Ramadhan telah berlalu, semoga ibadah kita selama ramadhan diterima oleh Allah, dan semoga semangat beribadah kita selama ramadhan tetap terpelihara hingga hari ini. Selain puasa, ada ibadah lain yang diwajibkan kepada setiap muslim pada bulan ramadhan sebelum masuk tanggal 1 Syawal, yaitu menunaikan zakat fitrah. Untuk di Indonesia, zakat fitrah biasanya berupa beras seberat 2,5 kg atau uang dengan nominal senilai dengan harga beras 2,5 kg.
Sejak kecil, kisaran usia 7 tahun ke atas, orang tua sudah membiasakan saya, kakak dan adik, untuk menyerahkan sendiri zakat fitrah saya. Sebelumnya orang tua telah memilah lima orang yang akan kami serahi zakat fitrah. Setelah ditentukan siapa menyerahkan kepada siapa, barulah kami berangkat ke tujuan masing-masing. Untuk saya, kakak dan adik yang dituju adalah yang jaraknya terdekat dengan rumah. Karena saya tinggal di desa, tidak sulit bagi saya mengenal orang-orang yang akan diserahi zakat, begitu juga dengan tempat tinggalnya. Mereka yang diserahi zakat pun biasanya sudah tahu siapa saya.
Tinggal di desa, tidak sulit bagi saya untuk mengenali masing-masing dari tetangga sekitar rumah. Sehingga dengan mudah saya bisa mengenali si fulan ini miskin atau kaya, pekerjaannya apa, bahkan penghasilannya berapa. Begitu juga untuk mengenali siapa di antara para fulanah yang sudah menjanda atau yang tidak sanggup membiayai hidupnya dari penghasilan suaminya. Sehingga menentukan siapa yang akan diserahi zakat fitrah tidaklah sulit.
Dulu zakat fitrah yang saya serahkan hanya beras 2,5 kg, sebagaimana telah ditentukan. Itu pun sebetulnya orang tua yang mengeluarkan, sedangkan saya hanya menyerahkan. Namun setelah berkeluarga, otomatis kewajiban mengeluarkan zakat untuk saya berpindah ke tangan suami. Alhamdulillah, rizki yang diperoleh suami selalu lebih dari cukup untuk kami memberikan tidak hanya beras 2,5 kg saat menunaikan zakat fitrah. Dan alhamdulillah juga, hal itu masih menjadi kebiasaan kami hingga ramadhan tahun ini.
Bagi orang yang mampu, kewajiban zakat fitrah yang harus ditunaikan pastinya tidak memberatkan. Namun tidak bagi si papa, 2,5 kg beras itu sangat berarti bagi mereka, hingga terkadang bingung saat akan menunaikan zakat fitrah karena memang tidak punya. Dan saat menerima zakat fitrah yang hanya berupa beras 2,5 kg itu, mereka sudah terlihat senang luar biasa. Selain ucapan alhamdulillah, binar wajahnya juga menunjukkan rasa syukur yang begitu dalam. Deretan doa-doa untuk kita, semoga Allah membalas kebaikan bapak/ibu, semoga rizki bapak/ibu dilancarkan terus, semoga diberikan kesehatan untuk bapak/ibu dan seluruh keluarga, semoga bapak/ibu diberikan umur yang panjang, dan lain-lain yang baik-baik, terucap dari mulut-mulut mereka.
Begitulah memang salah satu fungsi sosial saat si kaya hidup berdampingan dengan si papa. Si kaya memberi kepada si papa. Si kaya menjadi aman harta bahkan nyawa dari ancaman si papa karena telah menunaikan kewajiban. Dan si papa dengan senang hati akan turut menjaga keamanan harta bahkan nyawa si kaya sebagai bentuk syukur dan terima kasih atas apa yang diperolehnya dari si kaya. Belum lagi doa-doa yang diucapkan penuh ketulusan oleh si fakir kepada si kaya, tentu doa-doa itu akan lebih mudah dan lebih cepat dikabulkan Allah. Ya, saat memberi, kita secara otomatis akan menerima.
Sejak kecil, kisaran usia 7 tahun ke atas, orang tua sudah membiasakan saya, kakak dan adik, untuk menyerahkan sendiri zakat fitrah saya. Sebelumnya orang tua telah memilah lima orang yang akan kami serahi zakat fitrah. Setelah ditentukan siapa menyerahkan kepada siapa, barulah kami berangkat ke tujuan masing-masing. Untuk saya, kakak dan adik yang dituju adalah yang jaraknya terdekat dengan rumah. Karena saya tinggal di desa, tidak sulit bagi saya mengenal orang-orang yang akan diserahi zakat, begitu juga dengan tempat tinggalnya. Mereka yang diserahi zakat pun biasanya sudah tahu siapa saya.
Tinggal di desa, tidak sulit bagi saya untuk mengenali masing-masing dari tetangga sekitar rumah. Sehingga dengan mudah saya bisa mengenali si fulan ini miskin atau kaya, pekerjaannya apa, bahkan penghasilannya berapa. Begitu juga untuk mengenali siapa di antara para fulanah yang sudah menjanda atau yang tidak sanggup membiayai hidupnya dari penghasilan suaminya. Sehingga menentukan siapa yang akan diserahi zakat fitrah tidaklah sulit.
Dulu zakat fitrah yang saya serahkan hanya beras 2,5 kg, sebagaimana telah ditentukan. Itu pun sebetulnya orang tua yang mengeluarkan, sedangkan saya hanya menyerahkan. Namun setelah berkeluarga, otomatis kewajiban mengeluarkan zakat untuk saya berpindah ke tangan suami. Alhamdulillah, rizki yang diperoleh suami selalu lebih dari cukup untuk kami memberikan tidak hanya beras 2,5 kg saat menunaikan zakat fitrah. Dan alhamdulillah juga, hal itu masih menjadi kebiasaan kami hingga ramadhan tahun ini.
Bagi orang yang mampu, kewajiban zakat fitrah yang harus ditunaikan pastinya tidak memberatkan. Namun tidak bagi si papa, 2,5 kg beras itu sangat berarti bagi mereka, hingga terkadang bingung saat akan menunaikan zakat fitrah karena memang tidak punya. Dan saat menerima zakat fitrah yang hanya berupa beras 2,5 kg itu, mereka sudah terlihat senang luar biasa. Selain ucapan alhamdulillah, binar wajahnya juga menunjukkan rasa syukur yang begitu dalam. Deretan doa-doa untuk kita, semoga Allah membalas kebaikan bapak/ibu, semoga rizki bapak/ibu dilancarkan terus, semoga diberikan kesehatan untuk bapak/ibu dan seluruh keluarga, semoga bapak/ibu diberikan umur yang panjang, dan lain-lain yang baik-baik, terucap dari mulut-mulut mereka.
Begitulah memang salah satu fungsi sosial saat si kaya hidup berdampingan dengan si papa. Si kaya memberi kepada si papa. Si kaya menjadi aman harta bahkan nyawa dari ancaman si papa karena telah menunaikan kewajiban. Dan si papa dengan senang hati akan turut menjaga keamanan harta bahkan nyawa si kaya sebagai bentuk syukur dan terima kasih atas apa yang diperolehnya dari si kaya. Belum lagi doa-doa yang diucapkan penuh ketulusan oleh si fakir kepada si kaya, tentu doa-doa itu akan lebih mudah dan lebih cepat dikabulkan Allah. Ya, saat memberi, kita secara otomatis akan menerima.
Memberi untuk menerima, menerima karena memberi.^_^
ReplyDeleteYup, mbak Fika, insya Allah begitu harapannya.
DeleteTerima kasih sudah mampir :)