Ini tentang perjalanan jauh pertama kami
sejak tinggal di Tangerang Selatan. Sebagai penduduk baru di Tangsel, saat itu
kami belum terlalu mengenal jalan-jalan yang harus ditempuh untuk masuk dan
keluar dari Jakarta maupun Tangsel. Padahal sekitar 1 atau 2 bulan sekali kami
harus meninggalkan Tangsel untuk menjenguk dua anak kami yang tinggal di
pesantren. Yang satu di Klaten dan satu lagi di Sukoharjo. Perjalanan pertama
ini dalam rangka menjenguk mereka.
Pertama kali meninggalkan Tangsel, kami
memilih jalur selatan, yaitu via Bogor, Bandung, Garut, Tasik, Purwokerto dan
Jogja. Jalur itu kami pilih setelah melihat peta di Google Map. Yang menurut
perkiraan kami, jarak yang ditempuh melalui jalur selatan lebih pendek
dibandingkan jalur utara. Karena masih pertama, jauhnya jarak dan lamanya waktu
yang kami butuhkan untuk sampai di Klaten, kami anggap hal yang biasa. Jadi,
kembali ke Tangsel, kami tetap melalui jalur selatan.
Dalam perjalanan kembali, sepanjang
jalan dari Jogja kami banyak melihat mobil plat B juga melalui jalan yang sama.
Dugaan kami, mereka menuju Jakarta. Jadi, kami bisa mengikuti mobil-mobil itu
menuju Jakarta, karena jarak Tangsel dengan Jakarta Selatan cukup dekat. Namun,
begitu sampai daerah Purwokerto, sekitar daerah Wangon, kami perhatikan, sudah
tidak banyak lagi mobil plat B yang lewat. Kami berpikir, pasti mereka melalui
jalan lain yang tentunya lebih cepat dan lebih dekat menuju Jakarta. Akan
tetapi, kami tetap memilih untuk meneruskan perjalanan via jalur selatan.
Perjalanan pertama kami yang bersamaan
dengan libur panjang Idul Adha (tahun lalu), membuat lalulintas padat merayap.
Melalui jalur selatan yang hanya dua lajur, kanan dan kiri, membutuhkan
kesabaran ekstra dalam berkendara. Jalannya yang kebanyakan berkelok-kelok juga
perlu kehati-hatian dan konsentrasi yang tinggi. Terutama ketika melalui jalan
lingkar Nagrek. Jalan yang sebelumnya hanya kami ketahui dari berita televisi
saat musim mudik. Beberapa mobil terpaksa berhenti karena mengalami gosong pada
kampas kopling. Alhamdulillah, suami sudah pernah mengalami waktu masih di
Malang. Jadi bisa mengantisipasi untuk tidak mengalami hal yang sama.
Sebelum sampai di Bandung, kami memutuskan
untuk lewat tol Cipularang saja, yaitu tol yang menghubungkan Bandung dan
Jakarta, dan tidak lagi lewat Bogor. Dengan pertimbangan, lewat tol bisa lebih
nyaman, lebih lapang dan tidak ada sepeda motor, sehingga bisa memacu kendaraan
lebih cepat. Namun tetap saja, jarak tempuh tol sekitar 150 km itu adalah jarak
yang jauh dan cukup melelahkan.
Sebelum masuk tol, suami sempat
menanyakan pada beberapa orang, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai
di Jakarta. Dan yang tidak kalah penting, menanyakan di mana kami harus keluar
nanti kalau kami ingin menuju Tangsel. Kami mendapat dua kata kunci, yaitu
Cikunir dan Kampung Rambutan. Jadilah sampai di pintu tol Cikunir, kami keluar,
yang ternyata masih daerah Bekasi. Kami pun bertanya lagi, bagaimana cara untuk
sampai di Tangsel. Kami disarankan untuk masuk tol lagi, yang untuk menemukan
pintu masuknya, kami sangat kesulitan. (Tablet Advan belum di tangan, No GPS, cuma bisa tanya-tanya saja!)
Jadilah, perjalanan masuk Jakarta yang
dikemudikan sendiri oleh suami, sebagai perjalanan yang panjang. Kami sempat
keluar masuk tol beberapa kali, bahkan keluar dan masuk di jalan tol yang sama.
Setiap lewat pintu tol, kami selalu bertanya kepada petugas tol, dimana kami
harus keluar untuk bisa sampai di Tangsel. Seingat saya, jawaban yang mereka
berikan tidak sama, sehingga sempat membuat kami bingung. Sampai akhirnya kami
masuk tol yang menuju Serpong, dan petugas menyuruh kami keluar di Lebak Bulus.
Kami pun lega, karena kami sudah sedikit mengenal daerah Lebak Bulus, yang
berarti jarak rumah sudah cukup dekat.
Alhamdulillah..., akhirnya sampai juga
kami kembali ke Pamulang, Tangsel. Benar-benar perjalanan panjang yang
melelahkan, terutama bagi suami yang menyetir sendiri kendaraan kami, tanpa ada
yang menggantikan. Namun, dari perjalanan itu kami bisa tahu daerah-daerah yang
harus dilalui via jalur selatan, yang hingga saat ini belum pernah kami lalui
lagi. Karena ternyata, lewat jalur pantura, terasa lebih dekat, lebih mudah dan
lebih nyaman. Lebih dekat jaraknya, yaitu melalui Cikampek menuju Semarang,
lalu ke tempat yang akan kami tuju, yaitu Klaten dan Sukoharjo. Lebih mudah,
karena jalannya yang relatif lurus, alias tidak banyak berkelok. Dan lebih
nyaman, karena jalannya lebar, dengan masing-masing ruas ada dua lajur.
ini adalah salah satu tempat peristirahatan di tol Pejagan yang biasa kami kunjungi
perjalanan yang melelahkan, tapi jadi punya banyak cerita :)
ReplyDeletebetul,mak myra, selalu ada cerita dan hikmah yang bisa diambil, minimal buat saya pribadi.
ReplyDelete