Hmm, hari ini saya bangun kesiangan. Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Alamat, niat saya untuk menyiapkan sarapan anak-anak pagi ini bakal batal nih! (Hehe, gak mesti tiap hari saya nyiapain sarapan buat mereka, bagi tugas sama si ayah...) Rencana sih bangun jam 4, tapi dedek yang tidur siangnya kesorean, jam 10 malam bangun. And, jam setengah dua-an baru tidur lagi. Oh, no!
Setelah selesai dengan ritual rutin pagi, saya langsung ke dapur. Pertama yang saya lakukan adalah adang alias memasak nasi.(Pake rice cooker sih!) Sambil menunggu nasi matang, dengan dibantu Zahra, saya menggarap pisang. Seperti biasa, diolah mengikuti selera anak-anak. Pisang dicelup terigu, dibalur tepung roti, lalu goreeeng. Hasilnya, disiram susu kental manis, lalu ditaburi keju parut. Selesai! Lumayan buat sarapan anak-anak. Sebagian lagi saya beri mesis buat si ayah yang suka manis.
Zahra yang suka sayur, minta digorengin kembang kol sekalian. Ok-lah! Kembang kol sudah siap, tinggal siapin telor kocok dan tepung berbumbu. Langsung goreeeng.
Dalam waktu bersamaan, nasi matang. Masih jam 06.20, ada cukup waktu buat nyiapin pelengkap nasi. Sementara anak-anak sudah memulai sarapannya dengan pisang bertabur keju. Saya menawarkan nasi goreng kepada mereka, yang langsung disambut dengan 2 jempol Zahra. Sudah makan pisang, mau makan nasi juga??? Biasalah, weteng jowo alias perutnya orang Jawa, kalau belum terisi nasi sama dengan belum makan. Begitu ajaran dari ayahnya (piss ayah...), yang tentu saja menular kepada anak-anak, terutama Zahra. Sementara kakaknya, seperti biasa, hanya tersenyum, dan terkadang sambil bilang, "Iya-iya..." Memang si kakak malas makan, asal perut sudah terisi sesuatu, berarti sudah makan. Pandangan yang tidak jauh berbeda dengan bundanya, hehe...
Dengan bawang prei, telor dan udang, saya siap mengubah nasi putih menjadi nasi goreng seafood. Beberapa menit kemudian, nasi goreng seafood sudah siap. Tapi jam sudah mendekati angka 7, waktunya mereka berangkat. Jadi, nasi goreng buat bekal ke sekolah saja. Kan, sudah sarapan pisang goreng? Cukuplah untuk memberi makan cacing-cacing di perut. Haha...
Dalam waktu bersamaan, nasi matang. Masih jam 06.20, ada cukup waktu buat nyiapin pelengkap nasi. Sementara anak-anak sudah memulai sarapannya dengan pisang bertabur keju. Saya menawarkan nasi goreng kepada mereka, yang langsung disambut dengan 2 jempol Zahra. Sudah makan pisang, mau makan nasi juga??? Biasalah, weteng jowo alias perutnya orang Jawa, kalau belum terisi nasi sama dengan belum makan. Begitu ajaran dari ayahnya (piss ayah...), yang tentu saja menular kepada anak-anak, terutama Zahra. Sementara kakaknya, seperti biasa, hanya tersenyum, dan terkadang sambil bilang, "Iya-iya..." Memang si kakak malas makan, asal perut sudah terisi sesuatu, berarti sudah makan. Pandangan yang tidak jauh berbeda dengan bundanya, hehe...
Dengan bawang prei, telor dan udang, saya siap mengubah nasi putih menjadi nasi goreng seafood. Beberapa menit kemudian, nasi goreng seafood sudah siap. Tapi jam sudah mendekati angka 7, waktunya mereka berangkat. Jadi, nasi goreng buat bekal ke sekolah saja. Kan, sudah sarapan pisang goreng? Cukuplah untuk memberi makan cacing-cacing di perut. Haha...
nasi goreng simple,
udang dibiarkan utuh karena ada yang kurang suka
Kakaknya minta agar tidak dimasukin udang dalam bekal nasgor-nya. (Dia memang tidak suka udang.) Sementara itu, Zahra menolak membawa nasi goreng, karena hari ini juga bukan waktunya membawa makanan berat. Tapi dia minta untuk membawa kembang kol gorengnya sebagai bekal. Dan nasi goreng jatahnya akan dia makan nanti sepulang sekolah. It's ok! Saya senang dan semangat pagi ini, karena mereka berdua berangkat ke sekolah dengan riang sambil membawa bekal kesukaannya masing-masing.
kebayang rasa pisgornya. Enak kayaknya :)
ReplyDeletebuatnya mudah mbak, bisa dicoba...
Deletesoal rasa, standart saya anak-anak mbak Myra...
kalo anak-anak bilang enak, berarti enak... :)