"Zahra, bangun! Jadi jalan-jalan nggak?"
"Jam berapa ini, Bun?" Tanya Zahra yang langsung membuka mata setelah aku membangunkannya.
"Jam 5, masih ada cukup waktu untuk kamu siap-siap," jawabku.
Zahra pun bergegas bangkit dari tidurnya dan segera menuju ke kamar mandi. Saat akan bepergian seperti ini, Zahra memang mudah sekali dibangunkan. Dari dua hari sebelumnya dia berulang kali mengingatkanku agar tidak terlambat membangunkannya saat waktu jalan-jalan bersama teman-teman sekolahnya tiba. Begitu juga dengan hari ini. Jam tujuh nanti, dia dan teman-teman sekolahnya akan pergi ke Kampung Horta yang ada di kota Bogor, Jawa Barat.
Hmm, Kampung Horta. Dari namanya aku pikir pasti ada hubungannya dengan boneka Horta. Yaitu boneka yang dibuat dari serbuk gergaji kayu dan diberi benih-benih rumput pada bagian kepalanya. Dengan perawatan rutin, setelah beberapa hari benih itu akan tumbuh. Sehingga seolah-olah boneka itu mulai tumbuh rumput di kepalanya. Semakin hari rumput-rumput yang tumbuh akan makin banyak dan makin panjang. Tapi itu baru gambaran yang pernah aku dapatkan dari tayangan di televisi. Bagaimana bentuk aslinya, nanti aku akan mengetahuinya, karena aku turut pergi mendampingi Zahra dalam perjalanan kali ini.
"Kita akan mengetahuinya nanti," kataku kepada Zahra yang juga merasa penasaran dengan apa yang akan ditemukan dan dilakukannya di Kampung Horta nanti.
Kampung Horta bukan satu-satunya tujuan yang akan dikunjungi dalam perjalanan kala itu. Namun menjadi tujuan favorit yang sepertinya sudah ditunggu oleh Zahra dan teman-temannya. Entah gambaran seperti apa yang mereka dapat dari guru-gurunya sehingga mereka ingin bisa cepat-cepat sampai ke sana.
"Kampung Hortaaa..." Kata seorang guru pendamping yang ada di bus yang aku dan Zahra tumpangi begitu bus berhenti di suatu tempat.
Dari tempat parkir bus, kami harus jalan kaki menuju lokasi. Tidak terlalu jauh jaraknya, apalagi sesampai di lokasi, pemandangan hijaunya persawahan dan suasana tenang alam desa begitu kental terasa. Sesuatu yang tentunya baru dan menarik bagi Zahra dan teman-temannya yang sehari-hari hidup di antara hiruk pikuk macetnya kendaraan kota Jakarta. Semua anak-anak merasa takjub dengan apa yang telah dilihatnya.
"Bu, aku nanti boleh main air di situ?" Tanya salah seorang teman Zahra begitu melihat ada sepetak sawah yang belum ditanami dan terisi penuh air.
"Tentu saja, tapi sekarang kita masuk ke saung dulu, yuk," jawab bu guru.
Iya, di tempat itu ada saung yang cukup besar untuk tempat kami berkumpul dan meletakkan barang-barang bawaan. Dari saung itu, semua rangkaian kegiatan dimulai.
Setelah membuka acara, kegiatan pertama, anak-anak diajak membuat karya dari tanah liat. Rupanya mereka akan membuat tempat untuk meletakkan pensil yang dibentuk menyerupai gelas. Yaitu dengan memilin tanah liat menjadi seperti tali panjang, lalu membuat lingkaran-lingkaran dari pilinan tersebut. Kemudian lingkaran-lingkaran itu ditumpuk ke atas sampai didapat ketinggian yang cukup untuk menyimpan pensil di dalamnya.
Kegiatan berikutnya adalah menghiasi caping dengan cat. Anak-anak diberi kebebasan seluas-luasnya untuk memberi gambar atau tulisan pada caping yang mereka dapatkan.
Selanjutnya, mereka menghias boneka Horta yang berbentuk beruang. Beruang itu belum memiliki alat indera. Anak-anak ditugaskan untuk melengkapi alat indera dan memberi aksesoris dengan menempel fanel yang sudah dibentuk sedemikian rupa ke tubuh si boneka beruang. Setelah selesai, anak-anak boleh menyimpan boneka Horta itu, dan membawanya pulang.
Tiga kegiatan telah dilalui Zahra dan teman-temannya dengan penuh suka cita. Ketiganya merupakan hal baru bagi mereka, karena itu adalah pertama kali mereka melakukannya. Tapi kegiatan belum selesai. Tiba waktunya kegiatan yang ditunggu-tunggu, seru-seruan di kolam sawah.
Setelah ganti baju, Zahra dan teman-temannya berjejer di pematang sawah, menunggu komando dari petugas Kampung Horta untuk memasuki kolam sawah. Kali ini Zahra dan teman-temannya akan menangkap ikan mas yang ada di kolam sawah dengan tangan kosong.
Setelah bunyi pluit, anak-anak pun nyebur dan mulai mencari-cari si ikan mas. Cukup lama waktu yang dibutuhkan Zahra untuk bisa mendapatkan ikan pertamanya. Menangkap ikan itu memang bukan perkara mudah, apalagi di air yang keruh dan penuh lumpur. Dibutuhkan kejelian mata memperhatikan dimana ikan-ikan itu berada. Keseruan makin bertambah begitu ada anak yang berhasil menangkap ikan mas. Yang lain pun jadi kembali bersemangat, termasuk Zahra.
Kegiatan mencari ikan mas pun dinyatakan selesai yang ditutup dengan kejutan istimewa buat Zahra. Dia berhasil menangkap dua ikan mas, terbanyak di antara anak-anak perempuan. Karenanya Zahra berhak memperoleh bintang pertamanya. Sebuah pin berbentuk bintang, meski kadang hanya terbuat dari kertas asturo, bagi anak-anak itu istimewa dan sangat berharga.
Aktivitas berikutnya masih di kolam sawah, tapi yang ditangkap kali ini adalah seekor bebek. Namanya bebek, kalau dikejar-kejar, ya pasti lari. Anak-anak pun berlari lebih cepat untuk bisa menangkapnya, termasuk Zahra. Berhasil mendapatkan bintang pertama memacu Zahra untuk bisa meraih bintang kedua. Dengan semangat berapi-api dia pun berhasil menangkap bebek sebanyak dua kali. Sekaligus menjadikan dia pemenang di antara anak-anak perempuan dan kembali mendapatkan bintang.
Setelah seru-seruan bersama ikan mas dan bebek, Zahra dan teman-temannya pindah ke kolam sawah sebelahnya. Di sana sudah ada dua ekor kerbau yang setia menunggu anak-anak dari tadi. Kegiatan kali ini tidak dilombakan. Anak-anak diberi kebebasan bersenang-senang dengan kerbau. Zahra tidak ketinggalan untuk turut serta. Bahkan dia termasuk yang pertama menerima tawaran untuk mandi lumpur bareng kerbau dan naik ke punggung si kerbau.
Akhirnya semua kegiatan di Kampung Horta itu pun usai. Zahra terlihat sangat puas dan senang. Wajahnya berbinar bahagia. Benar-benar menjadi kunjungan yang seru dan menyenangkan. Aku yakin, semua yang dilakukan Zahra hari ini akan menjadi kenangan indah di masa yang akan datang. Dan suatu saat Zahra akan rindu dengan semua kenangan itu. Seperti aku rindu akan masa kecilku dan terbayar setelah melihat Zahra bermain-main dengan puas hari ini.
Tiba saatnya kembali pulang. Zahra sangat bersemangat membawa sendiri oleh-oleh yang didapatnya dari Kampung Horta. Dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu ayahnya dan bercerita banyak hal. Tapi mungkin dia harus menunggu hingga ayahnya datang jam 9 malam nanti. Padahal jam 7 kami sudah sampai di depan rumah. Hanya saja, kami tidak bisa masuk rumah, karena aku lupa membawa kunci serep tadi pagi. Itu artinya, aku harus meminta ayah pulang dulu sebentar untuk menyerahkan kunci. Tentu saja kesempatan itu tidak disia-siakan Zahra untuk menceritakan semua pengalamannya hari ini yang super seru di Kampung Horta.
#OneDayOnePost
#38
Kampung horta..nenyenangkan sepertinya mb
ReplyDeleteBetul, mbak Wiwid, menyenangkan sangat, meski saya hanya sebagai penonton, hehe...
Deletedi mana tuh mb,kampung horta itu?
ReplyDeleteMbak Lisa, itu di Bogor... Tapi saya tidak tahu persisnya, klo tidak salah masuk wilayah kota :)
Deletedi mana tuh mb,kampung horta itu?
ReplyDeletekayaknya seru banget naik kerbau...#ehh..:D
ReplyDeletePenasaran, ya Mitha...
DeleteSama dong... hihi...
Pingin ...
ReplyDeleteNaik kerbau sambil bermain lumpur
Ayo mas Heru... Di sekitaran Darjo masih memungkinkan itu, ketemu kerbau, hehe...
Delete