Awal mula hijrah ke Tangerang Selatan sekitar dua tahun lalu, perjalanan yang harus ditempuh dari kota Malang menuju Tangsel dengan kendaraan pribadi, terasa begitu jauuuh. Dari Tangsel menuju Klaten saja, tempat anak pertama saya mondok, biasanya memerlukan waktu sekitar 24 jam. Padahal saya mesti mengunjungi anak saya itu setidaknya sekali dalam dua bulan. Awang-awangan juga rasanya mesti menempuh waktu selama itu, padahal waktu yang dihabiskan bersama anak saya di Klaten lebih sering kurang dari waktu tersebut.
Perjalanan darat menggunakan mobil menjadi pilihan saya dan suami untuk pulang pergi ke kota Malang saat hari-hari libur dan mengunjungi anak kami yang tinggal di pesantren. Selain karena pertimbangan ekonomis, juga karena memang salah satu niat kami membeli mobil 3 tahun lalu adalah untuk kepentingan anak-anak. Sebetulnya perjalanan dengan pesawat atau kereta api bisa lebih murah jika dilakukan seorang diri. Tapi kalau mesti berlima, aha, tentu saja perhitungannya berbeda.
Kalau dihitung dari jarak tempuh, waktu yang dibutuhkan seharusnya tidak banyak untuk bisa sampai Klaten dan Malang. Namun karena suami adalah satu-satunya yang pegang kemudi, lelah dan ngantuk menjadi halangan untuk bisa melakukan perjalanan tanpa henti. Kami juga mesti berhenti untuk sholat dan makan. Tak terkecuali si mobil, yang setelah 6 hingga 7 jam berjalan juga butuh istirahat beberapa saat.
Akan tetapi, pada perjalanan terakhir kami pekan lalu, saya sudah bisa tiba lebih cepat. Dari Jakarta ke Klaten sudah bisa ditempuh selama 14 jam termasuk waktu yang digunakan untuk sholat dan makan. Hemat waktu 10 jam dari biasanya. Setelah berhenti di Klaten selama 4 jam untuk ambil raport dan berpamitan, perjalanan dilanjutkan ke Malang. Daaan, perjalanan kembali ke Tangsel dari Malang, akhirnya bisa ditempuh dalam waktu 20 jam. Padahal sudah termasuk waktu istirahat untuk makan sahur dan sholat subuh selama 2 jam. Amazing for us!
Bagaimana bisa begitu?
Alhamdulillah... Akhirnya sebulan terakhir ini, dengan pertolongan Allah plus modal kendel dan niat saya untuk membantu suami, saya bisa ambil alih kemudi ketika suami merasa lelah dan ngantuk. Telat mungkin saya bisa menaklukkan kemudi, seperti kata suami, "sudah punya mobil 3 tahun, belum bisa nyetir???" Hehe. Belajarnya sih sudah sejak awal beli, tapi saya hentikan karena sedang hamil, khawatir mempengaruhi kehamilan, kata suami, "alasan..." Kemudian saya ribet dengan kehadiran adik bayi, kan saya full time mother, hehehe. Tapi harus diakui, penghambat utamanya adalah kurang pe-de, hanya karena saya memiliki postur tubuh yang "sedikit" pendek. Kebayang kan, gimana mau nyetir kalau yang ada di depan mobil tidak kelihatan. Ba-ha-ya!!!
Sebelum menempuh jarak yang cukup jauh dengan keadaan lalulintas yang cukup ramai, saya sempat mencoba pegang kemudi dari Pamulang menuju Cikupa dengan pengawasan suami. Biasanya kalau saya yang nyetir, suami malah tidak bisa tidur karena khawatir. Namun setelah dianggap layak oleh suami, sekarang saya dan suami bisa bergantian pegang kemudi. Ketika suami nyetir, saya tidur, dan saat suami merasa lelah dan mengantuk, gantian saya yang nyetir. Jadi, waktu tempuh kami bisa lebih cepat dari biasanya.
Karena hambatan sudah bisa saya atasi, saya ingin berbagi tips, terutama bagi yang belum "berani" pegang kemudi. Tips ini saya kumpulkan dari pengalaman mengawasi suami menyetir dan dari pesan-pesan suami kepada saya, yaitu:
- Berdoa sebelum mulai pegang kemudi.
- Pastikan sudah duduk dengan nyaman, memasang sabuk pengaman, dan menyesuaikan kaca spion sesuai kebutuhan, sebelum menyalakan mesin mobil.
- Jika postur tubuh tidak memadai (seperti saya), gunakan alat bantu yang bisa membuat Anda merasa nyaman menyetir dan lebih leluasa mengawasi lalulintas di depan (saya menggunakan bantalan untuk duduk).
- Untuk bisa mahir mengemudi, yang dibutuhkan tidak hanya bisa menyetir, tapi juga seberapa sering mengemudi. Jadi, bagi yang masih berlatih, teruslah berkendara, jangan berhenti hanya karena merasa tidak mampu.
- Semakin beragam jenis jalan yang pernah dilalui, akan membuat Anda lebih mahir lagi.
- Tenang dan santailah berkendara, namun tetap fokus dan waspada.
- Kendalikan kecepatan kendaraan sesuai kemampuan bekendara, yang masih pemula, pelan-pelan saja dulu, lalu bertahap tingkatkan kecepatan.
- Pe-de dalam bekendara sangat diperlukan. Jangan gugup saat sedang berpapasan dengan kendaraan lain, karena kendaraan lain itu juga pasti ada pengemudinya.
- Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, misalnya mesin tiba-tiba mati, jangan panik. Tetap tenang dan segera amankan mobil dengan rem tangan.
- Saat berhenti, pastikan posisi mobil sudah aman, tidak mengganggu jalan; kopling sudah pada posisi nol; dan rem tangan sudah terpasang.
- Sebelum yakin mampu berkendara, jangan sekali-sekali menyetir mobil seorang diri.