Friday, April 22, 2016

Jakarta Macet dan Banjir?


"Tinggal dimana sekarang?" Tanya seorang teman suatu hari.
"Pamulang," jawab saya singkat.
"Tangerang Selatan," jawab saya lagi mencoba menjelaskan, karena teman saya terlihat bingung.
"Sebelah selatannya ibu kota, Jakarta," saya pun menambahkan untuk memperjelas.

Siapa juga yang tidak tahu Jakarta, ibu kota negara kita tercinta, Indonesia. Meski belum pernah menjejakkan kaki, warga negara Indonesia pasti tahu nama ibu kotanya.

Beberapa teman memberi respon "wah" mendengar nama Jakarta disebut. Mereka menganggap ibu kota sebagai kota metropolis yang ramai, mengira ada banyak artis berkeliaran sehingga bisa bertemu setiap saat dengan mereka. "Bekerja di Jakarta, pasti gajinya besar," begitu pikir mereka. Sehingga mereka pun punya keinginan untuk tinggal dan mencari nafkah di Jakarta. Padahal, kalau soal gaji, ya tergantung pekerjaannya, haha...

Namun beberapa teman yang lain justru memberi respon yang berbeda. Respon mereka muncul berdasarkan informasi yang diperoleh dari media tentang Jakarta, dan umumnya benar adanya. Seperti kemacetan yang hampir tiap hari melanda Jakarta. Atau banjir yang kerap terjadi di sana-sini saat musim penghujan tiba.

Orang tua saya sepertinya termasuk kelompok yang kedua ini. Hal ini membuat kekhawatiran mereka sebagai orang tua bertambah saat musim penghujan. Apalagi setelah mendengar informasi terjadinya banjir dari televisi. Bapak saya akan segera menghubungi lewat telpon untuk menanyakan keadaan saya dan keadaan rumah yang saya tinggali kini. Setiap kali telpon, saya selalu sampaikan kepada bapak dan ibu, bahwa berkat doa-doa dari mereka berdua, insya Allah rumah saya tidak terkena dampak banjir.

Seperti banjir yang terjadi kali ini di beberapa daerah di Jakarta dan sekitarnya. Gencarnya berita di media tentang banjir yang terjadi membuat bapak menghubungi saya lewat telpon, pagi-pagi sekali. Tapi jawaban yang sama selalu saya berikan, "Alhamdulillah, kami baik-baik saja, dan rumah kami juga aman." Begitu (seringkali) jawaban saya kepada bapak di telpon. Biasalah, anak kesayangan, begitu dikhawatirkan, hehe...

Kembali ke kota Jakarta. Sepertinya macet dan banjir memang sudah identik dengan kota ini. Dimana disebut nama Jakarta, maka yang muncul dalam benak seseorang tidak akan jauh dari dua hal tersebut. Malah mungkin akan menjadi aneh jika ada berita di pagi hari efektif yang menyebutkan bahwa lalulintas di sepanjang jalan Soedirman, Jakarta, terlihat lengang. Bagaimana bisa???

Tapi tidak ada yang mustahil jika ada usaha. Impian kota Jakarta menjadi kota metropolis yang tanpa macet dan aman dari banjir sangat mungkin bisa terwujud. Dan yang saat ini terkena dampak macet dan banjir, teruslah berdoa dan bersabar, semoga segera diberikan jalan keluar oleh Sang Pemilik Bumi. Amiiiin...


Pamulang, 22 April 2016

#OneDayOnePost
#40

8 comments:

  1. saya hanya bisa berdoa mbak, semoga suatu saat nanti ada pemimpin jakarta untuk bisa melepaskan Jakarta dari banjir dan kemacetan

    ReplyDelete
  2. Betul...nothing impossible ...asalkan memang ada kemauan yg kuat ..dan bukan hanya dr sisi pemimpinnya saja...namun harus mendapat support seluruh lapisan masyarakat setempat juga...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Riendra...
      Partisipasi warga sangat berpengaruh, contoh kecil saja, kebiasaan membuang sampah :)

      Delete
  3. Harus ada kwrjasama yang baik antara pemerintah dan warga jakarta untuk menanggulangi banjir dsn kemacetan, bukan tugas pemerintah saja, hehehe

    ReplyDelete
  4. Macettt di mana2 suami saya sehari saja kemarin di sana udah stresss bgt

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha... cuman sehari, ya mbak... bagaimana dengan yang tiap hari ya...
      Berarti warga Jakarta hebat-hebat, rata-rata mereka penyabar, hehe...

      Delete