Pingsan! Adakah teman-teman yang pernah pingsan? Atau malah langganan pingsan? Pertama kali saya melihat orang pingsan adalah saat upacara bendera 17 Agustus, sekitar tahun 89-an atau 90-an, saya tidak ingat pasti. Yang jelas itu adalah upacara 17 Agustus pertama yang saya ikuti di lapangan kecamatan. Kalau upacara di halaman sekolah hampir tiap hari senin selalu ada ketika saya SD. Tapi belum pernah sampai ada yang pingsan. Mungkin karena halaman sekolah saya tidak terlalu panas dibandingkan lapangan kecamatan. Ditambah lagi, upacara di sekolah biasanya dilaksanakan pagi hari, sekitar pukul 07.00 WIB. Sementara kalau di lapangan kecamatan dimulainya lebih siang, yaitu sekitar pukul 09.00 WIB.
Melihat orang pingsan pertama kalinya, cukup membuat saya kaget dan jantung berdebar-debar karena tegang. Ya, tegang dan was-was penuh tanda tanya, apa yang terjadi? Tahu kan, biasanya orang kalau pingsan tiba-tiba jatuh begitu saja, tanpa ada memberitahu. (Hihi, ya iyalah, namanya pingsan itu, tiba-tiba.) Saya suka penasaran, kenapa orang itu bisa pingsan? Waktu itu saya hanya mendapat jawaban kalau yang pingsan itu belum sarapan, makanya pas upacara--berjemur di bawah panas matahari, mereka pingsan. Itu yang pingsannya pas upacara, yang ujug-ujug pingsan padahal tidak sedang upacara bagaimana?
Saat kuliah, ada teman yang tiba-tiba pingsan karena rasa takut luar biasa. Kejadiannya pas OSPEK. Saya yang agak "mokong" waktu OSPEK sampai ditanya sama senior, "Pernah pingsan, nggak?" Saya jawab tidak lah, karena memang tidak pernah. Jangankan pingsan, takut pun tidak saya rasakan meski kakak-kakak senior menyiapkan banyak atribut yang mengundang takut peserta OSPEK pada malam inaugurasi. Malam-malam, gelap, disuruh jalan dengan mata tertutup, melewati lintasan penuh semak dan berlubang di beberapa tempat. Lalu seperti ada sesuatu yang halus, berbulu--lembut gitu, bergerak-gerak, tiba-tiba menyentuh muka. Cihaaa, yang pingsan ya ada aja ternyata, malah lebih dari seorang. Padahal atribut yang dipakai untuk atraksi terakhir itu adalah sulak, hihihi...
Saya juga pernah mendapati teman kuliah yang tiba-tiba pingsan karena sakit perut hebat. Baru diketahui penyebab sakit perutnya setelah di rumah sakit. Ternyata kehamilannya yang baru berjalan tiga bulan, terjadi di luar rahim. Ada juga teman kerja yang "langganan" pingsan--karena seringnya, apalagi menjelang waktu atau pada saat menstruasi.
Begitulah! Saya beberapa kali harus melihat orang pingsan dengan berbagai sebab. Dan saya selalu penasaran, bagaimana rasanya pingsan. Hingga suatu ketika saya mengalami sebuah kecelakaan. Saat itu malam hari, saya dibonceng bapak naik motor dari rumah menuju tempat pemberhentian bus. Meski belum terlalu malam, entah mengapa, saya merasakan kantuk yang luar biasa. Sampai pada titik saya benar-benar terlelap beberapa saat, lalu dikagetkan oleh hentakan yang hebat. Setelah itu saya tidak ingat apa-apa. Kejadiannya begitu cepat, dan saya tidak menyadarinya.
Sebelum mata saya benar-benar terbuka, saya merasa seperti berada di ambang kematian, atau mungkin malah sudah mati. Kalimat istighfar menjadi kalimat pertama yang keluar dari mulut saya, seperti menyadari kalau saya belum punya cukup bekal untuk menghadapi mati. Saya tidak ingat pasti berapa kali kalimat istighfar terucap hingga sayup-sayup saya melihat ada beberapa orang di sekeliling saya, termasuk adik saya. Masih sambil terus beristighfar, saya pun menyadari kalau saya sedang berada dalam sebuah mobil--menuju rumah sakit. Saat tersadar, saya pun mengurangi volume suara saya yang terus mengucap istighfar. "Ya Allah, saya belum mati?" bisik hati kecil saya.
Tiba di rumah sakit kecamatan sebelah, setelah diberi pertolongan pertama untuk luka-luka yang saya alami, pihak rumah sakit menyarankan agar saya dibawa ke RSUD saja--rumah sakit kabupaten. Mereka khawatir kalau-kalau saya mengalami cidera serius di bagian kepala, karena dahi kiri saya mengalami luka dan saya merasakan pusing yang membuat saya lebih banyak menutup mata. Sepanjang jalan menuju RSUD, saya terus terbayang akan kematian. Sehingga saya pun berusaha untuk terus terjaga dan terus beristighfar. Kondisi gelap di sekitar--karena malam hari, menambah ketakutan saya.
Sampai di RSUD, setelah memeriksa kondisi saya, dokter memberi obat untuk diminum malam itu. Sesaat kemudian saya pun tertidur, dan terbangun menjelang subuh. Menyadari benar-benar sudah bangun, hati saya berbisik, "Ya Allah, saya masih hidup!" Rasa syukur mendorong saya segera bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk berwudhu. Adik saya yang menunggui, ikut terbangun dan membantu saya. Kemudian saya melaksanakan sholat subuh dengan berbaring. Beberapa hari kemudian, saya diperbolehkan pulang dan dokter menyatakan kalau saya hanya mengalami cedera kepala ringan. Alhamdulillah...
Sungguh, saya benar-benar bersyukur atas peristiwa itu. Peristiwa sesaat yang saya anggap sebagai pingsan dan untuk pertama kalinya saya rasakan, sehingga sulit untuk dilupakan. Peristiwa sesaat yang menghilangkan beberapa menit waktu saya, namun mengajarkan banyak hal kepada saya. Terutama tentang kematian yang akan selalu mengintai setiap makhluk yang bernyawa. Tentang kematian yang bisa datang kapan saja tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Tentang singkatnya kehidupan yang pasti akan berakhir dan berganti dengan kematian. Mengingatkan saya masih ada kehidupan abadi setelah kematian, yang keadaan saat itu ditentukan oleh bagaimana kehidupan saat ini, sebelum ajal datang.
Pamulang, 26 Maret 2016
#mengingat (kembali) akan mati adalah sebaik-baik nasihat
#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari
#16
Melihat orang pingsan pertama kalinya, cukup membuat saya kaget dan jantung berdebar-debar karena tegang. Ya, tegang dan was-was penuh tanda tanya, apa yang terjadi? Tahu kan, biasanya orang kalau pingsan tiba-tiba jatuh begitu saja, tanpa ada memberitahu. (Hihi, ya iyalah, namanya pingsan itu, tiba-tiba.) Saya suka penasaran, kenapa orang itu bisa pingsan? Waktu itu saya hanya mendapat jawaban kalau yang pingsan itu belum sarapan, makanya pas upacara--berjemur di bawah panas matahari, mereka pingsan. Itu yang pingsannya pas upacara, yang ujug-ujug pingsan padahal tidak sedang upacara bagaimana?
Saat kuliah, ada teman yang tiba-tiba pingsan karena rasa takut luar biasa. Kejadiannya pas OSPEK. Saya yang agak "mokong" waktu OSPEK sampai ditanya sama senior, "Pernah pingsan, nggak?" Saya jawab tidak lah, karena memang tidak pernah. Jangankan pingsan, takut pun tidak saya rasakan meski kakak-kakak senior menyiapkan banyak atribut yang mengundang takut peserta OSPEK pada malam inaugurasi. Malam-malam, gelap, disuruh jalan dengan mata tertutup, melewati lintasan penuh semak dan berlubang di beberapa tempat. Lalu seperti ada sesuatu yang halus, berbulu--lembut gitu, bergerak-gerak, tiba-tiba menyentuh muka. Cihaaa, yang pingsan ya ada aja ternyata, malah lebih dari seorang. Padahal atribut yang dipakai untuk atraksi terakhir itu adalah sulak, hihihi...
penjelasan wikipedia tentang pingsan
Saya juga pernah mendapati teman kuliah yang tiba-tiba pingsan karena sakit perut hebat. Baru diketahui penyebab sakit perutnya setelah di rumah sakit. Ternyata kehamilannya yang baru berjalan tiga bulan, terjadi di luar rahim. Ada juga teman kerja yang "langganan" pingsan--karena seringnya, apalagi menjelang waktu atau pada saat menstruasi.
Begitulah! Saya beberapa kali harus melihat orang pingsan dengan berbagai sebab. Dan saya selalu penasaran, bagaimana rasanya pingsan. Hingga suatu ketika saya mengalami sebuah kecelakaan. Saat itu malam hari, saya dibonceng bapak naik motor dari rumah menuju tempat pemberhentian bus. Meski belum terlalu malam, entah mengapa, saya merasakan kantuk yang luar biasa. Sampai pada titik saya benar-benar terlelap beberapa saat, lalu dikagetkan oleh hentakan yang hebat. Setelah itu saya tidak ingat apa-apa. Kejadiannya begitu cepat, dan saya tidak menyadarinya.
Sebelum mata saya benar-benar terbuka, saya merasa seperti berada di ambang kematian, atau mungkin malah sudah mati. Kalimat istighfar menjadi kalimat pertama yang keluar dari mulut saya, seperti menyadari kalau saya belum punya cukup bekal untuk menghadapi mati. Saya tidak ingat pasti berapa kali kalimat istighfar terucap hingga sayup-sayup saya melihat ada beberapa orang di sekeliling saya, termasuk adik saya. Masih sambil terus beristighfar, saya pun menyadari kalau saya sedang berada dalam sebuah mobil--menuju rumah sakit. Saat tersadar, saya pun mengurangi volume suara saya yang terus mengucap istighfar. "Ya Allah, saya belum mati?" bisik hati kecil saya.
Tiba di rumah sakit kecamatan sebelah, setelah diberi pertolongan pertama untuk luka-luka yang saya alami, pihak rumah sakit menyarankan agar saya dibawa ke RSUD saja--rumah sakit kabupaten. Mereka khawatir kalau-kalau saya mengalami cidera serius di bagian kepala, karena dahi kiri saya mengalami luka dan saya merasakan pusing yang membuat saya lebih banyak menutup mata. Sepanjang jalan menuju RSUD, saya terus terbayang akan kematian. Sehingga saya pun berusaha untuk terus terjaga dan terus beristighfar. Kondisi gelap di sekitar--karena malam hari, menambah ketakutan saya.
Sampai di RSUD, setelah memeriksa kondisi saya, dokter memberi obat untuk diminum malam itu. Sesaat kemudian saya pun tertidur, dan terbangun menjelang subuh. Menyadari benar-benar sudah bangun, hati saya berbisik, "Ya Allah, saya masih hidup!" Rasa syukur mendorong saya segera bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk berwudhu. Adik saya yang menunggui, ikut terbangun dan membantu saya. Kemudian saya melaksanakan sholat subuh dengan berbaring. Beberapa hari kemudian, saya diperbolehkan pulang dan dokter menyatakan kalau saya hanya mengalami cedera kepala ringan. Alhamdulillah...
Sungguh, saya benar-benar bersyukur atas peristiwa itu. Peristiwa sesaat yang saya anggap sebagai pingsan dan untuk pertama kalinya saya rasakan, sehingga sulit untuk dilupakan. Peristiwa sesaat yang menghilangkan beberapa menit waktu saya, namun mengajarkan banyak hal kepada saya. Terutama tentang kematian yang akan selalu mengintai setiap makhluk yang bernyawa. Tentang kematian yang bisa datang kapan saja tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Tentang singkatnya kehidupan yang pasti akan berakhir dan berganti dengan kematian. Mengingatkan saya masih ada kehidupan abadi setelah kematian, yang keadaan saat itu ditentukan oleh bagaimana kehidupan saat ini, sebelum ajal datang.
Pamulang, 26 Maret 2016
#mengingat (kembali) akan mati adalah sebaik-baik nasihat
#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari
#16
mengingatkan,,,
ReplyDeletekalau diperhatikan, hampir setiap hari kita diingatkan mbak lisa, yang membedakan adalah seberapa peka kita akan hal ini.
Deletemengingatkan,,,
ReplyDeleteMenjadi pelajaran berharga
ReplyDeleteBetul pak Suparto, setidaknya untuk saya.
DeleteSetujuu bekali dengan tulisan terakhirmu, mbak..
ReplyDeletesetuju tidak setuju, memang begitu keadaannya mbak vinny..
Deleteitulah kenapa khusnul khotimah seperti yang dituliskan gilang kapan hari itu, menjadi harapan semua orang...
Merenung sampai berkaca-kaca. :')
ReplyDeleteBagaimana mungkin kita bisa lari dari sesuatu yang pasti?
Yaa Allah. Semoga kita semua khusnul khotimah.