Saturday, March 26, 2016

Ketika Ajal Mengintai

Pingsan! Adakah teman-teman yang pernah pingsan? Atau malah langganan pingsan? Pertama kali saya melihat orang pingsan adalah saat upacara bendera 17 Agustus, sekitar tahun 89-an atau 90-an, saya tidak ingat pasti. Yang jelas itu adalah upacara 17 Agustus pertama yang saya ikuti di lapangan kecamatan. Kalau upacara di halaman sekolah hampir tiap hari senin selalu ada ketika saya SD. Tapi belum pernah sampai ada yang pingsan. Mungkin karena halaman sekolah saya tidak terlalu panas dibandingkan lapangan kecamatan. Ditambah lagi, upacara di sekolah biasanya dilaksanakan pagi hari, sekitar pukul 07.00 WIB. Sementara kalau di lapangan kecamatan dimulainya lebih siang, yaitu sekitar pukul 09.00 WIB.

Melihat orang pingsan pertama kalinya, cukup membuat saya kaget dan jantung berdebar-debar karena tegang. Ya, tegang dan was-was penuh tanda tanya, apa yang terjadi? Tahu kan, biasanya orang kalau pingsan tiba-tiba jatuh begitu saja, tanpa ada memberitahu. (Hihi, ya iyalah, namanya pingsan itu, tiba-tiba.) Saya suka penasaran, kenapa orang itu bisa pingsan? Waktu itu saya hanya mendapat jawaban kalau yang pingsan itu belum sarapan, makanya pas upacara--berjemur di bawah panas matahari, mereka pingsan. Itu yang pingsannya pas upacara, yang ujug-ujug pingsan padahal tidak sedang upacara bagaimana?

Saat kuliah, ada teman yang tiba-tiba pingsan karena rasa takut luar biasa. Kejadiannya pas OSPEK. Saya yang agak "mokong" waktu OSPEK sampai ditanya sama senior, "Pernah pingsan, nggak?" Saya jawab tidak lah, karena memang tidak pernah. Jangankan pingsan, takut pun tidak saya rasakan meski kakak-kakak senior menyiapkan banyak atribut yang mengundang takut peserta OSPEK pada malam inaugurasi. Malam-malam, gelap, disuruh jalan dengan mata tertutup, melewati lintasan penuh semak dan berlubang di beberapa tempat. Lalu seperti ada sesuatu yang halus, berbulu--lembut gitu, bergerak-gerak, tiba-tiba menyentuh muka. Cihaaa, yang pingsan ya ada aja ternyata, malah lebih dari seorang. Padahal atribut yang dipakai untuk atraksi terakhir itu adalah sulak, hihihi...

penjelasan wikipedia tentang pingsan

Saya juga pernah mendapati teman kuliah yang tiba-tiba pingsan karena sakit perut hebat. Baru diketahui penyebab sakit perutnya setelah di rumah sakit. Ternyata kehamilannya yang baru berjalan tiga bulan, terjadi di luar rahim. Ada juga teman kerja yang "langganan" pingsan--karena seringnya, apalagi menjelang waktu atau pada saat menstruasi.

Begitulah! Saya beberapa kali harus melihat orang pingsan dengan berbagai sebab. Dan saya selalu penasaran, bagaimana rasanya pingsan. Hingga suatu ketika saya mengalami sebuah kecelakaan. Saat itu malam hari, saya dibonceng bapak naik motor dari rumah menuju tempat pemberhentian bus. Meski belum terlalu malam, entah mengapa, saya merasakan kantuk yang luar biasa. Sampai pada titik saya benar-benar terlelap beberapa saat, lalu dikagetkan oleh hentakan yang hebat. Setelah itu saya tidak ingat apa-apa. Kejadiannya begitu cepat, dan saya tidak menyadarinya.

Sebelum mata saya benar-benar terbuka, saya merasa seperti berada di ambang kematian, atau mungkin malah sudah mati. Kalimat istighfar menjadi kalimat pertama yang keluar dari mulut saya, seperti menyadari kalau saya belum punya cukup bekal untuk menghadapi mati. Saya tidak ingat pasti berapa kali kalimat istighfar terucap hingga sayup-sayup saya melihat ada beberapa orang di sekeliling saya, termasuk adik saya. Masih sambil terus beristighfar, saya pun menyadari kalau saya sedang berada dalam sebuah mobil--menuju rumah sakit. Saat tersadar, saya pun mengurangi volume suara saya yang terus mengucap istighfar. "Ya Allah, saya belum mati?" bisik hati kecil saya.

Tiba di rumah sakit kecamatan sebelah, setelah diberi pertolongan pertama untuk luka-luka yang saya alami, pihak rumah sakit menyarankan agar saya dibawa ke RSUD saja--rumah sakit kabupaten. Mereka khawatir kalau-kalau saya mengalami cidera serius di bagian kepala, karena dahi kiri saya mengalami luka dan saya merasakan pusing yang membuat saya lebih banyak menutup mata. Sepanjang jalan menuju RSUD, saya terus terbayang akan kematian. Sehingga saya pun berusaha untuk terus terjaga dan terus beristighfar. Kondisi gelap di sekitar--karena malam hari, menambah ketakutan saya.

Sampai di RSUD, setelah memeriksa kondisi saya, dokter memberi obat untuk diminum malam itu. Sesaat kemudian saya pun tertidur, dan terbangun menjelang subuh. Menyadari benar-benar sudah bangun, hati saya berbisik, "Ya Allah, saya masih hidup!" Rasa syukur mendorong saya segera bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk berwudhu. Adik saya yang menunggui, ikut terbangun dan membantu saya. Kemudian saya melaksanakan sholat subuh dengan berbaring. Beberapa hari kemudian, saya diperbolehkan pulang dan dokter menyatakan kalau saya hanya mengalami cedera kepala ringan. Alhamdulillah...

Sungguh, saya benar-benar bersyukur atas peristiwa itu. Peristiwa sesaat yang saya anggap sebagai pingsan dan untuk pertama kalinya saya rasakan, sehingga sulit untuk dilupakan. Peristiwa sesaat yang menghilangkan beberapa menit waktu saya, namun mengajarkan banyak hal kepada saya. Terutama tentang kematian yang akan selalu mengintai setiap makhluk yang bernyawa. Tentang kematian yang bisa datang kapan saja tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Tentang singkatnya kehidupan yang pasti akan berakhir dan berganti dengan kematian. Mengingatkan saya masih ada kehidupan abadi setelah kematian, yang keadaan saat itu ditentukan oleh bagaimana kehidupan saat ini, sebelum ajal datang.




Pamulang, 26 Maret 2016
#mengingat (kembali) akan mati adalah sebaik-baik nasihat

#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari
#16

Friday, March 25, 2016

Ini Tentang Jodoh dan Rasa



Pada suatu siang, si Fulanah sangat menginginkan seporsi rujak manis. Karena begitu inginnya, dia membayangkan rujak manis itu hingga liurnya menetes. Lalu tiba-tiba Fulan--suami si Fulanah, datang untuk istirahat siang dengan dua bungkus rujak manis di tangannya. Betapa senangnya si Fulanah. Apa yang dibayangkannya jadi kenyataan. Eh, padahal si Fulanah tidak memberitahu suaminya kalau dia sedang ingin rujak manis. Baik via sms, telpon, wa, bbm, messenger atau pun media lainnya. Dan si Fulanah juga belum begitu lama menikah dengan suaminya itu. Bagaimana bisa suaminya membawakan sesuatu persis seperti yang diinginkan Fulanah?

Teman-teman yang sudah menikah, pernahkah mengalami kejadian seperti di atas? Saya pernah mengalaminya beberapa kali. Pernah juga saat saya dan suami keluar berdua untuk suatu keperluan, dalam hati saya berkata, "Asyik juga nih kalau mampir beli cemilan." Selesai dengan keperluan kami, sebelum pulang suami lalu bilang, "Bund, beli cemilan itu yuk!" Dan ternyata, cemilan yang kami inginkan sama persis. Nah, lho! Inikah cinta??? Haha... (Yang jomblo jangan ngiri ya..., saya doakan segera ketemu jodohnya, terutama kamuuu... iya, kamuuu...)

Lupakan dulu cinta, coba simak ayat berikut ini:

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia telah menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."
(Al Qur'an surat Ar Ruum ayat 21)

Apa yang teman-teman ingat dari ayat Al Qur'an di atas? Iya, jawabannya seragam, tentang sebuah pernikahan. Ayat itu memang selalu menghiasi sebuah undangan pernikahan atau walimatul 'ursy. Pernahkah teman-teman resapi ayat itu? Cukup diresapi secara sederhana saja, setelah itu bolehlah di crosscek dengan berbagai tafsir yang ada.

"...Dia telah menciptakan untukmu istri-istri..."
Kalau dicermati, menurut penggalan ayat ini setiap manusia--terutama laki-laki, sudah memiliki pasangannya masing-masing. Atau gampangnya bisa dibilang, jodohnya sudah Allah sediakan. Jadi yang jomblo tidak usah khawatir ya... Hanya saja, ada (mungkin) yang dipertemukan di dunia dengan segera, dan ada yang diundur waktunya. Namun ada juga yang ditunda pertemuannya hingga nanti di akhirat. Ini berdasarkan fakta bahwa ada laki-laki yang belum menikah hingga akhir hayatnya. (Semoga yang terakhir ini tidak termasuk kamu... iya, kamuuu... hehe...)

"...supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya...)
Jangan dilupakan penggalan sebelumnya ya, yaitu istri yang Allah sediakan untukmu. Dari penggalan ayat ini, kecenderungan dan ketentraman itu hanya bisa diperoleh dari seseorang yang bertitel istri, bukan dari selainnya. Jadi kalau ada laki-laki yang mengaku merasa nyaman dengan seorang perempuan, padahal dia bukan istrinya, maka kenyamanannya itu adalah sesuatu yang menipu. Tidaklah rasa nyaman itu muncul melainkan peranan nafsu ada di dalamnya. Mau bilang "nggak"? Impossible! Tanyakan pada hatimu! Kenyamanan itu hanya bisa diperoleh dengan kedekatan. Dengan siapa laki-laki bisa dekat--sedekat-dekatnya, jika bukan dengan istrinya? Bukankah dekat dengan wanita yang bukan muhrim itu dilarang? Hmm...

"...dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang..."
Serupa dengan penggalan sebelumnya, Allah hanya akan menanamkan rasa kasih dan sayang itu pada sepasang suami-istri. Yang ini merupakan anugerah terbesar, hadiah terindah sebuah pernikahan, bagi pasangan suami istri. Anugerah dan hadiah yang datang langsung dari Allah. Sehingga darinya akan lahir sifat ramah, santun, peduli, dan sifat mulia lainnya.  Rasa ini pula yang jadi asbab dihadirkannya buah hati yang bisa menjadi penyenang hati bagi mereka. Jadi, sudah selayaknyalah sepasang suami-istri itu banyak bersyukur kepada Allah atas nikmat rasa kasih sayang yang diberikan kepada mereka. Bagaimana dengan pasangan suami istri yang di antara keduanya tidak ada rasa kasih dan sayang? Lihat penggalan berikutnya.

"...Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."
Iya, kecenderungan, ketentraman dan rasa kasih sayang, hanya mungkin dirasakan oleh pasangan yang benar-benar berjodoh, seperti yang dipilihkan Allah. Karena tidak semua pasangan yang sudah menikah itu pasti berjodoh. Itulah kenapa ada saja pasangan yang sudah jadi suami istri, tapi di antara mereka tidak ada rasa kasih dan sayang. Tengoklah Fir'aun dan Asiyah. Mereka suami istri, tapi pasti Fir'aun bukanlah pasangan yang Allah sediakan bagi Aisyah. Allah pasti menyiapkan Asiyah untuk laki-laki terbaik yang baru akan dipertemukan kelak di surga. Namun bisa jadi, tidak adanya kasih sayang itu merupakan ujian bagi masing-masing pasangan, yang memang datang dari Allah. Dan dibutuhkan sebuah usaha untuk mewujudkannya.

Nah, kembali pada si Fulanah dan suaminya. Apa yang dialami Fulanah menunjukkan adanya kasih sayang di antara dia dan suaminya. Adanya kecenderungan terhadap istrinya, dan rasa tentram yang didapat dari istrinya, membuat suami Fulanah tergerak hatinya untuk menyenangkan istrinya siang itu dengan membawakannya rujak manis. Dan kenapa yang dipilihnya rujak manis? Sesungguhnya itu adalah rahasia Allah. Yang pasti Allah-lah yang menggerakkan hati suami Fulanah untuk melakukan apa yang telah dilakukannya. Itu bagian dari anugerah yang Allah berikan kepada pasangan yang menggukanan perasaannya di jalan yang benar dan halal. Inilah rasa yang bukan sembarang rasa. Rasa yang hadir pada sepasang kekasih yang telah terjalin sebuah ikatan halal bernama pernikahan. 

Dan apakah mereka berjodoh? Tidak perlu dijawab, tapi doakan saja mereka memang berjodoh. Begitu pula dengan mereka-mereka yang sudah menikah, termasuk saya dan suami. Semoga menjadi suami istri yang bahagia di dunia dan di surga. Bisa merasakan kasih sayang dari pasangan, serta ada cinta di antara kita dan pasangan. Yang terpenting juga adalah adanya usaha untuk mewujudkan rasa cinta dan kasih sayang kepada pasangan jika rasa itu saat ini belum hadir. Kita tidak pernah tahu siapa "jodoh" yang Allah pilihkan untuk kita hingga kita merasakan kasih sayang sebagaimana yang Allah maksudkan, dan kita diwafatkan di atas keadaan itu.

Wallahu a'lam...


Pamulang, 25 Maret 2016#JumatBarokah
#OneDayOnePost
#20