Wednesday, March 27, 2019

Berbagi atau Bertanyalah (Bagian 3)


Menjelang Operasi

Keputusan Berat

Penjelasan dokter syaraf di RS Mayapada sangat informatif, membuat kami (sedikit) faham tentang sesuatu yang kami benar-benar awam. Itu cukup menenangkan kami, setidaknya untuk sementara waktu, karena kondisi suami masih kritis. Kami pun mendapat jawaban tentang apa yang terjadi.

Suami saya diserang stroke. Beliau mengalami penyumbatan pembuluh darah yang menuju otak kanannya. Itulah kenapa sisi tubuh bagian kiri suami saya terus melemah sejak hari pertama serangan. Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (dikenal dengan stroke iskemik) atau terjadi pecahnya pembuluh darah (dikenal dengan stroke hemoragik). Dan suami saya mengalami stroke iskemik, bukan stroke hemoragik seperti yang disangkakan dokter syaraf di RS sebelumnya. (Ah, andai dokter itu tidak salah mendiagnosa, huhuhu...)

Pemicu stroke yang menyerang suami disebabkan oleh perpaduan antara kadar gula darah yang tinggi, kolesterol yang sedikit di atas angka normal (yang untuk ukuran orang yang tanpa diabet masih terbilang aman), dan kemungkinan dipicu akibat kelelahan fisik. Menurut dokter, banyak hal yang bisa memicu serangan stroke. Itulah kenapa setiap orang yang terkena stroke memiliki riwayat kesehatannya masing-masing yang satu sama lain tidak selalu sama.

Tindakan darurat yang perlu segera dilakukan adalah menangani pembengkakan pada otak. Pembengkakan umumnya akan mencapai puncaknya pada hari ke-4. Namun suami saya mengalami pembengkakan lebih cepat yang jika dibiarkan bisa beresiko fatal. 

Setiap orang memiliki kemampuan berbeda menghadapi toleransi pembengkakan otak, namun ini bukan ajang coba-coba. Beberapa resiko yang bisa timbul akibat pembengkakan yang terus berlanjut, di antaranya:

1. Menimbulkan kerusakan fungsi otak secara permanen
Jika otak dibiarkan terus membengkak tanpa adanya penanganan, kemungkinan otak tidak bisa berfungsi kembali. Hal ini bisa menyebabkan dampak kerusakan yang permanen. Jadi meski pasien sembuh dan selamat dari serangan stroke, namun pasien terancam mengalami kelumpuhan fisik yang sulit disembuhkan dengan terapi apapun atau minimal membutuhkan masa pemulihan yang sangat lama.

2. Pembengkakan bisa menekan bagian otak yang masih sehat 
Bagian otak yang tidak mendapatkan asupan darah sangat berpotensi mengalami kerusakan. Jika bengkaknya menekan bagian otak yang sehat, tentu menambah luas area otak yang mengalami kerusakan dan berpotensi menambah luas dampak yang bisa ditimbulkan.
Yang paling fatal jika pembengkakan sampai menekan bagian batang otak. Karena kerusakan fungsi batang otak bisa menyebabkan pasien mengalami kelumpuhan secara total.

3. Menyebabkan pecahnya pembuluh darah
Dengan kata lain bisa menimbulkan terjadinya pendarahan. Penanganan stroke pada pasien yang mengalami pendarahan lebih beresiko dibandingkan yang mengalami penyumbatan. Terjadinya pendarahan yang terus menerus akan bisa menyebabkan terjadinya kematian.


28 Januari 2018

Tim dokter yang menangani suami saya menyarankan untuk segera dilakukan tindakan operasi. Untuk kasus stroke iskemik seperti suami saya, sebenarnya ada tindakan yang relatif lebih efektif dan murah, yaitu dengan dilakukan DSA (Digital Subtraction Angiography). Namun tindakan itu hanya bisa dilakukan pada pasien yang mengalami serangan stroke kurang dari 12 jam. Tim dokter tidak berani melakukan tindakan tersebut terhadap suami saya karena beresiko besar akan terjadinya pecahnya pembuluh darah pada titik terjadinya sumbatan.

Selama masa proses konsultasi kami dengan tim dokter, suami saya mendapatkan terapi obat yang salah satunya untuk menghambat laju pembengkakan pada otak. Terapi obat tersebut tetap diberikan baik kami setuju atau tidak dilakukannya tindakan operasi.

Selama proses pemberian obat berlangsung, suami saya ditempatkan di ruang ICU di bawah pengawasan 4 orang dokter spesialis, yaitu spesialis syaraf, spesialis penyakit dalam, spesialis THT, dan spesialis jantung.

Dua hari tanpa penanganan tepat membuat tingkat kesadaran suami saya yang seharusnya meningkat setelah diberikan tindakan, justru mengalami penurunan. Hal itu menyebabkan kemampuan fungsi organ yang juga mengalami penurunan, termasuk kinerja jantung dan pernafasan. Itulah kenapa harus melibatkan dokter spesialis jantung dan spesialis THT.


29 Januari 2018

Alhamdulilllah ... terapi obat yang diberikan memberikan hasil positif. Dalam 24 jam tingkat kesadaran suami saya meningkat. Secara medis, bisa dikatakan suami saya sudah melewati masa kritis. Kalau kata dokter, tidak dioperasi pun, suami saya bisa tetap hidup. Tapi tentu dengan resiko kerusakan otak yang belum bisa diprediksi dan masih mungkin terus bertambah selama masa terapi berlangsung, karena pembengkakan otak yang dialami suami tidak bisa diprediksi sampai kapan akan terjadi. Dokter tetap menyarankan dilakukan operasi sebagai ikhtiyar maksimal agar potensi kerusakan otak bisa ditekan seminimal mungkin dan dengan harapan bisa pulih lebih cepat.

Setelah berunding, akhirnya kami sepakat memilih opsi dilakukan operasi. Lebih cepat dilakukan tindakan akan lebih baik, begitu saran dokter. Jadi hari itu juga segala persiapan dilakukan untuk pelaksanaan operasi di kepala suami, yaitu membuka sebagian tengkoraknya. Besar harapan kami semua, ini menjadi langkah terbaik kami untuk kesembuhan suami saya.


*bersambung...


#SemingguTigaPostingan
#day11

Thursday, March 14, 2019

Nikmati Nabeez dan Dapatkan Manfaatnya


Air Nabeez Kurma Sukari

       Sejak 25 Januari 2018, hari pertama saya menemani suami di rumah sakit -ketika beliau sakit-, saya jadi jarang merasa lapar. Pernah ketika menunggu itu, dalam sehari saya hanya makan seporsi bubur ayam yang sempat saya lupakan keberadaannya semenjak pagi. (Alhamdulillah belum basi.) Saya baru memakannya lewat tengah hari dan tidak makan apa-apa lagi hingga keesokan harinya. Mungkin karena pikiran saya lebih fokus kepada suami yang terbaring sakit serta empat anak yang saya tinggalkan di rumah. (Ah, pingin mewek kalau ingat, huaaa...)

       Ada cukup makanan di meja dan di dalam lemari kecil ruang rawat inap yang ditempati suami. Tapi saya seperti tidak punya waktu meski sekadar untuk melihatnya. Biasanya makanan-makanan buah tangan teman-teman dan kerabat suami itu lebih sering saya bawa pulang untuk diberikan kepada anak-anak. Ya, setiap malam sekitar pukul 21.00 - 22.00 saya biasanya pulang ke rumah, lalu kembali ke RS pagi harinya. Butuh waktu sekitar satu jam perjalanan naik mobil dari RS ke rumah. Lumayan jauh, tapi tetap saya lakukan demi si bungsu yang masih ngASI. (Mungkin seperti mimpi buat dia, karena setiap saya datang, dia biasanya sudah tidur, dan saya berangkat lagi sebelum dia bangun, hiks.)

       Makan saya memang tidak banyak, tapi menjadi lebih sedikit dan lebih jarang lagi sejak suami sakit. Apalagi sebelumnya saya memang biasa sarapan buah saja di pagi hari. Dengan mengunyah buah secukupnya di pagi hari, saya bisa lupa makan setelahnya. Kalau akhirnya saya memasukkan sesuatu ke dalam mulut untuk dimakan, itu karena saya ingat punya kewajiban untuk memenuhi hak tubuh saya. Apalagi saya yang fulltime mengurus suami sempat drop beberapa hari waktu itu. Alhamdulillah, ada yang membantu mengurus empat anak saya selama saya fokus mengurus suami.

       Dari RS, saya lanjutkan mengurus suami di rumah. Menjadi istri, teman bicara, dokter, perawat, ahli gizi, sekaligus terapis suami menjadi aktivitas rutin saya di rumah. (Akhirnya semua cita-cita di bidang kesehatan yang dulu pernah terlintas, terealisasi juga, huhu...) Meski anak-anak sudah ada yang mengurus, untuk beberapa keperluan terkadang mereka masih mencari saya. Sebesar apapun usaha saya untuk menikmati semua kesibukan itu, kadang-kadang tubuh saya merasakan lelah, minta diistirahatkan sejenak.

       Waktu terus berjalan, hingga tak terasa sudah mendekati ramadhan kala itu. Ketika saya membeli beberapa kebutuhan di toko langganan, tidak sengaja saya melihat kurma Tunisia. Sudah lama tidak makan kurma, saya pun membelinya sebungkus. Sengaja saya pilih yang banyak isinya karena itu adalah kurma kesukaan saya. Hingga saat itu, kurma Tunisia memang menjadi kurma favorit saya.

       Biasanya saya mengonsumsi kurma dengan cara dimakan biasa. Ternyata mengunyah 3 atau 5 atau 7 butir kurma cukup membutuhkan waktu buat saya yang kalau mengunyah makanan suka lama. Tiba-tiba saya teringat bahwa kurma bisa dinikmati dengan cara berbeda. Cara yang sama yang biasa dipakai Rasulullah dalam menikmati buah kurma. Sudah cukup lama saya mengetahuinya, tapi saya belum pernah mencobanya. Pembuatannya tidak jauh berbeda dengan proses membuat infused water. Yaitu dengan merendam buah kurma di dalam air atau biasa dikenal dengan sebutan Nabeez.

       Pertama kali membuat air nabeez, saya tidak memperhatikan lama waktu merendamnya, karena saya lupa kalau sedang menyiapkan nabeez. Begitu ingat dan mencicipinya, saya langsung jatuh cinta. Rasa air rendaman kurmanya enak, manis dari kurmanya berasa. Begitu juga rasa kurmanya, menjadi makin lezat karena manisnya sudah berkurang. Membuat kurma Tunisia matang yang sangat manis itu menjadi terasa seperti kurma Tunisia segar dengan rasa manis yang pas di lidah saya. Selain itu, teksturnya juga jadi sangat lembut sehingga lebih mudah dikunyah dan ditelan. Mengonsumsi nabeez benar-benar menjadi cara menikmati kurma yang lezat dan praktis.

Cara mudah membuat air nabeez

       Sejak saat itu, saya hampir selalu menyantap kurma dengan dijadikan nabeez terlebih dahulu. Memasuki bulan ramadhan, saya pernah lupa belum menyiapkan air nabeez, padahal waktu berbuka tinggal beberapa jam lagi. Untuk mempercepat proses kurma menjadi cepat lembek, saya pun menggunakan air panas. Dari sisi rasa dan lembutnya kurma, cara ini berhasil, tapi saya tidak tahu pasti bagaimana kadar gizinya. Apakah berkurang karena penambahan air pada suhu panas atau tidak. Jadi penambahan air panas saya lakukan hanya ketika kondisi darurat saja, demi bisa menikmati buah kurma dengan cara direndam air.

       Selain rasanya yang lezat, mengonsumsi air nabeez nyata terasa manfaatnya buat saya. Mata yang menjadi gelap saat saya tiba-tiba bangun dari posisi duduk yang pernah saya rasakan ketika lupa makan, tidak terasa lagi. Air nabeez benar-benar memberi saya cukup energi. Saya jadi tidak khawatir lagi meski lupa makan. Selama puasa, air nabeez menjadi solusi praktis sebagai sajian berbuka dan sahur. Berbuka dengan air nabeez yang dibuat dari 7 butir kurma mampu menyumbang kalori yang membuat saya kuat tidak makan hingga saat sahur tiba.

       Selain manfaat nyata yang sudah saya buktikan, masih banyak manfaat lainnya. Berikut ini beberapa di antara manfaat air nabeez yang saya rangkum dari berbagai sumber:
  1. Membantu Proses Detoksifikasi
  2. Membantu Proses Metabolisme
  3. Membersihkan Sisa Metabolisme
  4. Meningkatkan Fungsi Pencernaan
  5. Menurunkan Kadar Keasaman pada Lambung
  6. Menstabilkan Tekanan Darah
  7. Membantu Menghilangkan Kolesterol Jahat dalam Tubuh
  8. Membantu Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
  9. Membantu Memperbaiki Masalah Hati dan Limpa
  10. Sangat Baik Dikonsumsi oleh Ibu Hamil dan Menyusui

       Alhamdulillah ... setelah hampir enam bulan saya tidak menikmati nabeez, kemarin saya bisa menikmatinya lagi. Kali ini saya tidak memakai kurma Tunisia, tapi memakai kurma Sukari, karena saya memang memesan kurma Sukari. Kalau dikonsumsi langsung, kurma Tunisia dan kurma Sukari terasa bedanya. Namun jika dijadikan nabeez, perbedaannya tidak terlalu kentara. Rasa lezat dan lembutnya kedua jenis kurma tersebut setelah direndam air beberapa jam, hampir sama.

       Sebetulnya sudah sejak lama saya ingin membeli kurma, tapi agak sulit juga mendapatkannya. Begitu ketemu di super market langganan, saya tidak jadi beli karena harganya kurang bersahabat buat saya. Entah memang harga kurma yang tinggi atau karena bukan bulan ramadhan jadi yang menyediakan kurma belum banyak sehingga harganya menjadi tinggi.

       Alhamdulillah lagi ... saya mempunyai teman fb yang menjual kurma secara online. Harganya mungkin tidak terlalu jauh berbeda dengan di pasaran, tapi jaminan kualitas yang ditawarkan membuat saya tertarik membelinya.

       Kualitas buah-buahan yang akan dikonsumsi sangat penting, lho, termasuk buah kurma. Saya beberapa kali membeli kurma dengan harga murah (karena memang mencari yang murah). Tampilan luar kurmanya memang bagus, tapi begitu dibuka, bagian dalamnya kering dan di sekitar bijinya terdapat binatang-binatang kecil. Meskipun bisa dibersihkan tapi kan bikin be-te pas mau makan. Kurma yang seperti itu menunjukkan bahwa kualitas kurmanya tidak bagus atau bisa karena kurmanya sudah beredar cukup lama.

       Selain membeli kurma, ternyata saya juga mendapat kesempatan untuk bergabung sebagai reseller. Ini kesempatan emas, saya pun memutuskan untuk bergabung, sehingga saya bisa memperoleh dua keuntungan. Yaitu mendapatkan kurma berkualitas dengan mudah dan memiliki kesempatan memulai usaha. (Bismillah ... mohon doanya semoga jadi usaha yang berkah ya, Mak.)

       Nah, teman-teman ada yang belum mencoba menikmati air nabeez? Sok atuh, dicoba dan rasakan manfaatnya. Cara bikinnya gampang banget, kan? Kalau kesulitan mendapatkan buah kurmanya, jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi saya. (*eh, hehe... sengaja...) Tapi kalau tidak mau ketagihan sih sebaiknya memang tidak perlu mencoba, haha... 


*tulisan ini diikutkan dalam tantangan SETIP bersama Estrilook

#SemingguTigaPostingan
#day10