Monday, April 4, 2016

Lagi-lagi Korupsi Lagi

Uang yang selalu menggoda untuk dimiliki *)
Beberapa hari terakhir ini, warta di ponsel pintar saya selalu menghadirkan berita tentang seorang anggota partai politik yang tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kabar kasus suap yang melibatkan anggota parpol dan beberapa perusahaan besar yang terjadi beberapa hari yang lalu itu, bukanlah yang pertama kalinya. Sudah beberapa kali KPK berhasil melakukan tangkap tangan dengan kasus yang serupa. Kasus-kasus yang tidak jauh dari suap dan korupsi.

Dari beberapa persidangan kasus korupsi, hampir semua yang tertangkap tangan pada akhirnya terbukti dengan sengaja telah melakukan kesalahan. Anehnya, setelah beberapa kali hal yang sama terjadi, masih saja ada oknum-oknum pejabat pemerintah maupun anggota dewan yang mesti tertangkap tangan oleh KPK. Sepertinya mereka yang memang dengan sengaja melakukan tindakan korupsi dan suap itu, tidak memiliki rasa takut sedikit pun dengan KPK. Atau justru dengan hukum yang ada di negeri ini.

Ada apakah gerangan?

Sebagai warga negara biasa, saya hanya sesekali menyimak kabar-kabar kasus korupsi dan suap di negeri ini. Bukan saja tidak tertarik dengan berita serupa yang mesti berulang kali terjadi, tapi juga jengah mendapati para oknum yang terbukti bersalah hanya mendapat sanksi yang menurut saya tidak sebanding dengan kesalahan yang telah mereka lakukan.

Bagaimana korupsi tidak tumbuh subur di negeri ini. Mereka yang terbukti bersalah hanya mendapat hukuman penjara beberapa tahun saja dengan denda yang tidak seberapa bila dibandingkan dengan kerugian yang dialami oleh negara. Hukuman yang sama sekali tidak memberi efek jera bagi pelakunya. Seperti tidak bisa, atau mungkin tidak mau belajar dari negara-negara yang berhasil menekan angka korupsi sedemikian rupa, pelaku korupsi dan suap di negeri ini bukannya berkurang, tapi terasa semakin bertambah saja.

Belum lagi sentimen antar parpol yang menyebabkan tidak hanya pelaku korupsi dan suap saja yang jadi terhukum. Namun nama parpol, almamater, agama dan atribut lain yang dianut pelaku korupsi dan suap, juga ikut terkena dampaknya. Tentu hal ini sangat tidak baik, terlebih bila sudah membawa-bawa nama agama. Seperti kasus tangkap tangan oleh KPK yang terjadi beberapa hari yang lalu.

Saya tidak sengaja membaca notifikasi fb yang membicarakan oknum yang tertangkap. Sebagai muslim tentu saja saya sangat tidak nyaman mendengarnya. Mau ustadz sekelas apa pun, pada saat melakukan kesalahan, tidak seharusnya kesalahan itu dihubungkan dengan agama yang dianutnya. Pelaku korupsi, suap, pencuri, atau yang lainnya, semua kesalahannya adalah akibat ulah mereka sendiri. Yang itu mungkin sudah menjadi karakter yang sulit dirubah pada diri si pelaku. Mau agamanya ganti, kalau sudah watak, ya akan selalu begitu perilakunya.

Apalagi dengan "ringan"nya hukuman bagi para pelaku korupsi dan suap. Maka bisa dijamin mereka tetap akan melancarkan aksinya sampai kapan pun. Bahkan meski sudah pernah merasakan tinggal di balik jeruji, mereka mungkin akan kembali mencoba melakukannya. Malah bisa semakin menjadi. Karena mereka akan berpikir, "Ah, dipenjara sebentar aja kok!" Atau mereka akan berkomentar, "Korupsi yang banyak sekalian saja, paling dendanya tidak sampai 50% dari uang yang dikorupsi, kan kita masih bisa untung." Komentar yang tentu saja bisa melahirkan pelaku-pelaku korupsi baru.

Ya, korupsi di negeri ini akan terus terjadi selama pengelolaan dan sanksi hukum terhadap pelaku korupsi dan suap masih sama, sama sekali tidak memberi efek jera bagi pelakunya.


Pamulang, 4 April 2016
#korupsi oh korupsi
*) foto diambil dari kabar24.bisnis.com

#OneDayOnePost
#26

Saturday, April 2, 2016

Happy Anniversary Bang Syaiha dan Mbak Ella

Dalam islam, menikah itu sesuatu yang mulia. Bukan sekadar untuk mengikuti jejak kekasih-Nya. Tapi juga jadi penyempurna separuh dari agama. Setiap yang beriman pasti menginginkannya. Namun kadang tak mudah mewujudkannya. Ujian acapkali datang menghampiri setiap hamba-Nya. Sesuai kadar keimanan yang ada dalam hatinya. Semakin tinggi iman, makin berat pula ujian yang akan diterimanya. Dan muslim yang tinggi iman akan mampu menghadapinya.

Ujian memang tidak selalu berupa kesulitan. Terkadang ujian datang bersama banyaknya kemudahan. Tentu keduanya diberikan secara terukur oleh pemberi ketetapan. Dia memang lebih tahu kepada siapa suatu ujian mesti ditimpakan. Tugas seorang muslim hanyalah mengupayakan untuk tetap berada di atas jalan keimanan. Senantiasa bersyukur terhadap semua kemudahan. Dan terus bersabar dalam menghadapi kesulitan. Termasuk saat jodoh pilihan tidak jua Dia pertemukan.

Ada sebuah kisah mengharukan tentang seseorang yang sedang berusaha menemukan jodohnya. Dia adalah seorang pria yang bernama Bang Syaiha. Bertahun-tahun dia terus mencari wanita pilihan yang akan dinikahinya. Berbagai cara halal sesuai tuntunan agama telah ditempuhnya. Beberapa kali dia hampir mendapatkannya. Namun beberapa kali pula kegagalan yang diperolehnya. Kegagalan-kegagalan serupa yang nyaris membuatnya putus asa. Kalau bukan karena keimanan di dalam hatinya. Dia akan terus menyalahkan kondisi fisik sebagai penyebab kegagalannya.

Ketinggian iman telah membuat Bang Syaiha sadar akan makna kesabaran. Dia yakin akan semua janji Allah terhadap hamba-Nya yang beriman. Dia sadar bahwa segala sesuatu telah diatur sesuai takaran. Dia mengerti bahwa tugasnya adalah melaksanakan setiap kewajiban. Namun semua keputusan tetaplah Allah yang menentukan. Dan saat hanya kepasrahan diri kepada Allah dia jadikan pegangan. Allah pun mendatangkan apa yang selama ini dia harapkan. Seorang calon pendamping hidup yang akan menemaninya meraih keberkahan.

Adalah Ella Nurhayati, seorang wanita yang berparas cantik nan mempesona. Menjadi hadiah istimewa dari Allah kepada Bang Syaiha. Menjadi jawaban atas semua kepasrahan dan doa-doanya. Dengan niat ibadah untuk menyempurnakan separuh agama karena Allah semata. Tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan jawaban wanita yang diinginkannya. Cukup waktu seminggu menunggu, dan dia memperoleh jawaban iya. Pernikahan yang diimpikan pun akhirnya terlaksana.

Tak terasa telah dua tahun berlalu sejak ijab kabul dilafazkan. Allah juga telah memberi hadiah seorang buah hati yang rupawan. Buah hati yang tidak hanya menjadi hiburan. Tapi juga menjadi perekat untuk terus menjaga kasih sayang sebagai pasangan. Menjadi pelengkap sejarah sebuah mahligai perkawinan. Begitu besar anugerah yang mereka berdua rasakan. Hingga tak ada alasan lagi mereka untuk tidak mengisi hari-hari dengan penuh kesyukuran. Walau kadang riak kecil datang menghampiri manisnya kehidupan. Mereka sadar, bahwa ujian memanglah suatu keniscayaan.

Semoga dalam dua tahun pernikahan Bang Syaiha dan Ella Nurhayati, menjadi wahana bagi mereka berdua sebagai pembelajaran untuk menghadapi tantangan kehidupan selanjutnya.