Repost!
Ini
hari minggu. Mama mengajak Zahra ke pasar minggu, yaitu pasar yang hanya ada
pada hari minggu saja. Tepat di sebelah pintu keluar-masuk pasar minggu itu,
ada seorang laki-laki tua yang hanya punya satu tangan, sedang meminta-minta
kepada pengunjung pasar. Setelah membeli beberapa kebutuhan dan jajanan sehat
buat Zahra, Mama mengajak Zahra pulang. Sampai di pintu pasar, Zahra berhenti
dan menoleh pada Mama.
“Ma,
boleh minta uangnya? Untuk kakek tua itu?”, tanya Zahra.
“Boleh
sekali, Sayang? Nih, berikan pada kakek itu, ya...?”, jawab Mama sambil
menyodorkan uang kepada Zahra. Lalu mereka pulang. Di jalan, Zahra melihat
seorang laki-laki yang berjalan dengan bantuan sebuah tongkat. Zahra terus
memperhatikan dan seperti sedang mencari sesuatu dari orang itu.
Setiba
di rumah, Zahra langsung bertanya pada Mama, “Ma, kakek yang di pasar tadi,
tangannya kemana ya?”
“Wah,
kita tadi tidak menanyakan itu, ya, Sayang? Mungkin Allah memang tidak
memberinya tangan. Atau mungkin Allah sudah memberinya, tapi kemudian Allah
mengambilnya lagi. Kira-kira yang benar yang mana, ya?”, papar Mama yang
ditutup dengan pertanyaan untuk Zahra.
“Berarti,
Ohm yang berjalan pakai tongkat di jalan tadi juga tidak diberi kaki oleh
Allah, Ma? Atau, sudah Allah beri, tapi Allah mengambilnya lagi!”, kata Zahra.
Dia tidak menjawab pertanyaan terakhir Mama. Zahra justru menyimpulkan sendiri
kenapa laki-laki yang dilihatnya di jalan itu tidak punya kaki dan berjalan
menggunakan tongkat.
“Ma,
aku main dulu, ya...?”, ujar Zahra sebelum Mama menanggapi pernyataannya. Zahra
tidak lagi menanyakan perihal dua laki-laki yang dilihatnya di pasar dan di
jalan itu. Zahra seolah-olah sudah mendapat jawaban dari pertanyaannya.
“Iya,
Sayang... Kembali sebelum waktu makan siang, ya...?”, jawab Mama yang tak lupa
menyampaikan pesan sebelum Zahra pergi.
...
“Sudah
azan, aku pulang dulu, ya...”, ucap Zahra kepada Bagas.
“Memangnya
kalau azan harus pulang, ya?”, tanya Bagas.
“Ya,
iya. Mama pasti sudah menunggu aku untuk sholat. Aku juga sudah lapar. Aku mau
makan.”, jawab Zahra.
“Sholat???
Ngapain susah-susah sholat? Memangnya habis sholat kamu dapat apa?”, tanya
Bagas sedikit ketus.
Beberapa
saat, Zahra terlihat berpikir. Tapi kemudian dia pamit lagi untuk pulang.
...
“Sayang...,
azan..., TV-nya matikan dulu. Sholat yuk...!”, seru Mama sembari meninggalkan
dapur dan menuju musholla, yaitu ruangan kecil yang ada di salah satu sudut
rumah Zahra.
“Tanggung,
Ma. Bentaaar aja!”, jawab Zahra sambil dia bangkit dari duduknya dan memilih
untuk meneruskan nontonnya dengan berdiri.
“Sayang...,
lupa ya...?”, seru Mama lagi yang sudah berada di musholla.
“Iya,
Ma...!”, jawab Zahra yang segera mematikan TV dan lari ke kamar mandi untuk
berwudu.
...
“Ma,
kenapa sih, kita mesti sholat?”, tanya Zahra yang sedang bersiap untuk tidur pada
suatu malam. Usia Zahra memang masih 6 tahun. Kadangkala dia juga suka mogok
tidak mau sholat, dengan alasan capek. Namun tidak terlalu susah juga untuk
mengajaknya sholat. Dengan sedikit rayuan, Zahra pasti mau diajak sholat.
“Zahra
masih ingat kan, siapa yang menciptakan kita?”, tanya Mama pelan.
“Allah,
kan, Ma!”, jawab Zahra mantap.
“Trus
yang memberi kita mata, mulut, telinga, hidung, tangan, dan kaki, siapa?”,
tanya Mama lagi.
“Ya,
Allah juga, Ma? Kalau Allah gak ngasih zahra mata, nanti zahra gak bisa melihat,
dong, Ma!”, jawab Zahra.
“Nah,
sholat itu sebagai bentuk syukur kita kepada Allah yang sudah memberi kita mata,
mulut, tangan, kaki dan yang lain-lain juga... Coba, bagaimana kalau Allah tidak
memberi tangan atau mengambil tangan Zahra?” Mama memberi penjelasan sambil
menatap Zahra dengan lembut.
“Allah
bisa mengambil tangan Zahra juga, Ma???”, tanya Zahra.
“Allah
bisa menciptakan kita. Allah memberi apa yang kita butuhkan. Allah juga bisa
mengambil semua pemberian-Nya dengan mudah, Sayang... Zahra ingat, kakek yang
kita lihat di pasar tempo hari? Bukannya dia tidak punya tangan? Nah, kita yang
diberi tangan sudah sepatutnya berterima kasih kepada Allah. Salah satunya
dengan sholat. Karena Allah senang sekali kalau melihat Zahra sholat. ”, kata
Mama sambil tetap menatap Zahra dan membelai rambutnya.
“Oh,
gitu ya, Ma?”, jawab Zahra sambil menguap.
“Nah...,
Zahra sudah mengantuk. Sebelum tidur, kita berdoa dulu, yuk.”
...
Sore
itu, Mama mengajak Zahra menjenguk Bagas ke rumah sakit. Namun Bagas sepertinya
sedang tidur, jadi Zahra tidak bisa menyapanya. Setelah Mama berbincang
sebentar dengan orang tua Bagas, Mama mengajak Zahra pulang.
Sampai
di rumah, Zahra bertanya kepada Mama, “Mama, kaki Bagas tadi itu diapain, Ma?”
“Diperban,
Sayang... Kaki Bagas patah, setelah dia jatuh dari pohon kelengkeng di depan
rumahnya. Makanya, Zahra kalau main hati-hati, ya?”, jawab Mama.
“Kasihan
Bagas. Coba Bagas mau mau berterima kasih pada Allah. Pasti Allah tidak akan
mengambil kakinya.”, ucap Zahra.
“Kenapa
Zahra bilang begitu?”, tanya Mama.
“Iya,
Ma. Bagas kan tidak pernah sholat? Berarti dia tidak bersyukur kan, Ma?”, jawab
Zahra.
“Ma,
azan... Ayo sholat, Ma. Zahra tidak mau Allah mengambil kaki Zahra.”, sambung
Zahra sambil bergegas menuju kamar mandi untuk berwudu.
~~~ end ~~~
#OneDayOnePost
Suka. Bagus mbak..senyum2 aq bacanya..kebayang wajah murid sdit al adzkia yang merindukanku jauh disana
ReplyDeleteWaaah... mbak Sakifah ngajar di sdit ya, salam cikgu...
DeleteSo inspiring.. jadi tau bgmn menanamkan tauhid pada anak2... good mba!
ReplyDeleteTerima kasih, mbak Indri, sy masih belajar juga kok mbak ^__^
DeleteBaguuusss mb kholif
ReplyDeleteTerima kasih cikgu lisa, masih harus banyak belajar dari cikgu nih ^__^
DeleteBaguuusss mb kholif
ReplyDeleteSo inspiring.. jadi tau bgmn menanamkan tauhid pada anak2... good mba!
ReplyDeleteMenarik cerota. Menanamkan nilai agama pada anak sedini mungkin
ReplyDeletehehe... biar lekat dalam ingatan, gilang ^__^
DeleteWah...menarik ya ceritanya. Suka saya.
ReplyDeleteterima kasih mbak denik, sambil menuliskan sy sambil belajar jadi ortu, mbak ^__^
DeleteRingan dan menarik mbak...
ReplyDeleteRingan ya mbak Vin, alhamdulillah...
Deletesy suka kuatir mbak, tulisan sy terlalu "berat" ^__^
Bagus mbk Kholifah, tapi menurut saya jarak antar paragraf perlu diperhatikan lagi.
ReplyDeleteMaaf loh mbk Kholifah
Siiip... terima kasih masukannya mas heru ^__^
Deletecerita edukatif... 👍👍👍
ReplyDeleteamin... semoga bisa meng-edukasi anak-anak sy mbak muallimah, soalnya mereka suka membaca tulisan sy ^__^
Delete