat masuk sampai ke teras dan bagian dalam rumah.
Dari Pekalongan, perjalanan kami lanjutkan menyusuri Pemalang, Tegal, Brebes, Cirebon (via tol Kanci) dan Indramayu. Di beberapa tempat terlihat air ada yang menggenang, namun tidak sebanyak di daerah Pekalongan. Sekitar jam 23.30 WIB kami mulai masuk daerah Subang dan semakin dekat dengan Pamanukan. Tepat jam 24.00 WIB, kendaraan kami harus berhenti, karena kendaraan yang ada di depan kami juga berhenti. Kami hanya menduga kalau itu hanya kemacetan biasa, namanya juga jalan raya, mungkin di depan ada kecelakaan atau hal-hal lain yang mengganggu arus lalulintas. Dalam satu jam pertama, mobil masih sesekali bergerak. Dalam 5 menit mobil bisa bergerak antara 20 - 50 meter. Dan kami berharap mobil akan terus bergerak meskipun harus menunggu beberapa saat, tapi tidak berhenti.
Antara jam 01.00 - 01.30 WIB, kendaraan hanya bergerak 2 kali, dan benar-benar berhenti pada jam 02.00 WIB. Setelah berbincang-bincang dengan para pengemudi yang lain, kami mendapat kabar kalau ada banjir di daerah Pamanukan yang merendam jembatan yang mestinya kami lalui. Tapi, apa mau dikata, kendaraan kami berada di antara truk-truk besar dan kendaraan yang lain, sudah tidak bisa kemana-mana. Jadi kami harus menunggu sampai kendaraan yang lain bergerak dan kami menemukan celah untuk bisa memutar balik. Namun sampai subuh tiba, mobil tidak bergerak. Baru sekitar jam 07.30 WIB kendaraan mulai bergerak kembali. Begitu mendapat celah, kami langsung memutar balik dan mencari jalur alternatif terdekat yang bisa dilalui dengan cepat menuju Jakarta.
Dalam penantian kami selama kurang lebih 7 jam, hanya ada satu hal yang mengganjal bagi kami. Kenapa ya, tidak nampak satu orangpun petugas lalulintas yang mengatur kemacetan parah itu?! Ketika kami mendapat kabar bahwa kemacetan diakibatkan oleh banjir, kami juga bertanya-tanya, kenapa sebelum memasuki wilayah Subang tidak ada peringatan perihal banjir ini?! Begitu kami memutar balikpun dan mendapatkan jalur yang bisa kami lewati untuk mencapai tol terdekat menuju Jakarta, di pertigaan yang kami lewati itu, tidak nampak satu orangpun petugas lalulintas yang berjaga dan mengarahkan. Peringatan perihal banjirpun tidak nampak. Yang ada hanya relawan yang merupakan penduduk setempat. Apakah karena hari itu adalah hari Minggu, jadi petugas lalulintas pada libur...?!
Dengan tidak adanya petugas lalulintas yang mengarahkan untuk menempuh jalur alternatif dari Cirebon menuju Jakarta, atau tanda peringatan perihal adanya banjir di daerah Pamanukan, mungkin akan semakin banyak mobil yang harus terjebak dalam kemacetan seperti yang kami alami. Untuk kendaraan besar mungkin tidak terlalu menjadi masalah, karena kendaraan besar mungkin masih bisa menerjang banjir. Tapi bagaimana dengan kendaraan kecil seperti yang kami kendarai...?! Semoga kendaraan-kendaraan kecil di belakang kami segera memperoleh informasi tentang banjir yang terjadi di Pamanukan, sehingga mereka bisa segera mencari jalur alternatif yang bisa ditempuh untuk sampai ke tempat tujuan masing-masing.
No comments:
Post a Comment