Wednesday, August 13, 2014

Perjalanan Pertama Dari dan Ke Tangerang Selatan



Ini tentang perjalanan jauh pertama kami sejak tinggal di Tangerang Selatan. Sebagai penduduk baru di Tangsel, saat itu kami belum terlalu mengenal jalan-jalan yang harus ditempuh untuk masuk dan keluar dari Jakarta maupun Tangsel. Padahal sekitar 1 atau 2 bulan sekali kami harus meninggalkan Tangsel untuk menjenguk dua anak kami yang tinggal di pesantren. Yang satu di Klaten dan satu lagi di Sukoharjo. Perjalanan pertama ini dalam rangka menjenguk mereka.
Pertama kali meninggalkan Tangsel, kami memilih jalur selatan, yaitu via Bogor, Bandung, Garut, Tasik, Purwokerto dan Jogja. Jalur itu kami pilih setelah melihat peta di Google Map. Yang menurut perkiraan kami, jarak yang ditempuh melalui jalur selatan lebih pendek dibandingkan jalur utara. Karena masih pertama, jauhnya jarak dan lamanya waktu yang kami butuhkan untuk sampai di Klaten, kami anggap hal yang biasa. Jadi, kembali ke Tangsel, kami tetap melalui jalur selatan.
Dalam perjalanan kembali, sepanjang jalan dari Jogja kami banyak melihat mobil plat B juga melalui jalan yang sama. Dugaan kami, mereka menuju Jakarta. Jadi, kami bisa mengikuti mobil-mobil itu menuju Jakarta, karena jarak Tangsel dengan Jakarta Selatan cukup dekat. Namun, begitu sampai daerah Purwokerto, sekitar daerah Wangon, kami perhatikan, sudah tidak banyak lagi mobil plat B yang lewat. Kami berpikir, pasti mereka melalui jalan lain yang tentunya lebih cepat dan lebih dekat menuju Jakarta. Akan tetapi, kami tetap memilih untuk meneruskan perjalanan via jalur selatan.
Perjalanan pertama kami yang bersamaan dengan libur panjang Idul Adha (tahun lalu), membuat lalulintas padat merayap. Melalui jalur selatan yang hanya dua lajur, kanan dan kiri, membutuhkan kesabaran ekstra dalam berkendara. Jalannya yang kebanyakan berkelok-kelok juga perlu kehati-hatian dan konsentrasi yang tinggi. Terutama ketika melalui jalan lingkar Nagrek. Jalan yang sebelumnya hanya kami ketahui dari berita televisi saat musim mudik. Beberapa mobil terpaksa berhenti karena mengalami gosong pada kampas kopling. Alhamdulillah, suami sudah pernah mengalami waktu masih di Malang. Jadi bisa mengantisipasi untuk tidak mengalami hal yang sama.
Sebelum sampai di Bandung, kami memutuskan untuk lewat tol Cipularang saja, yaitu tol yang menghubungkan Bandung dan Jakarta, dan tidak lagi lewat Bogor. Dengan pertimbangan, lewat tol bisa lebih nyaman, lebih lapang dan tidak ada sepeda motor, sehingga bisa memacu kendaraan lebih cepat. Namun tetap saja, jarak tempuh tol sekitar 150 km itu adalah jarak yang jauh dan cukup melelahkan.
Sebelum masuk tol, suami sempat menanyakan pada beberapa orang, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai di Jakarta. Dan yang tidak kalah penting, menanyakan di mana kami harus keluar nanti kalau kami ingin menuju Tangsel. Kami mendapat dua kata kunci, yaitu Cikunir dan Kampung Rambutan. Jadilah sampai di pintu tol Cikunir, kami keluar, yang ternyata masih daerah Bekasi. Kami pun bertanya lagi, bagaimana cara untuk sampai di Tangsel. Kami disarankan untuk masuk tol lagi, yang untuk menemukan pintu masuknya, kami sangat kesulitan. (Tablet Advan belum di tangan, No GPS, cuma bisa tanya-tanya saja!)
Jadilah, perjalanan masuk Jakarta yang dikemudikan sendiri oleh suami, sebagai perjalanan yang panjang. Kami sempat keluar masuk tol beberapa kali, bahkan keluar dan masuk di jalan tol yang sama. Setiap lewat pintu tol, kami selalu bertanya kepada petugas tol, dimana kami harus keluar untuk bisa sampai di Tangsel. Seingat saya, jawaban yang mereka berikan tidak sama, sehingga sempat membuat kami bingung. Sampai akhirnya kami masuk tol yang menuju Serpong, dan petugas menyuruh kami keluar di Lebak Bulus. Kami pun lega, karena kami sudah sedikit mengenal daerah Lebak Bulus, yang berarti jarak rumah sudah cukup dekat.

Alhamdulillah..., akhirnya sampai juga kami kembali ke Pamulang, Tangsel. Benar-benar perjalanan panjang yang melelahkan, terutama bagi suami yang menyetir sendiri kendaraan kami, tanpa ada yang menggantikan. Namun, dari perjalanan itu kami bisa tahu daerah-daerah yang harus dilalui via jalur selatan, yang hingga saat ini belum pernah kami lalui lagi. Karena ternyata, lewat jalur pantura, terasa lebih dekat, lebih mudah dan lebih nyaman. Lebih dekat jaraknya, yaitu melalui Cikampek menuju Semarang, lalu ke tempat yang akan kami tuju, yaitu Klaten dan Sukoharjo. Lebih mudah, karena jalannya yang relatif lurus, alias tidak banyak berkelok. Dan lebih nyaman, karena jalannya lebar, dengan masing-masing ruas ada dua lajur.



ini adalah salah satu tempat peristirahatan di tol Pejagan yang biasa kami kunjungi

2 comments:

  1. perjalanan yang melelahkan, tapi jadi punya banyak cerita :)

    ReplyDelete
  2. betul,mak myra, selalu ada cerita dan hikmah yang bisa diambil, minimal buat saya pribadi.

    ReplyDelete