buah matoa
Dalam kunjungan saya dan suami ke Kalimantan Timur beberapa minggu yang lalu, salah satu yang berkesan adalah ketika sahabat suami memberi saya buah ini. Ya, itu adalah kali pertama saya melihat secara langsung dan merasakan buah matoa. Saya semakin merasa takjub karena buah itu dipetik langsung dari pohon yang ada di halaman rumahnya.
Tujuan utama suami berkunjung ke rumah sahabatnya tentu untuk silaturahmi, karena sudah sangat lama mereka tidak bertemu. Tapi memang, suami juga berencana untuk memetik buah-buahan di kebun sahabatnya yang hobbi bertanam itu. Namun buah yang menjadi target suami sebenarnya adalah buah naga. Kabarnya, buah naga yang ada di kebun sahabatnya itu sudah siap dipetik. Apalagi tanaman buah naga yang ada di halaman rumah mertua belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berbuah.
Sebagai buah yang tergolong baru bagi warga di sini, menanam buah naga dan melihatnya berbuah masih menjadi hal yang cukup istimewa. Terasa berbeda dengan saat melihat pohon rambutan berbunga dan berbuah, sudah biasa. Begitu pula saat mendapati buah-buahan lain yang memang banyak tumbuh di daerah Kalimantan, seperti: durian atau lai, dan cempedak.
Kembali ke kebun buah milik sahabat suami. Setelah say hello dan berbincang beberapa saat, suami pun menanyakan tentang kebun sahabatnya, dan tentu saja buah naganya. Tanpa ba-bi-bu, sahabat suami langsung mengajak kami ke halaman belakang rumahnya. Di sana kami langsung memetik buah naga yang sudah berwarna merah pertanda sudah bisa dimakan. Melihat buah rambutan yang ranum, suami jadi tertarik untuk memetiknya juga. Sekalian, sahabat suami menawarkan buah duku yang beberapa sudah mulai bisa dimakan.
lezatnya makan buah hasil memetik sendiri,
meski bukan dari kebun sendiri
sumber foto:
Menurut informasi dari Wikipedia, buah matoa yang merupakan buah khas Papua ini umumnya hanya berbuah sekali dalam setahun. Berbunga pada bulan Juli sampai Oktober dan berbuah 3 atau 4 bulan kemudian. Beruntung sekali, ternyata saya datang pada waktu yang sangat tepat. Tepat saat buah matoa ini berbuah dan siap dipetik, dan untuk selanjutnya siap dimakan. Hmm, senangnya bisa menikmati buah yang cukup langka dan kaya vitamin E ini hingga puas, gratis pula.
Wiihh matoa ini enak banget loh mbak, bisa habis puluhan buah dalam sekejap hehe
ReplyDeletebetul sekali mbak cesandutty, gak ada bosannya sy makan, tak terasa sdh habis banyak :)
Deleteterima kasih sudah mampir, langsung bw ke CERIA WISGA
Di Pekalongan di rumah saudaraku ada mak...tumbuh subur dan lebat . Emang enak kok buah e...apalagi cap RanDu atau ra nduiti...alias gratis.he..he
ReplyDeleteiya nih, mbak atta, ternyata di Jawa sdh banyak yg nanam.. tapi ini buah masih spesial kayaknya, krn masih jarang di pasaran... apalagi yg cap RanDu itu... susah dapetnya mbak.. haha... makasih sdh mampir sini mbak.
Deletebelum pernah nih makan buah matoa dan baru denger
ReplyDeleteini pengalaman pertama sy melihat & makan buah matoa, mbak Kania, senang, apalagi rasanya memang enak di lidah sy.
Deleteterima kasih sdh add sy, mbak, salam kenal, semoga berkah... :)
Perasaanku rasanya mirip ma durian ya mak..baunya jg. Pas nyium baunya lgs ilfil karena aku ga doyan durian
ReplyDeletewaktu makan sy tdk teringat durian, mbak. tapi sy langsung suka dgn rasanya, apa karena sy suka banget sm durian ya.. :)
Deletesaya pertama kali makan buah matoa itu di tulungagung,dirumah bulek,bayak banget pohonnya..buah enak dan mahal.soalnya langka hehehe
ReplyDeletesalam kenal mak^^
Iya nih, mak Zwan, di Jawa ternyata sdh banyak juga yg nanam ya.. Mahal ya mak? Alhamdulillah, sy bisa makan gratis, sampai puas pula...
DeleteSalam kenal juga, mak...
sukaaaaa matoaaa inii.. manisss kl dapat yang sudah matang.. dulu punya pohonnya tinggiii dan ramping udah berbuah.. caranya metik digoyang2 dahannya *maklum keluarga perempuan* hihihihi
ReplyDeleteasyiknya, punya pohon sendiri, bisa makan sampe puas dong, mbak...
Deleteklo di rumah sy dulu adanya pohon mangga mbak, karena pohonnya bercabang jadi gampang manjatnya... biar perempuan, sy gak mau ketinggalan berburu mangga yg matang di pohon... enak & puas rasanya... =D
Jadi kangen makan buah matoa, dulu sering dibawakan....
ReplyDeleteblogwalking salam kenal mak.
sy juga sudah kangen rasanya sejak masih di kaltim, mak, rencana mau petik matoa lagi esok harinya, tapi terhalang agenda lain suami, tdk jadi... :(
Deletesy blogwalking balik mak, n salam kenal juga... :)
aku baru tahu buah matoa, harusnay dibudidayakan ya biar gak hilang dari alam
ReplyDeleteSetuju mbak Tira, buah langka, rasanya lezat lagi.. Coba sy punya kebun yg luas... :)
Deletejadi inget, dulu sering ngambilin buah yang uda jatoh ke tanah punya tetangga
ReplyDeletejadi inget, dulu sering ngambilin buah yang uda jatoh ke tanah punya tetangga
ReplyDeletehihihi..., waktu masih bocil ya mbak Gustyanita... asem jatuh aja suka sy ambil dulu, padahal rasanya ya aseeemm...
Deletebaru tau nama buah matoa, pengen ngicipin
ReplyDeleteinfo dari teman2, matoa sudah tidak terlalu sulit didapat, sudah tidak perlu ke Papua lagi. jadi, selamat berburu buah matoa ya, Anak Nelayan...
ReplyDelete