Friday, March 11, 2016

Alhamdulillah, Terima Kasih, Ya Allah

Hingga pukul 21.00 malam ini, saya belum posting tulisan. Keluhan PMS (Pre Menstruasi Sindrom) yang saya rasakan dua hari ini memang cukup mengganggu. Entah kenapa, keluhan rutin yang selama dua bulan terakhir sudah mulai menghilang, kini muncul kembali. Tapi saya tetap berusaha untuk menyelesaikan tulisan sebelum hari berganti. Dan harus gagal pada hari ini...

Sekitar pukul 21.00 tadi, setelah ketiga anak saya tidur, saya sudah siap di depan laptop bersama segelas jahe hangat. Ada beberapa topik yang ingin saya tulis, tapi belum ada yang tuntas hingga suami saya datang setengah jam kemudian. Setelah menyambut suami dan berbincang sebentar, sekitar setengah jam-an, saya bermaksud melanjutkan lagi untuk menulis. Baru 10 menit saya berada di depan laptop, tiba-tiba terdengar suara reruntuhan sesuatu. Tidak terlalu keras suaranya, namun cukup menyita perhatian saya.

Saya pun pergi mencari sumber suara reruntuhan itu di dapur, tapi tidak menemukan apa-apa. Lalu saya berpindah ke kamar saya dan suami, dimana anak-anak juga ikut tidur di kamar itu tadi. Dan betapa kagetnya saya melihat reruntuhan dinding yang memang mulai keropos menimpa bantal yang digunakan putri kedua saya. Lalu putri saya bagaimana?

SubhanAllah walhamdulillah, putri kedua saya yang tidurnya "munyer" (muter-muter ke sana ke mari), sudah tidak di atas bantal itu lagi. Dia sudah berada jauh di bagian tepi kasur yang jauh dari dinding. Dan ternyata, beberapa saat sebelumnya, suami sempat berpikir untuk memindah putri kedua saya ke tempat semula. Sementara itu, putri ketiga saya tidurnya berada agak jauh di sebelah kakaknya yang bantalnya tertimpa reruntuhan. Sehingga kedua putri saya tidak ada yang tertimpa langsung reruntuhan dinding yang sebagiannya cukup besar-besar itu. Hanya serpihan debu bercampur pasir halus yang sedikit menggangu kenyamanan tidur mereka.

"Ya Allah... malam ini Engkau benar-benar menunjukkan kebesaran-Mu pada kami. Sungguh, sedikit pun kami tidak ragu akan kekuasaan-Mu. Engkau telah menunjukkan pada kami, bahwa Engkaulah Sang Maha Penyelamat dari segala keburukan. Engkau telah mengingatkan kami untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang Engkau berikan. Terima kasih, ya Allah... Jagalah kami selalu dengan sebenar-benar Penjagaan-Mu. Hanya kepada Engkaulah kami titipkan jiwa dan raga kami."

#OneDayOnePost
#keepwriting
#9

Wednesday, March 9, 2016

Pesona Mini Afrika-nya Indonesia

Pernah dengar tidak, kalau Indonesia punya miniatur Afrika? Kawasan hutan yang sengaja dijadikan Taman Nasional, dan "tertutup" dari aktivitas dan hunian manusia. Ya, itulah Taman Nasional Baluran.

Taman Nasional Baluran berada di bagian timur pulau Jawa. Tepatnya di ujung timur wilayah kabupaten Situbondo, tanah kelahiran saya. Lokasinya yang berjarak sekitar 271 km dari Surabaya, ibu kota propinsi Jawa Timur ini, sangat mudah dijangkau. Hanya ada satu jalur untuk menuju ke sana dari Surabaya, yaitu dengan perjalanan darat via jalur pantura. Pengunjung yang datang ke sana bisa memasuki area wisata dengan mengendarai mobil, motor, atau pun jalan kaki. Kalau jalan kaki, siapkan saja tenaga dan perbekalan yang cukup.

Selamat Datang di Baluran

Taman Nasional Baluran memang dikenal sebagai "Mini Afrika"-nya Indonesia. Sebutan itu bukan tanpa alasan. Hal ini karena di Taman Nasional Baluran terdapat padang savana yang menyerupai padang savana di daratan Afrika. Pengunjung bisa menikmati pemandangan padang savana ini dari beberapa sisi yang berbeda, tentu dengan latar yang juga berbeda. Untuk menikmatinya pun, cukup dari jalan yang memang disediakan untuk dilalui kendaraan. Padang savana Bekol, adalah padang savana terluas yang ada di sana.

Ada beberapa lokasi unggulan yang bisa dinikmati pengunjung di Taman Nasional Baluran. Yang utama tentu saja pemandangan alamnya. Dimana perbedaan ekstrim terjadi di dua musim berbeda. Yaitu nuansa warna hijau di musim hujan dan nuansa kecoklatan saat musim kemarau. Begitu juga dengan pepohonan yang ada, akan terlihat rimbun oleh dedaunan dan menghijau di musim hujan, namun daun-daun itu rontok saat musim kemarau.

pemandangan padang savana di musim kemarau dengan latar pepohonan

pemandangan padang savana di musim kemarau dengan latar gunung Baluran

Nama Baluran sendiri merupakan nama gunung yang berdiri kokoh di kawasan Taman Nasional Baluran. Gunung itu tidak hanya menambah indah pemandangan, tapi juga menjadi pelindung bagi beberapa spesies binatang yang hidup dengan bebas di sana. Diantaranya ada rusa, banteng, kerbau, burung merak, monyet dan beberapa spesies lainnya. Dengan terjaganya kawasan Taman Nasional Baluran dari aktivitas dan hunian manusia, berbagai spesies binatang dapat hidup dan berkembang biak dengan bebas di sana. Kalau beruntung, pengunjung bisa melihat berbagai spesies binatang itu sekaligus dalam satu kunjungan. Menurut info dari petugas di sana, bulan September dan Oktober adalah bulan yang cocok untuk berkunjung ke sana. Di bulan-bulan itu, sebagian besar binatang akan mudah terlihat, karena masa itu adalah musim kawin.

pepohonan sekitar gunung Baluran yang terlihat mengering di musim kemarau

Selain hutan, padang savana, dan binatang-binatangnya, di Taman Nasional Baluran juga terdapat pantai yang indah, yaitu Pantai Bama. Pemandangan dan suasana alamnya begitu nyaman untuk dinikmati. Terumbu karangnya juga tidak kalah indah dan cukup terjaga. Karena itu snorkling menjadi aktivitas yang sayang untuk dilewatkan ketika berkunjung ke pantai ini. Hanya saja untuk snorkling, tidak bisa setiap saat dilakukan. Hal ini karena keterbatasan petugas yang melayani kebutuhan pengunjung untuk snorkling. Akan lebih baik jika saat di pintu masuk sudah terlebih dahulu memberitahukan kepada petugas rencana untuk snorkling, sekaligus memperoleh kepastian bisa atau tidaknya snorkling saat itu. Karena jarak pantai dengan pintu masuk lumayan jauh.

  pesona Pantai Bama

Dan bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana malam ala hutan, bisa memilih untuk bermalam. Taman Nasional Baluran menyediakan beberapa pondokan kayu sederhana sebagai tempat menginap. Biayanya juga sangat terjangkau, yaitu kisaran 150 ribu hingga 300 ribu rupiah saja per malam, tergantung jenis pondok yang dipilih. Untuk menjaga suasana alami hutan, ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi pengunjung yang menginap, terutama pada malam hari. Sebaiknya tidak keluar pada malam hari, untuk menghindari serangan binatang buas. Nikmati saja nyanyian angin hutan dan suara-suara binatang malam dari dalam pondok. Meski jarang muncul, macan tutul termasuk spesies yang kabarnya juga menghuni Taman Nasional Baluran.

Bagaimana? Siap menguji nyali untuk berkunjung dan bermalam di sana?

#OneDayOnePost
#keepwriting
#8