Monday, March 14, 2016

Sepaket Hadiah Cinta, Demi Hobbi

 

"Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang engkau dustakan?"

Punya wifi tanpa laptop dan ponsel pintar itu, sepertinya memang "kurang" berguna. Sejak sekitar dua minggu yang lalu suami menyediakan wifi di rumah, hampir tiap hari wifi itu aktif saya gunakan. Lumayan, saya tidak perlu repot-repot lagi memikirkan quota ponsel yang hampir tiap bulan sekali harus saya isi pulsa minimal Rp50000 untuk bisa internet-an. Saya juga bisa nge-blog lagi, dan mulai rajin menulis--semoga konsisten. Apalagi saya memutuskan ikut ODOP (One Day One Post). Kini, hampir tiap hari saya menulis dan menulis. Walau kadang tidak semua yang saya tulis saya putuskan untuk di-publish.

Sekarang saya sudah bisa memaksimalkan fungsi tablet untuk aktivitas nge-blog. Namun, untuk urusan menulis yang cukup banyak, laptop tetap lebih nyaman buat saya. Dan karena laptop saya rusak, sejak ada wifi itu, saya menggunakan laptop milik suami untuk menulis dan nge-blog. Padahal waktu pagi menjadi waktu terbaik saya untuk menulis, yaitu antara pukul 08.00 hingga pukul 11.00. Waktu dimana saya selesai dengan urusan pagi, dan anak-anak sudah berangkat ke sekolah. Selain pagi, saya juga punya jam menulis malam, yaitu setelah anak-anak tidur dan sebelum suami pulang dari kantor. Tapi itu tidak lebih banyak dibanding waktu pagi jelang siang.

Kalau suami ada jam mengajar pagi, maka saya tidak bisa menggunakan laptop untuk saat itu. Otomatis saya hanya menggunakan waktu malam untuk kegiatan menulis. Hal itu sempat membuat saya beberapa kali harus tidur terlalu larut. Begitulah kalau menulis sudah jadi hobbi. Entah karena alasan saya tidur larut malam, atau agar aktivitas nge-blog saya tidak lagi mengganggu laptop suami, suami memutuskan untuk membelikan saya laptop sendiri. Jadilah pagi ini dan insya Allah untuk pagi-pagi selanjutnya, laptop cantik hadiah dari suami (yang sekarang saya gunakan) siap menemani saya. Alhamdulillah, suami saya memang baik hati, mengerti banget hobbi istri, hihi...

Selain untuk menulis, laptop juga memudahkan saat membaca. Dengan layar lebih lebar, saya bisa membaca lebih cepat dan mudah menangkap pesan tulisan yang saya baca. By the way, saya itu lebih banyak membaca daripada menulis saat laptop dan internet bersanding. Mulai dari membaca status teman, berita di media, hingga berbagai pengetahuan yang bisa langsung dari sumbernya. Jadi waktu yang saya habiskan di depan laptop berjam-jam itu, tidak semuanya hanya untuk menulis.

Saya memang suka baca, sejak awal mula saya bisa membaca. Membaca selalu menjadi poin wajib yang selalu saya cantumkan di kolom hobbi saat mengisi daftar riwayat hidup. Bukan daftar riwayat hidup buat cari pekerjaan, lho. Tapi sebatas daftar identitas yang biasanya saling dibagikan antar teman dan sahabat pena waktu masih a-be-ge dulu.

Mengingat kembali hobbi membaca, waktu SD dulu saya sampai kehabisan stok buku untuk dibaca. Maklumlah, SD negeri di desa, koleksi perpustakaannya tidak seberapa. Apalagi saya membaca tidak hanya pada hari sekolah, tapi saat liburan juga. Saya pernah, menjelang libur panjang--yang dulu hampir sebulan, melobi petugas perpustakaan agar bisa meminjam banyak buku. Kalau hari efektif sekolah, biasanya hanya bisa meminjam dua buku, lalu mengganti dengan buku yang baru di hari berikutnya. Tapi kalau liburan kan perpustakaannya ikut tutup? Jadi saya meminjam 15 buku sekaligus, maksudnya untuk stok selama liburan. Berhasilkah saya? Tentu saja. Itu salah satu keuntungan jadi anak pak guru, haha...

Membaca adalah hobbi yang asyik. Apalagi jaman sekarang, tidak harus punya buku untuk bisa membaca setiap hari. Menulis juga menyenangkan. Menulis bisa menjadi terapi untuk meringankan beban pikiran yang sulit diungkapkan dengan lisan. Kegiatan membaca dan menulis juga bisa "menghasilkan", lho--apalagi kalau bukan uang, haha. Nah, dengan punya laptop sendiri, layanan wifi on sepanjang hari, dan secangkir kopi, apalagi yang saya cari pagi ini? Saya tinggal duduk depan laptop, dan siap menikmati hobbi. "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"

Saya tidak pilih-pilih jenis buku untuk dibaca. Mulai dari buku cerita, hikayat, hingga prakarya. Tapi itu dulu, waktu saya masih di SD. Seiring waktu, banyak hal telah berubah pada diri saya. Pada masa SMP, saya lebih banyak beraktivitas di kepanduan ketimbang membaca. SMA, beda lagi prioritasnya. Meski tetap saja, motto "Tiada Hari Tanpa Membaca" jadi pegangan, namun buku yang saya baca terus berubah dari waktu ke waktu. Bacaan seperti apa yang menarik buat saya sekarang? Buku apa yang paling berkesan dan menjadi buku terbaik yang pernah saya baca? Akan saya ceritakan kisahnya pada tulisan selanjutnya.

 

#OneDayOnePost
#keepwriting
#11

Friday, March 11, 2016

Taubat Sebelum Tamat


          Sampai kapan engkau akan berbuat maksiat
          Tidak adakah keinginanmu untuk bertaubat
          Waktumu di dunia ini hanyalah sesaat
          Jangan habiskan untuk sesuatu yang dilaknat

                    Sampai kapan engkau akan berbuat maksiat
                    Tidak adakah keinginanmu untuk bertaubat
                    Jangan hanya karena ingin dibilang moderat
                    Engkau ingkar dan menyimpang dari syariat

          Jika engkau ingin mendapat rasa hormat
          Tak perlu pikirkan harkat dan martabat
          Tapi mulailah berbuat sesuatu yang manfaat

                    Kelak akan tiba masa engkau berada di akhirat
                    Saat tak ada yang bisa engkau andalkan selain taat
                    Yang dengan bekal itu maka engkau akan selamat

          Jangan tunda lagi, segeralah engkau bertaubat
          Segera kembali ke jalan-Nya sebelum terlambat
          Sebelum malaikat maut datang mendekat
          Sebelum semua tentangmu berakhir dan tamat


Pamulang, 11 Maret 2016


#OneDayOnePost
#keepwriting
#10