Kisah sebelumnya ada di sini.
Perjalanan berikutnya, lebih jauh dari sebelumnya. Obyek wisaya ziarah wali ditambah hingga ke daerah Jawa Tengah, yaitu ke tempat Sunan Kalijaga. Karena jarak lebih jauh, maka waktu yang dibutuhkan juga lebih lama dari perjalanan sebelumnya yang hanya dua hari dua malam. Dan pada perjalanan kali ini, giliranku dan adik yang diajak. Hehe, lagi-lagi aku deh yang dapat giliran...
Berangkat pada malam hari, suasana tampak tenang-tenang saja. Namun suasana berubah saat memasuki Jawa Tengah pada keesokan harinya. Adikku mabuk bukan kepalang. Muntah hingga berkali-kali dalam hitungan jam. Menjadi perjalanan jauh pertama membawa adik, membuat bapak sempat panik mendapati adik mabuk darat. Bapak sampai berpikir untuk pulang lebih dulu ke rumah dengan menumpang bus umum. Sungguh menjadi perjalanan tak terlupakan bagi bapak dan ibu.
Sementara aku, seperti biasa, begitu senang dan menikmati perjalanan darat menuju Jawa Tengah yang memang untuk pertama kalinya aku rasakan. Melintasi jalan licin beraspal, dan melalui daerah pegunungan, sungguh sangat mengasyikkan. Kecuali mata sudah benar-benar tidak bisa dibuka, barulah aku tertidur di atas kendaraan. Tapi begitu sampai di tujuan dan bus berhenti, bisa dipastikan aku akan bangun dan turun dari bus untuk menjelajah alam sekitar.
Tahun berikutnya, tempat ziarah yang dituju lebih jauh lagi. Target terakhir bisa sampai tempat Sunan Gunung Jati di daerah Cirebon, Jawa Barat. Pada perjalanan ketiga itu, hanya aku yang diajak. Adik sudah tidak mau lagi ikut karena trauma pada perjalanan sebelumnya. Sementara kakak juga tidak mau, meski hanya karena alasan malas pergi. Jadilah aku senang dan puas bisa melakukan perjalanan ke kota-kota yang jauh dari tempat tinggalku.
Perjalanan ke Cirebon, sepertinya menjadi perjalanan wisata terakhir kami. Karena dua tahun berikutnya bapak memilih untuk pindah madrasah di dekat rumah. Dimana tahun sebelumnya, pihak madrasah yang lama meliburkan dulu acara darmawisata. Dan di madrasah yang baru tidak ada agenda jalan-jalan. Hihi, garing...
Tapi saat itu aku yang sudah SMP, memilih untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Yang salah satu kegiatannya hampir tiap bulan sekali adalah kemping dan atau kemah. Lengkaplah pemenuhan hasrat kesukaanku, karena aku tidak sekadar jalan-jalan saat kemah atau kemping, tapi juga berpetualang. Entah ada berapa destinasi yang sudah aku jangkau selama di bangku SMP. Yang jelas ada kisah di setiap perjalanan yang telah aku lalui.
Memasuki bangku SMA, aku memilih sekolah di pusat kabupaten. Tiap hari aku harus mengendarai bus umum untuk bisa sampai ke sekolah. Saat ada satu bus yang tidak beroperasi, maka saat itulah aku akan menumpang bus sambil berdiri. Naik bus menjadi kegiatan rutin yang aku lakukan pada pagi dan siang/malam hari. Tapi aku tidak pernah sekali pun merasakan bosan untuk apa yang telah aku lakukan kala itu.
Untuk selanjutnya, menempuh pendidikan di Malang, membuat aku benar-benar sudah terbiasa melakukan perjalanan dengan bus. Aku pun melakukan perjalanan sendiri sedari awal mengikuti tes UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri), daftar ulang setelah dinyatakan diterima, hingga menuju tempat kos.
Dan setelah menikah pun, tak terpikirkan sebelumnya aku akan pindah tempat tinggal beberapa kali. Karena memang aku suka-suka aja jalan-jalan, pindah-pindah rasanya biasa. Bahkan lebih terasa menyenangkan bisa mengetahui tempat-tempat yang sebelumnya hanya aku kenal namanya dari media.
Pamulang, 29 April 2016
*pengalamanku
#OneDayOnePost
#45
Pesona Alam Pantai Pasir Putih di Situbondo |
Perjalanan berikutnya, lebih jauh dari sebelumnya. Obyek wisaya ziarah wali ditambah hingga ke daerah Jawa Tengah, yaitu ke tempat Sunan Kalijaga. Karena jarak lebih jauh, maka waktu yang dibutuhkan juga lebih lama dari perjalanan sebelumnya yang hanya dua hari dua malam. Dan pada perjalanan kali ini, giliranku dan adik yang diajak. Hehe, lagi-lagi aku deh yang dapat giliran...
Berangkat pada malam hari, suasana tampak tenang-tenang saja. Namun suasana berubah saat memasuki Jawa Tengah pada keesokan harinya. Adikku mabuk bukan kepalang. Muntah hingga berkali-kali dalam hitungan jam. Menjadi perjalanan jauh pertama membawa adik, membuat bapak sempat panik mendapati adik mabuk darat. Bapak sampai berpikir untuk pulang lebih dulu ke rumah dengan menumpang bus umum. Sungguh menjadi perjalanan tak terlupakan bagi bapak dan ibu.
Sementara aku, seperti biasa, begitu senang dan menikmati perjalanan darat menuju Jawa Tengah yang memang untuk pertama kalinya aku rasakan. Melintasi jalan licin beraspal, dan melalui daerah pegunungan, sungguh sangat mengasyikkan. Kecuali mata sudah benar-benar tidak bisa dibuka, barulah aku tertidur di atas kendaraan. Tapi begitu sampai di tujuan dan bus berhenti, bisa dipastikan aku akan bangun dan turun dari bus untuk menjelajah alam sekitar.
Tahun berikutnya, tempat ziarah yang dituju lebih jauh lagi. Target terakhir bisa sampai tempat Sunan Gunung Jati di daerah Cirebon, Jawa Barat. Pada perjalanan ketiga itu, hanya aku yang diajak. Adik sudah tidak mau lagi ikut karena trauma pada perjalanan sebelumnya. Sementara kakak juga tidak mau, meski hanya karena alasan malas pergi. Jadilah aku senang dan puas bisa melakukan perjalanan ke kota-kota yang jauh dari tempat tinggalku.
Perjalanan ke Cirebon, sepertinya menjadi perjalanan wisata terakhir kami. Karena dua tahun berikutnya bapak memilih untuk pindah madrasah di dekat rumah. Dimana tahun sebelumnya, pihak madrasah yang lama meliburkan dulu acara darmawisata. Dan di madrasah yang baru tidak ada agenda jalan-jalan. Hihi, garing...
Tapi saat itu aku yang sudah SMP, memilih untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Yang salah satu kegiatannya hampir tiap bulan sekali adalah kemping dan atau kemah. Lengkaplah pemenuhan hasrat kesukaanku, karena aku tidak sekadar jalan-jalan saat kemah atau kemping, tapi juga berpetualang. Entah ada berapa destinasi yang sudah aku jangkau selama di bangku SMP. Yang jelas ada kisah di setiap perjalanan yang telah aku lalui.
Memasuki bangku SMA, aku memilih sekolah di pusat kabupaten. Tiap hari aku harus mengendarai bus umum untuk bisa sampai ke sekolah. Saat ada satu bus yang tidak beroperasi, maka saat itulah aku akan menumpang bus sambil berdiri. Naik bus menjadi kegiatan rutin yang aku lakukan pada pagi dan siang/malam hari. Tapi aku tidak pernah sekali pun merasakan bosan untuk apa yang telah aku lakukan kala itu.
Untuk selanjutnya, menempuh pendidikan di Malang, membuat aku benar-benar sudah terbiasa melakukan perjalanan dengan bus. Aku pun melakukan perjalanan sendiri sedari awal mengikuti tes UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri), daftar ulang setelah dinyatakan diterima, hingga menuju tempat kos.
Dan setelah menikah pun, tak terpikirkan sebelumnya aku akan pindah tempat tinggal beberapa kali. Karena memang aku suka-suka aja jalan-jalan, pindah-pindah rasanya biasa. Bahkan lebih terasa menyenangkan bisa mengetahui tempat-tempat yang sebelumnya hanya aku kenal namanya dari media.
Pamulang, 29 April 2016
*pengalamanku
#OneDayOnePost
#45
Mbk Kholifah, saya pingin ke Pasir Putih Situbondo beneran loh :)
ReplyDeleteSays juga hobi Jalan Jalan mb
ReplyDeleteAku seneng di rumah aja, dulu nggak pernah diajak bapak kalau darmawisata, karena aku mabuk naik kendaraan,.hehehe
ReplyDelete